Adit pulang ke rumah dengan suasana hati yang sangat bahagia. Namun, saat tiba di ruang keluarga Ayah dari Adit langsung menarik baju anaknya tersebut. Sontak membuat Adit terkejut, pria itu menatap Tuan Dimas dengan tatapan bingung. Nyonya Winda mengikuti suaminya yang menarik Adit masuk ke dalam gudang.
Tuan Dimas mendorong tubuh Adit hingga terjatuh, "anak sialan! Kemana saja kau seharian ini? Kenapa kau tidak ada di rumah?!" bentak Tuan Dimas.
"Biasanya 'kan Adit emang pulang jam segini, Pa.." balas Adit.
Tuan Dimas mencengkram wajah anaknya, dan menatap datar Adit. "Malam ini kamu tidur di dalam gudang! Tidak ada kata pulang terlambat lagi, karena pekerjaan kita semakin banyak dan kamu harus mengerjakannya. Batas pulang jam 9 malam, lewat dari itu Papa akan menghukum mu!" tegas Tuan Dimas.
Adit menahan rasa sakit akibat cengkraman dari ayahnya. Tuan Dimas langsung menepis wajah anaknya dan berjalan keluar dari gudang. Nyonya Winda mengunci pintu gudang, dan Adit hanya bisa diam kemudian menghela napasnya dengan pelan. Ia tidak mau mengambil pusing semua ucapan ayahnya, pria itu langsung mengambil ponsel dan mengirim pesan pada sang kekasih. Senyuman terukir di bibir Adit, ia sangat bahagia jika sedang menghabiskan waktu bersama kekasihnya.
Tiba-tiba saja Putri menelepon Adit dengan panggilan video. Pria itu bingung di angkat atau tidak, kalau diangkat nanti Putri tau bahwa dia tengah berada di dalam gudang, kalau tidak diangkat takutnya nanti Putri marah padanya. Akhirnya pria itu mencari tempat yang lumayan rapi dan langsung mengangkat panggilan sang kekasih. Terlihat Putri tengah tersenyum di balik layar, untunglah Adit selalu membawa airpods-nya. Jadi suara Putri tidak akan di dengar oleh kedua orang tuanya.
Percakapan Video :
"Cantik banget sih," ucap Adit.
'Kamu bisa aja, Kak. Muka pas-pasan gini dibilang cantik, jadi melayang 'kan..'
"Melayang ke sini ya, sayang. Biar bisa berduaan sama kamu.." balas Adit.
'Dih mulai deh keluar jiwa jamet nya, haha..'
Adit ikut tertawa dan menatap wajah kekasihnya di balik layar ponsel. "Lagi ngapain?" tanya Adit.
'Lagi rebahan, badan aku lemes banget. Kayanya kecapekan karena kerjaan tadi banyak banget...'
"Mau aku bawa ke rumah sakit?" lanjut Adit yang khawatir.
'Gak perlu sayang ku, cuma capek aja kali ini. Makanya lemes, kamu lagi ngapain tuh? Cerah amat wajahnya,'
"Tadi abis cobain foundation, makanya cerah kaya gini..." jawab Adit sambil tertawa kecil.
'Dih, aku gak suka ya punya cowok cucok meong..'
"Haha, becanda sayang. Muka aku cerah karena kamu tau.." balas Adit.
'Kok karena aku?'
"Karena kamu selalu membuatku bahagia, kehadiranmu itu membuat hidupku berwarna. Dulunya aku yang selalu murung dan setelah kamu hadir, hidupku jadi penuh warna. Asal kamu tahu, Putri kamu adalah kebahagiaan ku.." jelas Adit.
'Kamu bahagia?'
"Sangat bahagia, selalu support aku ya. Tegur di saat aku mulai menyerah dengan semua masalah yang aku hadapi. Tetap selalu di samping ku dan di sini ya.." lanjut Adit sambil memegang dadanya.
Terlihat senyuman dari orang diseberang sana, Putri menganggukkan kepalanya. Ternyata benar, setiap ada penderitaan pasti selalu ada kebahagiaan. Lihatlah, dua orang yang memiliki masalah yang terbilang sulit untuk di selesaikan, saling melengkapi satu sama lain untuk mencapai kebahagiaan mereka.
.
