アプリをダウンロード
10.54% Memandang Lautan Biru Yang Luas / Chapter 33: Permusuhan Antar Dua Saudara

章 33: Permusuhan Antar Dua Saudara

Chu Weixu hendak meluapkan kemarahannya saat itu juga. Namun, begitu ia melihat pria di hadapannya, yang terlihat sangat tenang, ia merasa dijebak seolah-olah ia adalah seekor ikan yang dipancing dengan umpan untuk dihidangkan sebagai menu utama hanya untuk ditertawakan.

Ini seperti sebuah permainan jebakan di mana siapapun yang bergerak lebih dulu, maka ia yang akan kalah, sementara sikap diam pria tersebut merupakan salah satu cara untuk memanipulasi keadaan yang bisa membuat dirinya menjadi seorang pecundang.

Chu Weixu memang orang yang ceroboh namun setidaknya ia masih bisa menggunakan otaknya di waktu yang tepat.

Bagaimanapun, sejak terakhir mereka bertemu tiga tahun lalu, Chu Shenshu juga mempertanyakan keberadaan Ai Zhiyi. Dulu Chu Weixu bertindak terlalu tergesa-gesa sehingga mereka berakhir dalam sebuah perkelahian.

Namun, bukankah itu wajar? Tidak ada seorangpun yang akan membiarkan seseorang menanyakan keberadaan pasangannya seserius itu.

Sekarang, berdasar pada pengalaman itu, Chu Weixu berusaha keras untuk menekan kemarahannya, bahkan ia bisa merasakan getaran di tubuhnya naik hingga ke ubun-ubun, memperlihatkan tonjolan urat biru di keningnya yang sedikit berkeringat.

Ia menghirup udara dan menghembuskannya perlahan-lahan. Setelah ia bisa mengendalikan emosinya, ia bertanya dengan nada dingin, "Aku serius. Sebenarnya, apa keperluanmu datang ke sini?"

Chu Shenshu menarik garis tipis di sudut bibirnya, membentuk sebuah senyum namun tidak tulus. Ia menjawab dengan ringan sebelum menyesap tehnya, "Aku datang untuk sekedar melihat keadaanmu."

"Heh." Chu Weixu memutar bola matanya. Jawaban menggelikan itu seolah baru saja menggelitik perutnya. Sayangnya, ia tidak memiliki selera humor yang baik untuk lelucon seperti itu, jadi ia tidak bisa tertawa selain bertanya sekali lagi, "Lalu kenapa kau mencarinya?"

Pria yang duduk di seberang meletakkan cangkirnya dan mengerutkan dahi ke arah Chu Weixu, kemudian ia meludahkan, "Bukankah kalian selalu bersama? Menanggung malu bersama-sama? Jadi, aku mencarinya."

Chu Weixu menyadari kesalahannya. Ia tidak seharusnya menanyakan hal semacam itu, namun rasa ingin tahu di dalam dirinya sejak tiga tahun lalu kembali muncul saat ia mendengar Chu Shenshu menanyakan hal yang sama sekali lagi, itu terasa mendorongnya dua kali lebih kuat untuk menanyakan apa yang ada di pikirannya.

Namun, itu bodoh. Menghadapi pria itu, Chu Weixu seharusnya tahu bahwa bersikap tenang adalah hal terbodoh.

Chu Weixu, yang pada dasarnya sangat agresif jika menyangkut Ai Zhiyi segera bangkit dari kursi dan mengulurkan tangannya yang panjang untuk menarik kerah baju Chu Shenshu.

Namun, begitu ia hendak melayangkan kepalan tangannya ke wajah pria itu, ponselnya tiba-tiba bergetar di dalam saku celananya, menghentikan tinjunya tepat di ujung mata Chu Shenshu.

Apa yang membuat situasi itu tampak menarik adalah bagaimana Chu Shenshu masih bisa terlihat begitu tenang dalam keadaan terdesak, bahkan ia masih bisa menunjukkan kekehan kecil yang mengejek Chu Weixu.

Orang lain sudah pasti menghindar atau setidaknya memberikan perlawanan, namun untuk pria itu, ketenangannya seolah tak ada habisnya.

Sementara di konter, Wen Qi yang menyaksikan itu hampir berteriak. Ia menutup mulutnya dengan telapak tangan, menahan suaranya. Jika saja Chu Weixu berhasil mendaratkan pukulan di wajah Chu Shenshu, ia tidak lagi akan berteriak melainkan jatuh pingsan.

