Naura mendarat dengan menimpa seseorang dibawahnya. Naura tegang karena sepertinya kakinya terkilir.
"Hufffftttt... Aku kira orang lain," ucap Naura lega.
"Ikatan batin kita terlalu kuat untuk terpisah," bisiknya.
"Jangan konyol!" Naura berdiri dan mengibas-kibaskan pakaiannya yang kotor.
"Sepertinya kita harus menyelinap," ucap Delice.
"Delice, lewat sini!" ucap Naura.
Mereka berjongkok sembari sesekali merangkak, bersembunyi dibalik rerumputan taman. Mobil Delice parkir diseberang jalan. Penjaga sudah berpencar mencari sosok Naura yang misterius bagi mereka.
"Kau nanti lari, masuk ke dalam mobil, oke."
"Lalu, kau?" tanya Naura.
"Aku merasa seperti orang bodoh karena bersembunyi," desah Delice.
"Kalau begitu, tunggu apalagi? Kita harus menghadapinya, bukan?" ajak Naura.
"Bukan kita, tapi aku!"
***
Tok... Tok... Tok...
Ken mengetuk pintu. Bau alkohol menyengat hidungnya setelah pintu terbuka. Terlihat dari luar kalau kamar itu gelap.
Srettttt!