Nafas berat Berli kembali terdengar, mungkin jika tidak ada wanita itu, dia tidak bisa menyekolahkan Haruka dengan baik, meski Haruka mendapatkan beasiswa, dan menjadi murid kebanggan para gurunya, tapi jika wanita itu tidak membantunya, mungkin Haruka sudah putus sekolah sejak lama, bukanya Berli tidak bisa mengusahakan untuk pendidikan sang anak hanya saja pekerjaan yang serabutan dengan upah yang minim kadang membuatnya bingung harus berbuat apa.
Berli menghentikan langkahnya saat dia melihat sepatu mengkilat hitam ada dihadapannya, perlahan dia mengangkat kepalanya untuk melihat pemilik sepatu hitam dan.
"Astaga"
Berli sampai menganga saat melihat wajah tampan dihadapannya, pria itu tersenyum membuat waktu seolah berhenti berjalan karena senyuman yang begitu menakjubkan itu.
"Ah.. ternyata benar kamu"
.
.
.
.
.