Chu Weixu mengerutkan kening, menatap Chu Shenshu dengan marah sebelum ia melepaskan cengkeramannya. Lalu, ia mengeluarkan ponsel dari sakunya.

Begitu ia melihat ID di layar panggilan, ia segera menekan tombol hijau. "Ada apa?"

"Hei, Weixu, kau membaca pesanku kemarin, kan? Jangan bilang kau membukanya tapi tidak membacanya sama sekali," suara akrab terdengar di saluran berbeda.

Nada ringan yang menggambarkan seorang pria periang, itu sudah pasti Qing Hua yang berbicara.

"Aku membacanya. Ada apa?" tanya Chu Weixu.

"Aku ingin membicarakan sesuatu. Tapi, mungkin tidak untuk siang ini. Aku akan datang ke sana saat sore karena aku baru ingat aku punya urusan yang harus diurus siang ini," suara Qing Hua terdengar serius.

"Oh, kebetulan sekali, aku juga ingin membicarakan sesuatu denganmu. Tapi, aku tidak bisa menerima tamu hari ini. Kau bisa datang besok siang."

"Tapi, ini penting!"

Chu Weixu menarik napas dalam diam sebelum ia menegaskan, "Suasana hatiku sedang buruk. Jika kau tetap ingin datang, silakan, tapi aku harap kau tidak membawa kabar buruk karena aku tidak akan segan mengusirmu."

Mendengar kata-katanya, Qing Hua seketika hening. Kata-kata itu tidak berkonotasi baik dan bukan sekedar ancaman.

Qing Hua mengetahui dengan jelas bahwa Chu Weixu sangat mudah tersinggung ketika suasana hatinya sedang buruk. Ditambah lagi, apa yang hendak ia sampaikan pada Chu Weixu bukanlah sesuatu yang baik. Ia tahu, ketika Chu Weixu mendengar hal ini, itu akan membuat suasana hatinya semakin buruk. Chu Weixu tidak takan mengusirnya begitu saja tanpa menghajarnya terlebih dahulu. Jadi, Qing Hua memaksakan diri untuk menyetujui tawaran Chu Weixu untuk menemuinya besok siang.

Saat Chu Weixu berbicara di telepon, Chu Shenshu merapikan kemejanya. Kemudian, ia mengeluarkan sebungkus rokok, menyalakan rokok sambil bersandar dengan tenang, diselimuti asap tembakau yang bercampur dengan wangi citrus.

Tak lama, tiga orang pelanggan datang dan duduk di meja tak jauh dari Chu Shenshu berada, lalu menyusul sepasang kekasih tak lama setelahnya. Dengan segera Chu Weixu menutup telepon dan bergegas ke konter.

Chu Shenshu duduk diam sendirian. Pandangannya dibuang ke luar dinding kaca. Ia menghisap rokok hingga nyala api mencapai ujung rokok, lalu menggantinya dengan yang baru.

Ketika Chu Weixu duduk kembali di hadapannya, Chu Shenshu memberikan satu rokok kepada Chu Weixu.

Mereka berdua tetap diam, diselimuti asap putih dari dua arah berlawanan.

Alis Chu Weixu berkerut erat sambil menatap Chu Shenshu dengan tatapan serius, sementara kakinya tidak bisa diam di bawah meja, seperti sedang gelisah menunggu pria itu untuk pergi.

Karena kedatangan beberapa pelanggan, Chu Weixu berusaha keras untuk menjaga sikapnya di hadapan mereka.

Namun, walau ketenangan yang ia tunjukkan hampir menutupi sikap pemberontaknya secara sempurna, itu tetap tidak bisa menutupi ketidaksenangan di wajahnya.

Chu Shenshu tidak menanggapinya, berpura-pura menganggap Chu Weixu tidak ada di hadapannya.

Hingga pada akhirnya, karena tidak sabar, Chu Weixu pun mengusir pria itu dengan nada halus, "Kau sebaiknya pergi dari sini sekarang."

Chu Shenshu perlahan menggeser matanya, menunjukkan mata elang berwarna hitam legam, yang seolah sedang menargetkan mangsa.

Tanpa mengatakan apa-apa, Chu Shenshu berdiri dari tempat duduknya. Namun, berlawanan dengan kata-kata Chu Weixu, ia tidak pergi dari tempat ini melainkan melangkah masuk menuju tangga yang ada di balik dinding.

Chu Weixu meletakkan kedua tangannya di atas meja, mendengus dingin. Ia tahu ke mana pria itu hendak pergi, namun ia tidak segera menyusulnya melainkan menenggelamkan diri ke dalam amarahnya untuk sementara.

