Lin Xiao Yi mencubit lengannya sendiri. Berharap itu semua tidaklah nyata sehingga bertemu dengan mereka lagi.
"Aduh," rintih Lin Xiao Yi. Saat lengannya terasa sakit karena cubitannya sendiri.
"Kalian untuk apa di sini?" ujar Lin Xiao Yi dengan pandangan menelisik memandang dua orang yang tengah duduk.
"Tentu saja kami ingin sarapan," sahut Li Zheng Yu dengan datar. Jika tidak karena putri kesayangannya merengek meminta bertemu gadis itu sebenarnya dia malas untuk pergi ke restoran mengikuti Lin Xiao Yi.
"Bibi Xiao Yi, duduklah. Mari makan bersama kami," ajak Mei-Yin sembari menepuk kursi yang ada di sebelahnya. Anak itu terlihat sangat manis dengan rambut yang dikuncir dua dengan poni yang menutupi alisnya.
"Maaf, aku banyak pekerjaan. Silahkan kalian lanjutkan berdua saja," ujar Lin Xiao Yi sembari tersenyum tipis. Mengingat pesan dari manajer Wang yang harus selalu bersikap baik kepada para pengunjung.
Lin Xiao Yi membungkukkan tubuhnya sebelum undur diri untuk kembali ke dapur. Tidak ingin berlama-lama di sana.
"Ayah, aku ingin makan bersama bibi Xiao Yi," rengek Mei-Yin dengan mata berkaca-kaca hendak menangis ketika melihat punggung Xiao Yi yang perlahan susah tidak tampak lagi.
Li Zheng Yu mencubit ruang di antara kedua alisnya. Ini pertama kalinya Mei-Yin mau dekat dengan wanita asing karena ia memang tipe yang sangat pemilih. Tidak bisa sembarang orang yang mengurusnya.
"Sayang, bibi Xiao Yi sedang sibuk bekerja. Sebaiknya kita makan sekarang juga," bujuk Li Zheng Yu barangkali putrinya mau untuk menuruti ucapannya kali ini.
"Aku tidak mau. Aku ingin bersama bibi Xiao Yi," tukas Mei-Yin dengan bibir cemberut dan melipat kedua tangannya di dada.
"Baiklah, ayah akan memanggilnya sekarang juga," ujar Li Zheng Yu sembari menghela nafas panjang. Dari pada putrinya marah dan akan sangat sulit untuk di rayu maka lebih baik berkorban sedikit untuk memohon kepada gadis itu.
Kebetulan sekali di saat yang bersamaan, manajer Wang datang ke meja mereka. Sehingga Li Zheng Yu tidak perlu mencarinya.
"Bagaimana, Tuan? Apa makanannya enak?" tanya manajer Wang sembari tersenyum ramah.
"Hmm, kami bahkan belum memakannya. Bisakah kau panggil gadis yang bernama Xiao Yi untuk datang kemari? Putriku hanya ingin makan jika bersamanya," tukas Li Zheng Yu.
"Tentu saja, tunggulah sebentar. Aku akan memanggilnya, Tuan," ujar Manajer Wang kemudian pergi ke arah dapur.
Manajer Wang memang cukup mengenal Li Zheng Yu karena mereka sering berkerja sama dalam beberapa kesempatan.
"Sayang, kenapa kau sekarang menjadi manja seperti ini dengan orang asing? Bibi Xiao Yi itu orang asing, apa kau tidak takut dengannya?" ujar Li Zheng Yu agar Mei-Yin tidak terus-menerus tergantung pada gadis yang sudah sombong tidak menerima tawarannya. Padahal uang yang diberinya setara dengan gaji sebagai koki selama setahun.
"Tidak, bibi Xiao Yi orang baik," ucap Mei-Yin dengan nada khas anak-anak yang terdengar menggemaskan.
"Sebenarnya ramuan apa yang telah diberikan olehnya untuk meracuni pikiran Mei-Yin?" gumam Li Zheng Yu yang sudah kehabisan kesabaran.
Tidak lama kemudian akhirnya Lin Xiao Yi sudah datang ke meja mereka dengan wajah tertunduk. Gadis itu sangat kesal karena harus berhubungan lagi dengan anak itu.
Sebisa mungkin Lin Xiao Yi bersikap manis karena bagaimanapun mereka adalah tamu. Apalagi ancaman manajer Wang yang akan memecatnya jika tidak melayani dengan benar dan masakannya tidak enak.
Ini pertama kalinya mendapatkan pengunjung yang sangat menyebalkan seperti mereka.
"Ada apa memanggil saya lagi, Tuan?" ucap Lin Xiao Yi yang sudah sangat muak. Ia tidak terbiasa bersikap sopan seperti Fang Yin yang memang sudah terbiasa menghadapi pelanggan. Berbeda dengannya yang selalu berkutat dengan peralatan masak.
"Putriku ingin ditemani olehmu. Duduklah di sampingnya dan lakukan apapun keinginannya," perintah Li Zheng Yu dengan wajah datar.
Lin Xiao Yi memberanikan diri untuk memandang wajah tampan Li Zheng Yu dan guratan tegas di wajahnya. Meskipun memang sedikit terlihat dewasa tapi tak dapat dipungkiri jika pahatan indah di wajah pria itu begitu sempurna di matanya.
"Xiao Yi?" Li Zheng Yu menggerakkan telapak tangannya di depan wajah Lin Xiao Yi yang justru termenung sambil menatapnya.
"Apa yang anda katakan tadi?" Lin Xiao Yi segera tersadar. Berharap semoga pria di depannya tidak menyadari jika tadi ia terpana dengan ketampanannya.
Terkadang Xiao Yi Namun ia juga trauma dengan single daddy. Bayangan masa lalu kembali masuk ke dalam benaknya. Jika ingat seorang single daddy maka bayangan pria berkepala botak dan buncit hadir di benaknya.
"Duduklah, temani putriku makan," ujar Li Zheng Yu yang tidak suka mengulangi perkataannya.
Xiao Yi memutar bola matanya. Harapannya untuk terlepas dari gadis kecil itu sepertinya tidak berhasil. Jika saja ancamannya tidak dipecat mungkin dirinya tidak akan mau melakukannya.
Dengan terpaksa, Lin Xiao Yi akhirnya duduk juga di kursi di samping Mei-Yin.
"Kau mau makan apa?" tanya Lin Xiao Yi pada Mei-Yin karena ada beberapa menu yang ada di meja.
Ada ayam cincang gong bao, yaitu olahan ayam cincang berukuran besar yang dimasak bersama rempah-rempah, kecap dan saus khas Tiongkok kemudian disajikan dengan kacang goreng dan cabai kering. Ada juga Dim Sum serta Won Ton yang lebih dikenal dengan nama pangsit.
"Aku ingin makan masakan Bibi," tukas Mei-Yin dengan mengerjapkan kedua kelopak matanya.
Lin Xiao Yi akhirnya mengambilkan beberapa potong bebek ke dalam piringnya. Beruntung tadi masakannya tidak terlalu pedas sehingga tidak masalah dimakan anak kecil sepertinya.
Li Zheng Yu mengamati gadis di depannya yang sedang menyuapi Mei-Yin dengan wajah datar. Mungkin tidak ada salahnya mengulangi permintaannya.
"Xiao Yi, jadilah pengasuh putriku maka kau tidak perlu bersusah payah untuk menjadi seorang koki," tukas Li Zheng Yu dengan nada datar.