Usai bertemu dengan Papa Kendrick dengan membawa dokumennya. Khaibar pun berjalan ke arah kamar. Guratan wajahnya menandakan dia sangat gelisah, terus terngiang kata-kata mertuanya itu. Ia yang sudah sampai di depan kamar, membuka handle pintunya dan ternyata kamar itu kosong tak berpenghuni. Pandangan matanya menatapi sekitar, mencari sesosok istrinya yang tak ada batang hidungnya.
"Ehhh kok sepi? Kim, ke mana ya? Apa shopping bersama, mama? Bagaimana ini aku butuh laptop, ditaruh di mana laptopnya sama Kimberly." Khaibar sudah masuk ke dalam kamar. Langkahnya dipercepat untuk mencari di mana laptop berada. Khaibar menelusuri seluruh lemari, dari laci sampai ruang ganti baju. Akhirnya dia menemukan laptop Kimberly yang ternyata ada di dalam ruang ganti baju.
Khaibar sungguh heran, kenapa laptop Kimberly berada di ruang ganti baju, tapi itu sudah tak jadi masalah buat Khaibar. Bagi Khaibar dia harus mengerjakan dengan cepat dokumen itu, karena batas waktu yang diberi papa Kendrick hanya hari ini, karena besok semua harus dipersiapkan dan untuk presentasi penting.
Khaibar pun membuka laptop Kimberly, tangannya mengotak-atik laptop itu dengan jari-jemarinya yang lentur, ia memang sudah pandai melakukan itu, karena Khaibar memang seseorang yang pandai dan berbakat di dalam perusahaan, apalagi mengaplikasikan komputer sangat mudah hanya dalam waktu beberapa jam saja.
Tapi kali ini Khaibar terbelalak saat laptop Kimberly yang ternyata menggunakan pasword. Khaibar mencoba berulang kali pasword itu, tapi ternyata salah, dia sampai tertawa berulang kali karena asal menulis pasword.
"Kim ini, ribet sekali sih paswordnya ... coba paswordnya barangkali tentang aku," ucap Khaibar dengan terkikik geli. Ia mencoba menulis pasword dengan tulisan aku cinta Khaibar. Dan ternyata pasword itu salah.
Khaibar menepuk jidatnya, dia mencoba lagi dan lagi hingga akhirnya pemikiran sampai ke Koko. Jari-jemarinya menulis cinta Koko dan ternyata benar. Wajah Khaibar pun berubah bersemu merah karena terbakar rasa cemburu. Hatinya terasa panas. Tangannya pun dikepalkan di bawah meja. Dia pun bangkit berdiri dan mondar-mandir dengan berceloteh.
"Bisa-bisanya pasword Kim seperti itu, gitu katanya mencintaiku, ciiih itu beneran atau gombal atau bagaimana? Hmmm benar-benar pengen aku rusak laptop ini, tapi aku butuh, ya sudah masalah ini nanti aku akan bertanya kepada Kim, aku harus bergegas segera." Khaibar yang sudah bisa mereda emosinya. Ia duduk kembali dan membuka dokumennya. Membolak-balikkan dokumen itu, lalu mengoreksinya. Mengetik bagian yang terpenting dan membuat power point.
Khaibar tersenyum saat semua tugas itu hampir selesai, tapi Khaibar terus mengoreksinya dan tak membuatnya puas, ia takut kalau menurut dia bagus, tapi belum tentu menurut papa Kendrick bagus.
Akhirnya tugas itu selesai, senyuman terukir di wajah tampannya. Dokumen pun ditutup, flashdisk ditancapkan dan dimasukkan file-nya. Dengan pasrah Khaibar mengkomat-kamitkan bibirnya untuk melantunkan doa, dalam hatinya semoga papa Kendrick puas dengan hasilnya, begitu terus dan terus yang ada di dalam doanya.
Dia pun berdiri setelah selesai menutup laptopnya. Tangannya berubah menjadi gemetaran dengan memegang flashdisk kecil yang berukuran 4gb. Flashdisk itu sudah menemani Khaibar sejak ia bekerja di perusahaan sejak awal.
Kakinya melangkah untuk keluar, berniat mencari papa Kendrick, tapi diurungkannya saat melihat Kimberly yang datang dengan wajah yang suram dan terlihat bangun tidur. Khaibar berpura-pura tak melihat Kimberly, ia masih kesal mengingat pasword yang tertera di laptop Kimberly itu.
"Khai, kamu mau ke mana lagi? Apa kamu tak merindukanku? Ayo masuk!" ajak Kimberly, tapi Khaibar hanya diam di tempat, tak merespon ucapan Kimberly. Kimberly yang merasa ada keanehan dengan suaminya itu, ia pun langsung memeluk Khaibar dengan gemas.