Pagi hari,
Pintu terbuka, terlihat Nyonya Winda masuk ke dalam gudang dan memberikan makanan pada anaknya. "Makan di gudang saja, Mama malas melihat wajahmu.." ketus Nyonya Winda.
Adit mengangguk dan tersenyum, ia mengambil makanan tersebut kemudian memakannya. Nyonya Winda keluar dari dalam gudang dan berjalan kearah ruang makan. Ia duduk di samping suaminya yang tengah memakan makanan yang di masak oleh pembantu mereka. Tuan Dimas hanya diam, karena ia tidak suka jika ada yang berbicara apalagi hal yang tidak penting.
"Adit terlihat bahagia, apa proyek pembangunan berhasil?" tanya Nyonya Winda.
"Proyek pembangunan baru hari ini selesai," balas Tuan Dimas.
"Jadi apa alasan anak itu bahagia sekali? Jangan-jangan di melakukan hal-hal aneh lagi, kang.." lanjut Nyonya Winda.
"Seperti?" tanya Tuan Dimas.
"Mungkin dia akan membatalkan proyek itu, Kang. Wah, coba akang periksa deh.." balas Nyonya Winda.
Tuan Dimas langsung membuka laptop dan ponsel-nya secara bersamaan. Ia melihat semuanya aman-aman saja, pria paruh baya itu pun langsung menyimpan laptop dan ponsel-nya kembali. "Aman, sayang..." ujar Tuan Dimas.
"Syukurlah," lanjut Nyonya Winda.
Adit keluar dari dalam gudang dan berjalan kearah dapur, meletakkan piring serta gelas kotornya. Di dapur Bi Siti tengah mencuci piring, Adit datang dan membantu wanita tua yang selalu bersikap baik padanya selama ini. Bi Siti terkejut saat melihat anak majikannya tiba-tiba membantu dirinya. Wanita tua itu menahan tangan Adit dan menatap anak majikannya tersebut.
"Gak usah, Aden. Lebih baik Aden masuk kamar dan bersiap-siap untuk kerja. Nanti dimarahin loh kalau telat pergi ke kantor-nya.." ucap Bi Siti.
"Yah, padahal mau bantuin bibi kerja. Ya udah deh, Adit masuk kamar dulu ya terus pergi kerja. Pamit dulu Bi, sini tangannya.." jawab Adit yang langsung mengecup punggung tangan pembantunya.
"Pergi dulu ya, Bi.." lanjut Adit.
Bi Siti tersenyum, "hati-hati Aden yang ganteng, mengalahkan para aktor aktor dunia.." balas Bi Siti.
Adit terkekeh dan langsung memeluk pembantunya tersebut. Ia memeluk erat pembantunya setelah itu, pria tersebut melepaskan pelukannya dan berjalan kearah kamarnya yang ada di lantai dua. Kedua orang tua Adit, terdiam melihat interaksi Adit dengan pembantu mereka. Ada rasa sesak saat melihat Adit lebih dekat dengan orang lain dibandingkan dengan mereka.
"Akang berangkat yuk, nanti telat ini.." ajak Nyonya Winda.
"Ayo," balas Tuan Dimas.
Kedua paruh baya itu pun berjalan keluar rumah dan masuk ke dalam mobil. Tuan Dimas, memilih untuk mengantar istrinya ke butik milik Nyonya Winda. Di perjalanan mereka hanya diam dengan pikiran masing-masing. Kedua paruh baya itu masih mengingat interaksi anak kedua mereka dengan pembantu rumah tangga yang bekerja cukup lama di rumah Tuan Dimas.
'Sudahlah Winda, kenapa kamu harus memikirkan anak itu? Dia hanya beban untukmu, lebih baik kamu memikirkan usahamu yang tengah berkembang saat ini..' batin Nyonya Winda.
'Jangan pikiran anak yang selalu membuat masalah itu. Lebih baik, kamu fokus mencari uang agar perusahaanmu semakin luas dan semakin dikenal oleh seluruh negara..' batin Tuan Dimas.
Saat kedua paruh baya itu mencoba menyangkal rasa cemburu melihat anaknya lebih dekat dengan pembantu rumah tangganya. Mereka langsung menghela nafas dengan kasar, jujur mereka benar-benar cemburu dan patah hati saat melihat Adit lebih dekat dengan orang asing.
.
Di kantor,
Tuan Dimas sudah berada di dalam ruang kerjanya, dan Adit tengah berjalan masuk kedalam ruang kerja sang ayah.
