Perlahan hari berganti dan matahari mulai memunculkan sinarnya dari ufuk timur, sang fajar terlihat dari jendela kaca di ruang kamar di dekat tempat tidur Anko tersebut.
Matanya yang sayup perlahan mulai terbuka, menandakan dia baru terbangun dari tidurnya.
Dia ingat, dia telah menghabiskan malamnya bersama Syifa dengan bercerita penuh tentang dirinya yang dianggap berasal dari dunia masa depan itu.
Bagi Anko, tidak ada pemandangan yang paling indah selain pemandangan dari matahari terbit dan senja (matahari terbenam). Kini Syifa juga terbangun, tubuhnya menggeliat ke kanan kiri. Begitu dia sadar kalau hari sudah pagi, dan dia segera berkemas dan mengubah penampilannya menjadi lelaki yang tampak tidak ramah kembali. Begitu pula Anko, dia memakai baju kaisarnya dan mengambil sarung pedangnya yang ada di lantai, kemudian dia mengikatkan tali dari sarung pedang tersebut ke dadanya tak lupa juga menyelipkan rambutnya di topi ksatria yang sudah dia pakai sebelumnya.
Anko tidak ada pilihan lain selain ikut berkelana dengan Syifa. Sebenarnya alasan Syifa menyebut Anko sebagai ksatria kerajaan yaitu dirinya sendiri juga ingin mengunjungi istana yang menjulang tinggi yang tampak dari kejauhan tersebut.
Selama ini, setiap Syifa berkeliling ... dia hanya menemukan reruntuhan di tempat-tempat tertentu. Sebenarnya di mana letak sesungguhnya istana yang tampak megah itu? Sekalipun dia berkeliling jauh dia hampir tidak pernah mendekatinya.
Syifa mulai berkemas-kemas dan Anko membantunya, setelah itu mereka bersiap turun ke lantai bawah dan mengembalikan kunci kamarnya lalu mereka memulai perjalanannya kembali.
Akhirnya, tempat yang ingin dituju Syifa adalah tempat yang menjadi tujuan Anko saat ini.
Tapi, tampaknya tidak cukup hanya mengandalkan berkelana tanpa kekuatan kalau mereka benar-benar ingin mewujudkan tujuannya menjadi nyata. Yang Syifa katakan menurut pengalamannya saat ini, jika kita semakin mendekati arah tempat tujuan kita maka kita membutuhkan kekuatan yang lebih besar dan hebat. Konon katanya dari beberapa orang yang pernah Syifa temui, di beberapa belahan dunia sana banyak orang hebat yang katanya telah berkumpul di pusat kota. Untuk mewujudkan hal tersebut, Anko harus menemukan sosok asli avatarnya di dunia ini, dan dia harus mulai melatih kekuatan yang ada di dalam tubuhnya setelah dia menemukannya.
Sebenarnya kekuatan seperti apa yang dimiliki oleh Anko tersebut?
"...."
Tidak lupa sebelum berpergian, Syifa memberi makan kuda-kudanya, agar tidak mogok di tengah jalan. Hari ini, Syifa akan mengajak Anko ke suatu tempat untuk menemukan potensi di dalam dirinya terlebih dahulu. Mereka berangkat dan berencana tiba di tempat yang saat ini ditujunya sebelum matahari berada di atas kepala.
Tempat tersebut ada di tengah hutan di mana sebuah muara sungai yang konon katanya dulunya banyak seorang Elf atau keturunan peri yang mampir untuk mandi di sini. Dia menyuruh Anko untuk melatih dirinya dengan bertapa di atas batu yang berada di tengah-tengah muara sungai tersebut.
"Mengapa aku harus melakukannya?" tanya Anko heran, karena di tengah hutan ini, muara sungai cukup kecil dan tidak ada siapa pun. Memang, beberapa tempat di dunia ini tidak berpenghuni justru karena itu, banyak tempat-tempat unik yang tidak terjamah sebelumnya.