"Kamu kenapa diam? Apa sakit? Atau kesal sama papa? Ehhh atau kebingungan dengan tugas papa?" Khaibar hanya menggeleng. Ia yang sudah tak tahan dengan gelayutan manja Kimberly yang terus menempel di badannya, membuatnya langsung membuka suaranya.
"Enggak, aku marah bukan karena papa atau apapun, aku marah dengan kamu!" balas Khaibar langsung saja tanpa berbasa-basi terlebih dahulu.
"Sama aku? Kenapa? Apa mau Kim bantuin mengerjakan? Tapi Kim bisa apa, mana tahu tentang perusahaan begitu, tahunya ya make-up, merayu dan semua terpikat olehku, itu saja haha." Kimberly malah tertawa, ia tak pernah memandang serius Khaibar karena menurutnya Khaibar sungguh lucu dan polos jadi bagi Kimberly suaminya itu sungguh menggemaskan, gak akan dia marah lama, pasti hanya sekejap saja, dengan rayuan maut Kimberly pasti langsung berubah tak marah lagi.
Khaibar mencoba melepaskan diri. Namun, Kimberly malah merekatkan tubuhnya. Kancing bajunya sengaja dilepas untuk menggoda Khaibar, itu membuat nafas Khaibar berhembus 10 kali lebih cepat dan ingin melahap tubuh Kimberly, ditepisnya pemikiran itu oleh Khaibar lalu ia mengomel kembali.
"Kamu mencoba merayuku? Ish cinta apa kamu kepadaku, kamu tahu aku meminjam laptopmu tadi, dan ternyata pasword kamu tentang Koko, untung aku jenius menebaknya jadi bisa membuka pasword itu, cihhh katanya melupakan Koko, tapi ternyata masih berhubungan tentangnya, aku kira pasword tentang aku atau kita tadi, sudah aku mau ke luar kamar saja!" Khaibar benar-benar merajuk, pelukan yang sudah dilonggarkan oleh Kimberly membuat Khaibar bisa membalikkan badannya dan bersedekap. Kimberly berdecak halus dan kini dia tahu kenapa Khaibar merajuk tadi.
"Ohhh jadi kamu marah karena itu? Hmmm jangan marah dong, Sayang, kamu tahu? Itu laptop sudah lama sejak aku lulus kuliah sudah tak aku pakai, jadi pastinya itu pasword lama, kamu tahu enggak aku taruh di ruang ganti karena apa, ya itu karena aku malas melihat laptopku itu, itu laptop dulu sering dipinjam Koko, mau menjualnya nanti papa marah, itu kan kado ulang tahun darinya, ya sudah aku sembunyikan saja di dalam laci ruang ganti sana biar aku tak mengingat bekas pegangan Koko, aku sungguh jijik, begitu ceritanya, jadi suamiku cemburu nih, haha semakin gemas aku," jelas Kimberly panjang lebar. Ia mencubiti pinggang Khaibar dan tertawa dengan keras.
Khaibar yang merasa malu, ia langsung ke arah kamar mandi dan menutup rapat kamar mandi itu, berpura-pura untuk mandi dengan membuka kran airnya.
Kimberly hanya menggeleng merasa suaminya itu sungguh lucu. Langkah kakinya pun digerakkan ke arah di mana laptop berada. Kimberly ingin mengganti pasword itu agar tak ada kesalahpahaman lagi, dan menyakiti hati Khaibar, tapi ternyata pasword yang diketiknya pun salah.
"Ehhh kenapa salah? Apa diganti oleh Khaibar?" Kimberly pun mencoba menebak pasword itu, ia tertawa saat pasword yang ditebaknya berhasil.
"Haha bisa-bisanya dia mengganti paswordku, kayak anak kecil saja dia, ternyata suamiku sangat pencemburu. Haha."
Khaibar yang sudah keluar dari kamar mandi dia mengernyitkan dahinya merasa aneh dengan tawa Kimberly. Tapi ia tak perduli, Khaibar berubah seolah-olah menjadi cuek karena masih merajuk. Akhirnya Kimberly yang angkat bicara dengan menyindir Khaibar.
"Ternyata pasword sudah berubah haha, cinta Khaibar tampan haha, sungguh keren. Memang benar aku mencintaimu, Sayang." Mendengar itu Khaibar semakin malu berkali-kali lipat, ia ingin segera ke luar dari kamarnya, tapi Kimberly langsung memeluknya dari belakang dengan nafas yang memburu cepat.
"Jangan pergi! Aku rindu belaianmu. Aaaaaa."
Gimana? Otor sudah up 2x ya, sebagai gantinya kemarin gara-gara weekend liburan haha, jangan lupa dukung terus ya, kasih ulasan terbaik. Terima kasih kesayangan. Unch