"Zero, tubuhku kotor dan hina sekarang. Aku tidak pantas lagi untukmu," ucapku sambil menundukan kepala karena tak berani menatap wajahnya. Sedangkan Zero, dia masih menatap tubuhku, menelisik satu demi satu tanda merah yang ada di leher dan paling banyak berada di sekitar dada. Dia tak mengatakan apa pun, membuatku semakin merasa bersalah karena tak sanggup menjaga tubuhku sendiri.
"Aku minta maaf, Zero. Aku telah gagal melindungi diriku sendiri. Aku sudah tidak pantas untukmu."
Air mataku mengalir semakin deras, merasa frustrasi karena Zero tak menanggapi perkataanku sedikit pun, aku pun mengusap dengan kasar leher dan dadaku yang penuh dengan tanda merah itu. Bahkan kuku-kukuku yang sedikit panjang karena aku selalu merawatnya, terasa menancap di kulitku. Aku hanya sedang berusaha menghilangkan tanda merah menjijikkan ini meskipun akibatnya luka akan muncul di mana-mana.
"Hentikan, Giania!" Bentak Zero, dia berusaha menahan tanganku agar berhenti menyakiti diriku sendiri.