Syifa sendiri percaya kalau Anko nantinya bisa menjadi rekan perjalanannya. Dia berusaha untuk membuat Anko lebih kuat. Sebenarnya, dia ingin memanfaatkan potensi yang berada di dalam diri Anko dengan melihat muara sungai tersebut namun, dia belum menemukannya ....
Anko juga penasaran seperti apa sosok avatarnya yang ada di dunia ini? Apakah dia akan mendapatkan avatar seperti yang ada di game yang dia mainkan? –Milkyway, dia kangen sosok laki-laki tampan, kuat, dan pemberani itu.
....
Sungainya memang tidak begitu dalam tapi, saat ada seseorang yang memiliki kemampuan khusus berbaur di sekitar sungai tersebut (entah itu mereka berdiri atau duduk di atas batu atau berendam langsung) maka sungai itu segera berubah warna dan menunjukkan kemampuan seseorang yang ada di tubuhnya, sungai itu akan berubah warna seperti semula apabila seseorang tersebut telah meninggalkannya atau tidak mengeluarkan tekanan kekuatannya. Nama muara sungai ini adalah, "Air kebenaran," dan air dalam sungai tersebut menetralkan warnanya kembali. Namun, ada beberapa kekuatan seseorang yang tidak dapat dinetralkan sehingga warna sungai yang tadinya digunakan untuk membangkitkan kekuatannya tidak bisa berubah ke warna semula. Beberapa dari mereka biasanya orang-orang yang masuk dalam daftar hitam.
Itu artinya, orang-orang tersebut menanggung banyak dosa dan kesalahan dan mereka tidak mau memperbaikinya maka begitu dinetralkan di sungai ini, warnanya masih tetap tidak berubah.
Syifa juga memberikan beberapa gambaran yang dia dapatkan dari perjalanannya selama ini, beberapa muara tersebut ada yang berwana kuning, hijau, biru, merah, bahkan tidak berwarna sama sekali.
"Kalau tidak berwarna sama sekali, itu artinya seseorang yang pernah menceburkan dirinya ke sungai tersebut tidak memiliki kekuatan khusus apa pun?" tanya Anko memastikannya.
"Bisa jadi, atau bisa juga dia memiliki kekuatan asing yang tidak bisa di deteksi oleh air kebenaran tersebut." Jelas Syifa dengan sejujur-jujurnya.
Kemudian Syifa mengambil air dalam sungai tersebut dari ember kayu yang dia bawa untuk minuman kudanya dan dia memercikkan sedikit air tersebut ke tangannya sehingga di tanggannya tergenang air, dan air yang ada di tangan Syifa itu berubah warna menjadi hijau dan cokelat artinya dia memiliki 2 elemen dasar dalam penyusunan kekuatannya.
"Aku memiliki kemampuan untuk mengendalikan elemen kayu, hijau yang aku dapat berasal dari tumbuhan dan cokelat ini berasal dari tanah. Jika aku gabungkan maka aku akan membentuk elemen kayu, contohnya adalah pahatan avatarku ini." Jelas Syifa dengan menunjukkan kedua telapak tangannya yang berubah warna.
"Wayh~ keren!" Sementara Anko terpukau dengan perubahannya.
"Tunggu dulu! Kalau kamu memiliki elemen tersebut, lalu dari awal kau juga memiliki baju ksatria seperti diriku, berarti kau juga memiliki pedangnya?" tanya Anko memastikannya, karena selama ini dia tidak pernah melihat Syifa membawa pedangnya di punggungnya.
Syifa menggeleng, "Sayang sekali, senjataku sepertinya bukan pedang, karena aku sendiri juga bisa membuat pedang dari kayu." Jelasnya dengan muka sedikit kecewa, tampaknya Syifa ingin sekali memiliki pedang seperti milik Anko.
"Oh, ya, apa kau yang memiliki pedang tersebut pernah mencabutnya?" tanya Syifa memastikannya karena selama ini dia hanya melihat Anko hanya membawanya saja.
