"Hei, Zero, kenapa kau diam saja? Jawab aku! Lepaskan Giania dan biarkan dia hidup bahagia bersamaku!"
Aku sama sekali tak mempedulikan teriakan Aaron yang membahana di kamar kami karena yang kulihat sekarang adalah raut wajah Zero. Aku mencoba menerka apa yang sedang dia pikirkan.
"Zero! Kau bocah ingusan yang sangat beruntung. Sayangnya kau dilihat dari sudut mana pun memang tidak pantas menjadi pasangan Giania!"
Untuk kesekian kalinya Zero mengabaikan teriakan Aaron. Walau dengan susah payah, aku mencoba mengeluarkan suaraku, "Zero ... Zero ..."
Walau pelan sepertinya Zero masih bisa mendengarnya karena kini dia tengah menatapku. Aku menatap lurus ke matanya berharap dia memahami arti tatapan ini tidak lain aku sedang memintanya, ah, tidak, lebih tepatnya aku sedang memohon agar dia tidak mempercayai ucapan pria brengsek itu.