Suara gemericik terdengar setiap kali tetesan demi tetesan air meluncur dari ujung daun ke genangan di bawahnya. Saat ini hujan telah reda, tapi awan gelap masih belum juga pergi.
Setelah tidak sadarkan diri selama beberapa saat, Niin akhirnya mulai membuka mata. Hal pertama yang bisa ia lihat hanyalah kegelapan serta sinar yang sesekali muncul di atas sana. Ia bisa merasakan bahwa sekujur tubuhnya basah kuyup, tidak heran bila hawa dingin terasa begitu menusuk.
"Bagus, kau sudah sadar."
Ia menggeser pandangan dan melihat gadis berambut pirang sedang duduk di sebelahnya. "Na-Nacima?"
Rasa senangnya tidak bisa ia tutupi. Ia segera bangun dan memeluk gadis itu. "Kau tidak apa-apakan?"
"Hm." Nacima melepas pelukan Niin. "Bagaimana denganmu? Kenapa kau pingsan dan di mana Jenderal Thougha?"
"I-itu ...." Niin menceritakan apa yang terjadi saat Nacima pingsan. " ... aku masih bisa merasakan aura Seimon dan Jenderal Thougha, tapi aku tidak bisa merasakan aura qiwer dari ketua."