Ia menarik senyuman dingin. Dan tiba-tiba, kepalan tangannya memukul meja dengan keras!

Pandangan orang-orang seketika tertuju padanya.

Chu Shenshu berjalan melewati konter. Wen Qi meliriknya dengan heran seolah wajahnya menggambarkan pertanyaan yang jelas "apa yang akan kau lakukan di atas sana?", sementara pria apatis itu terus melangkah dengan anggun tanpa menghiraukannya.

Tak lama setelahnya, ia melihat Chu Weixu menyusul Chu Shenshu. Wen Qi pun mulai merasa panik.

Walaupun Wen Qi adalah kerabat dari Ai Zhiyi dan cukup dekat dengan pasangan itu, ia tidak pernah berani untuk naik ke atas tanpa seizin mereka.

Namun, pria itu cukup lancang, bahkan tidak peduli dengan kehadiran Chu Weixu sebagai pemilik rumah ini.

Wen Qi menggelengkan kepalanya dengan cepat, tak ingin membayangkan bagaimana keributan itu akan terjadi di atas sana. Buruknya lagi, bagaimana keributan itu akan terdengar oleh beberapa pelanggan yang berada di bawah sana.


章 34: Kebencian Chu Shenshu

Chu Weixu berjalan tergesa-gesa sambil mengepalkan kedua tangannya. Tanpa ia sadari, kuku-kuku jarinya menusuk dagingnya, namun ia tidak ingin melepaskan mereka, membiarkan mereka menusuk lebih dalam.

Pada awalnya, Chu Weixu berniat menghajar Chu Shenshu saat ia menemukannya, namun ia tidak bereaksi saat ia melihat Chu Shenshu hanya berdiri diam di anak tangga.

Ketika Chu Weixu hendak memijakkan kaki di anak tangga pertama, Chu Shenshu tampak sedang berdiri beberapa tangga di atasnya seolah-olah ia sedang menunggu Chu Weixu.

Seketika Chu Weixu berhenti melangkah.

Chu Weixu awalnya berpikir bahwa Chu Shenshu ingin membuat keributan dengannya, namun ia sepertinya salah menduga. Dilihat dari sikap Chu Shenshu, pria itu tampak tak memiliki niat mencari keributan.

Chu Weixu mengerutkan kening ke arah Chu Shenshu, memikirkan apa sebenarnya yang ia rencanakan.

Sementara itu, begitu Chu Shenshu menyadari kehadiran Chu Weixu, ia dengan segera menoleh ke arahnya, lalu berjalan turun dengan langkah elegan.

Saat ia berdiri tepat di hadapan Chu Weixu, kedua wajah pria yang memiliki garis tegas dan sombong itu tak dapat mengelak satu sama lain.

Chu Shenshu menghisap rokok tanpa melepaskan pandangannya ke arah Chu Weixu dan dengan sengaja meniup asap ke wajahnya.

Sementara Chu Weixu tetap diam hingga Chu Shenshu membuka suara, "Tadi, aku menemui Xinian di kantornya."

Suara Chu Weixu terdengar acuh tak acuh, "Lalu?"

Chu Shenshu menyesap rokoknya sekali lagi, berkata, "Aku berada di sana saat kau meneleponnya."

Chu Weixu menyipitkan matanya saat ia mendengar perkataan itu dan diam-diam menunggu Chu Shenshu untuk melanjutkan.

Pria yang memiliki ekspresi dingin di wajahnya itu mengetuk abu, menghamburkan sisa-sisa tembakau yang terbakar di atas sepatu mereka. "Apa yang telah kau katakan pada Xinian?"

Chu Weixu mengangkat alisnya dan tak ingin mengakui apa pun, "Apa yang aku katakan padanya? Tidak ada."

Udara tiba-tiba menjadi lebih dingin, menyelimuti mereka berdua.

Chu Shenshu tidak memberikan tanggapan saat ia memicingkan matanya.

Sementara Chu Weixu terus mengoceh, "Apa ini tujuanmu datang ke sini? Jangan mengatakan hal yang tidak penting padaku. Jangan membuang-buang waktumu untuk hal semacam ini karena aku tidak akan peduli dengan semua omong kosongmu itu."

Pria tenang di hadapan Chu Weixu memiliki tatapan mematikan di matanya. Ia tidak menunjukkan reaksi dan terus mencubit puntung rokok di jarinya hingga nyala api menyentuh kulitnya, menyebabkan sensasi terbakar.