"Tidak pernah, bahkan aku juga baru sadar sejak kita akan bertemu, pedang ini melekat ke tubuhku dengan ikatan di dadaku." Jelas Anko dengan muka datarnya.
"...." Syifa merasa ada sebuah keanehan dalam diri Anko tersebut.
"Sebelumnya kamu tiba di mana? Tempat awalmu tiba? Apa kau masih bisa melihat sosok aslimu?" tanya Syifa penasaran dengan memastikan kalau sosok ini adalah sosok aslinya.
"Ya, jika aku membuka baju besi yang aku kenakan ini, itu adalah sosok asliku. Aku tiba kemari sudah seperti ini." Anko menjelaskannya dengan sungguh-sungguh.
"Berarti kamu benar-benar belum menemukan avatarmu."
"Aku awal tiba ada di reruntuhan kuno dan aku pikir banyak tanah yang gersang dan tumbuhan layu di sana ... kalau saja kekuatan ini diberikan untukku, dan andai aku punya kemampuan lebih besar mungkin aku akan menemukan asal kekuatanku sebelumnya. Karena beberapa dari orang yang selama aku temui, pasti mereka tiba di sekitar reruntuhan." Jelas Syifa kembali yang membuat Anko semakin tidak mengerti.
"...." Mengapa hanya dirinya yang tiba di padang rerumputan dengan taman bunga yang warna-warni dan dia juga melihat desa tempat awal dirinya tiba tidak berpenghuni.
Anko akhirnya membuat kesimpulan, dia tidak sempat berbaur dengan muara sungai di sini, "Itu artinya ... aku tidak bisa menemukan avatarku di sini tetapi, di awal tempat diriku tiba." Anko menjelaskan kesimpulannya.
"Ya, namun kamu masih bisa mendeteksinya di sini. Jika air dalam sungai itu berubah warna entah banyak atau sedikit saja berarti itu adalah simbol kekuatanmu dan kamu akan menemukan cerminan avatarmu di sini." Jelas Syifa kembali dengan santainya sambil duduk di dekat batu besar.
"...."
'Cermin?'
Anko menjadi ingat, kalau sebelumnya dia pernah bercermin di sumur tua di tempat awal dia tiba ....
Apakah avatarnya kali ini perempuan?
Lalu, sebelum Anko masuk ke sungai tersebut atau dia beluim bertapa di atas batu, dia mencoba mencabut pedangnya dari sarung pedangnya ....
"...." cukup sulit!! Tampaknya, Anko harus membutuhkan kekuatan lebih untuk mencabutnya, benar sekali apa yang dikatakan oleh Syifa. Jadi, saat ini Anko mencoba bertapa di atas batu, memejamkan matanya dan memfokuskan pikirannya.
Anko segera mencobanya dan menemukan kekuatan yang bersemayam di tubuhnya, dia juga penasaran Avatar seperti apa yang dia punya? Sebisa mungkin Anko tidak mengotori sungai ini.
Dia mengikuti cara yang diajarkan oleh Syifa.
Syifa juga bilang, tidak perlu terburu-buru karena hal ini membutuhkan ketelitian yang ekstra.'Buram!' Ya, memang masih buram dan tampaknya ini akan membutuhkan waktu yang cukup lama dan melelahkan.
Namun, Syifa yang duduk santai di sana berpikir kalau 'Anko melakukannya dengan sangat baik.'
Dulu, Syifa mendapatkannya lebih dari seminggu. Bagi mereka yang dapat menemukannya hanya dalam beberapa hari bahkan hanya sehari atau beberapa jam mereka tergolong orang yang memiliki kemampuan yang lebih hebat. Tentu saja, hingga lelah Anko memusatkan pikirannya ... namun dia tidak menemukan apa pun.
Tapi, Syifa pikir itu tidak benar ...!! Tampaknya Anko belum menyadari semua yang ada di sekitarnya, Syifa yang memantaunya menyeringai tipis pada Anko, dia tampak mengetahui sesuatu.
****
Kira-kira kekuatan seperti apa yang bersemanyam dalam tubuh Anko?
*To be Continued.