Aku tak bisa berkata-kata. Hal itu membuat Mike tersenyum puas, lalu memberikan gambaran yang sebetulnya sudah pernah kubayangkan. "Phi ...."
"Hm, tidak masalah sih. Aku oke. Tapi kalau sudah menyerah, bilang ya?"
"Eh?"
"Kapan pun itu, kamu boleh mengadu jika sudah mau menjadi istri-ku."
Benar-benar di luar pikiran. Aku malah diberikan alternatif lagi, semakin mudah. Hanya saja Mike juga makin pandai menjebakku. Aku heran kenapa Mike bisa begitu—dia bencana. Hanya saja perasaan ini diimbangi dengan kebaikan perilaku dia (atau ini hanya pura-pura?). Kata Ibu yang baik memang untuk yang baik. Bisa jadi kami jodoh, hanya saja aku yang keras kepala selama ini. "Phi Mike, bisa hentikan sebentar?" tanyaku. Mencoba menahan Mike karena dia terus mencium tanganku. Mike punya hobi unik sebelum kita berpisah, padahal bertemu tiap weekend menurutku lebih dari cukup.
"Kenapa?"
Dia memelankan musik yang disetel dalam mobil.