Tok
Tok
Adit mengetuk pintu terlebih dahulu, karena jika ia langsung masuk tentunya Adit akan mendapatkan amarah dari ayahnya. Setelah Tuan Dimas sudah memperbolehkan Adit untuk masuk, barulah pria tampan itu memberanikan diri masuk ke dalam ruang kerja milik sang ayah. Terlihat Tuan Dimas tengah mengotak-atik laptop yang di hadapannya. Adit meletakkan sebuah dokumen di meja sang ayah, kemudian ia menetralkan rasa takutnya saat ingin berbicara dengan, Tuan Dimas.
"Meeting akan segera dimulai, Papa bisa langsung ke ruang rapat sekarang.." ucap Adit dengan hati-hati.
Tuan Dimas merasakan bahwa Adit tengah berusaha berbicara dengan hati-hati padanya. Berbeda dengan pembantunya tadi pagi, Adit terlihat berbicara dengan santai pada Bi Siti. Tuan Dimas menganggukkan kepalanya dan tak lupa menghela nafasnya dengan pelan. Pria paruh baya itu langsung berdiri dan berjalan keluar dari ruangan, Adit mengikuti ayahnya dari belakang mereka pun masuk ke dalam ruang meeting.
Sudah 3 jam mereka berada di dalam ruang meeting. Akhirnya ayah dan anak itu keluar dari ruangan bersama rekan bisnis mereka. Proyek yang akan mereka bangun, akan dimulai 3 hari lagi. Setelah rekan bisnis berpamitan untuk pulang ke kantor mereka masing-masing, Tuan Dimas menatap anaknya yang tengah terdiam di sampingnya.
"Kembali ke ruangan mu sekarang.." perintah Tuan Dimas.
Adit menganggukkan kepalanya dan berjalan masuk kedalam ruang kerja miliknya. Tuan Dimas yang melihat Adit sudah masuk ke dalam ruang kerja, langsung menghela nafasnya dengan kasar. Rasa cemburu dengan interaksi tadi pagi, masih ada di hati pria paruh baya itu. Tuan Dimas kesal dengan perasaannya, paruh baya itu pun langsung masuk ke dalam ruang kerja untuk menyelesaikan pekerjaannya yang sempat tertunda.
Di dalam ruang kerja Adit, pria itu asyik mengecek dokumen-dokumen yang akan ia kirimkan nanti ke kantor kliennya. Setelah dokumen-dokumen itu selesai ia periksa, Adit menyempatkan diri untuk memberi kabar pada Putri. Karena Putri adalah prioritasnya sekarang, sesibuk apapun dia harus memberi kabar pada orang yang tengah menunggu kabarnya. Adit mendapatkan kata-kata semangat dari Putri, membuat pria itu semakin bersemangat untuk bekerja hari ini.
"Makin semangat nih, hehe. Pacar aku emang yang terbaik, pokok.." gumam Adit menyimpan ponsel-nya di saku jas.
Pukul 16:00 WIB.
Semua karyawan kantor pulang ke rumah mereka masing-masing. Adit menyusun barang-barangnya dan keluar dari ruang kerjanya. Ia melihat Tuan Dimas keluar dari ruangan, langsung menghampiri ayahnya dan mengecup punggung tangan Tuan Dimas. "Adit nanti bakal pulang jam 7 malam, gak sampai jam 9 kok, Pa.." izin Adit.
Tuan Dimas menganggukkan kepalanya dan berjalan menjauhi anaknya tersebut. Pria paruh baya itu masuk ke dalam mobil dan pulang ke rumah, sedangkan Adit menatap kepergian ayahnya. "Huh! Sabar Adit.." gumam Adit.
Pria itu langsung berjalan ke arah mobil yang terparkir di basement, dan ia masuk kedalam mobil menuju restoran tempat Putri bekerja. "Saatnya menjemput sang pujaan hati," lanjut Adit dengan wajah cerianya.
Mobil pun menjauhi basement, Adit menyetir mobil menuju restoran untuk menjemput Putri yang tengah menunggunya di tempat kerja. Tentunya senyuman tak pernah pudar dari bibir pria tampan tersebut. "Aish bisa gila ini, senyum-senyum terus.." gumam Adit lagi sambil terkekeh.
.
To be continued.