Wajah An Ge'er memucat karena terkejut oleh perkataan Bo Yan. Seketika, dia pun tidak berani menatap pamannya itu.
Namun, Bo Yan menarik lengan An Ge'er dan dengan mudah meraih pinggang kecil gadis itu dengan satu tangan. Begitu ramping, begitu lembut, bahkan melalui kemeja tipis oranye bermotif kotak-kotak itu, dia dapat merasakan kehangatan di baliknya.
Sorot mata Bo Yan menjadi lebih dalam, tangannya yang lain menjepit rahang bawah An Ge'er, bibir tipisnya sedikit terangkat, tiba-tiba dia tersenyum samar. "An Ge'er, menurutku kamu cemburu."
Bulu mata An Ge'er bergetar pelan, napasnya menjadi kacau. "Paman, omong kosong apa yang Paman katakan? Kamu, aku… kamu… aku…"
An Ge'er tegang dan tidak tahu harus berkata apa. Melihat senyuman di sudut bibir Bo Yan yang tidak jelas maknanya itu, tiba-tiba dia merasa marah sekaligus malu. Dia berjuang keras melepaskan diri dari pamannya sambil berseru dengan suara rendah, "Kamu adalah pamanku!"
"Paman?"