Chu Shenshu mengambil langkah demi langkah, melewati Chu Weixu. Sebelum Chu Shenshu keluar di balik dinding, ia sempat berkata dengan nada memperingati, "Jika kau menyakiti perasaan Xinian lagi, aku tidak akan segan meminta orang-orangku untuk memberimu pelajaran. Selama ini dia terus membantumu, kan? Kau seharusnya menghargai itu."

Apa dia mengancamnya?

Chu Weixu menyunggingkan senyum. Bagaimana ia menatap Chu Shenshu saat ini, itu jelas adalah bentuk penghinaan untuknya.

Tidak ada rasa takut ketika Chu Weixu mendengar perkataan saudara tertuanya. Mungkin karena Chu Weixu adalah orang yang tidak terikat aturan, jadi ia sering mengabaikan peringatan apa pun dari orang lain.

Seperti seekor serigala yang setia pada satu pemimpin, Chu Weixu adalah orang yang tidak mudah dijinakkan. Ia tidak akan tunduk kepada siapa pun jika itu bukanlah Ai Zhiyi.

Chu Weixu diam di sana untuk waktu yang lama, menggantung kepalanya, menatap lantai dengan tatapan hampa. Tanpa menoleh ke belakang, ia mengetahui bahwa Chu Shenshu telah meninggalkan tempat ini. Ia bergumam kepada dirinya sendiri, "Kau pikir aku takut dengan gertakan seperti itu? Lucu sekali."

Sementara itu, sebelum Chu Shenshu keluar dari rumah teh itu, ia berbicara kepada Wen Qi yang saat itu sedang berjaga di konter seolah-olah ia mengejek, "Rupanya berada di antara mereka membuatmu terlihat lebih ceria sekarang."

Wen Qi tidak menoleh ke arah Chu Shenshu, namun ia juga enggan memberikan tanggapan hingga pria itu meninggalkannya dengan acuh tak acuh.

Dari raut wajah yang ditunjukkan oleh pemuda itu, terlihat ada hal yang telah terjadi di antara mereka, yang telah berlalu cukup lama namun meninggalkan jejak yang tak terhapuskan.

Chu Shenshu duduk diam di dalam mobil hingga seorang supir dengan ramah memastikan tujuan mereka, "Bos, apakah kita langsung menuju bandara?"

Mendengar seseorang bertanya saat suasana hatinya sedang buruk, membuat pertanyaan itu terdengar seperti ejekan yang memancing amarahnya. Ia segera melirik ke arah supir yang duduk di kursi pengemudi dengan tatapan tajam, berkata, "Apa aku pernah mengatakan ingin pergi ke tempat lain setelah mengunjungi tempat ini?"

Mendengar kata-kata bosnya, supir itu bergidik ketakutan seolah-olah rambutnya akan rontok. Jadi, ia segera meminta maaf dengan suara bergetar sebelum melajukan mobil.

Ada perubahan dari raut wajah Chu Shenshu yang tenang. Ada kerutan di tengah alisnya yang semakin jelas yang perlahan menunjukkan kekesalan yang terpendam.

Menggertakkan gigi, kemarahan yang berusaha ia tutupi di dalam dirinya akhirnya bisa ia lepaskan, menyalakan api di matanya.

Sejak dulu Chu Shenshu adalah orang yang tidak pernah akrab dengan kedua saudaranya. Namun, walau Chu Shenshu memiliki penampilan acuh tak acuh, ia sendiri adalah orang yang begitu peduli terhadap keluarganya—terkecuali ia adalah Chu Weixu.

Selama ini, Chu Shenshu tidak pernah peduli pada apa yang dilakukan Chu Weixu. Namun, saat ia melihat adik perempuannya disakiti oleh seseorang, walau sekalipun itu adalah saudaranya sendiri, ia tidak akan segan memberinya pelajaran tanpa peduli jika itu perlu dengan cara kekerasan.

Lagi pula, sejak Chu Weixu meninggalkan keluarga mereka, Chu Shenshu menganggap bahwa Chu Weixu tidak lagi merupakan bagian dari Keluarga Chu walau seaklipun ikatan darah bukanlah sesuatu yang bisa dilepaskan. Ditambah lagi, Chu Weixu tidak memiliki sopan santun yang tidak memiliki gambaran khusus di keluarga mereka, membuat Chu Shenshu meragukan identitasnya saat ini.

Chu Weixu memang tidak terdidik secara sikap, layaknya orang buangan yang hanya menggunakan marga yang sama seperti dirinya.

Sementara Chu Shenshu, dimana pun kakinya memijak, maka orang-orang akan menunjukkan rasa hormat.

Reputasi dan kekuasaannya adalah kekuatan besar yang menjunjung namanya sebagai pewaris bisnis di keluarga Chu.

Jika orang-orang mendengar namanya, maka orang-orang akan segera mengenalinya sebagai "Chu Shenshu, si pria hebat dan makmur".

Namun, ada satu rahasia. Walau Chu Shenshu adalah orang yang sejahtera, ia memiliki masa lalu yang kurang beruntung dimana ia dulunya hanyalah seorang anak yang diabaikan oleh keluarganya sendiri.

Saat usianya baru menginjak dua tahun, ibunya mengandung adik keduanya. Saat itu kondisi ibunya tampak buruk sehingga ia tak mampu merawat Chu Shenshu, jadi kakeknya mengusulkan untuk membawa Chu Shenshu ke kediaman mereka yang berada di kota berbeda daripada Chu Shenshu harus dirawat oleh seorang pengasuh, dan berkata bahwa mereka akan merawatnya di sana hingga kondisi ibunya pulih.

Namun, tahun-tahun berlalu hingga kelahiran Chu Weixu. Chu Shenshu seperti orang yang dilupakan. Oleh karena itu, ia menjadi lebih betah berada di kediaman kakek dan neneknya daripada ia harus kembali ke mansion keluarganya.

Saat remaja, kedua orang tuanya mengingatnya. Mereka pernah membawa Chu Shenshu kembali ke mansion mereka beberapa kali, namun ia tetap saja melarikan diri.

Hingga pada usianya yang ke-dua puluh satu tahun, kakeknya meninggal, jadi ia diminta oleh neneknya untuk kembali ke kediaman keluarganya dengan alasan untuk membuatnya terbiasa.

Sayangnya, walau Chu Shenshu telah dirawat bertahun-tahun oleh kakek dan neneknya, tetap saja, kasih sayang mereka tidak sepenuhnya untuknya melainkan kepada Chu Weixu. Bahkan kedua orang tuanya melakukan hal yang sama kepadanya seolah mereka semua menganggap bahwa Chu Shenshu bisa hidup sendirian tanpa mereka.

Mereka menganggap bahwa Chu Weixu adalah anak yang lemah sehingga ia membutuhkan lebih banyak perhatian.

Apa bedanya dengan dirinya?

Alasan itu tidak membuat Chu Shenshu lantas bisa memahami keadaan Chu Weixu selain merasa begitu membencinya, bahkan ia bisa merasakan kebencian teramat dalam diukir di tulangnya.

Chu Shenshu mengetahui apa maksud dari kata 'lemah' itu bahwa itu menyangkut kelainan darah yang diderita Chu Weixu.

Lalu, bagaimana dengan dirinya? Ia juga sama seperti Chu Weixu, menderita kelainan genetik yang sama dengan skala yang sama, juga diturunkan dari ibu yang sama. Hanya perhatian yang membuat mereka berbeda.

Ia hanya tidak ingin mengatakan bahwa kedua orang tuanya dengan sengaja tidak bersikap adil hanya untuk menuntutnya menjadi pria mandiri saat ia dewasa.

Sekarang, Chu Weixu yang mereka lindungi telah melarikan diri dengan orang lain dan meninggalkan nama buruk untuk mereka. Chu Shenshu bertanya-tanya apakah itu membuat mereka menyesal?

Walau begitu, layaknya dewa yang Agung, Chu Shenshu tidak menaruh dendam untuk kedua orang tuanya. Hanya saja, jika ia diberikan satu kesempatan untuk menertawakan mereka, ia ingin melakukannya tepat di wajah orang-orang yang dulunya membela Chu Weixu!

***


Load failed, please RETRY

ギフト

ギフト -- 贈り物 が届きました

    バッチアンロック

    目次

    表示オプション

    バックグラウンド

    フォント

    大きさ

    章のコメント

    レビューを書く 読み取りステータス: C33
    投稿に失敗します。もう一度やり直してください
    • テキストの品質
    • アップデートの安定性
    • ストーリー展開
    • キャラクターデザイン
    • 世界の背景

    合計スコア 0.0

    レビューが正常に投稿されました! レビューをもっと読む
    パワーストーンで投票する
    Rank 200+ パワーランキング
    Stone 0 推薦チケット
    不適切なコンテンツを報告する
    error ヒント

    不正使用を報告

    段落のコメント

    ログイン

    tip 段落コメント

    段落コメント機能がWebに登場!任意の段落の上にマウスを移動し、アイコンをクリックしてコメントを追加します。

    また、[設定]でいつでもオフ/オンにすることができます。

    手に入れました