Setelah menunggu beberapa menit yaitu sekitar 10 menit. Datanglah seorang pria berbadan kekar menuju ke hadapan Alex yaitu seorang bodyguard.
"Selamat siang tuan," salam anak buah Alex sambil membungkukkan badannya sedikit.
"Hem.. siang. Bawalah montor itu ke alamat yang sudah aku kirim lewat pesan padamu!" perintah Alex sambil menunjuk montor Ana yang di parkiran montor.
"Dan ini kuncinya," lanjut Alex sambil memberikan kunci montor kepada anak buahnya.
"Baik, tuan. Saya permisi untuk undur diri," pamit bodyguard Alex.
"Hem.. ya, pergilah!" usir Alex dengan wajah dinginnya.
Setelah melihat kepergian anak buahnya. Alex mengajak Ana dan Ara melangkahkan kakinya menuju ke arah mobil.
"Ayo kak Ana, kenapa kau diam saja?" tanya Ara bingung dengan kekasih kakaknya itu.
Ana yang bingung ingin duduk di mana. Apakah ia harus memilih duduk di depan bersama dengan Alex, atau duduk di belakang bersama Ara.
Alex yang melihat Ana yang masih berdiri dengan wajah bingung. Segera ia berkata dengan wajah datarnya.
"Duduklah di depan. Dan kuberi tahu, aku bukanlah seorang supir bagimu maka kau harus duduk di depan,"
"Eh.. em.. i-ya tu- maksud saya A-alex" ucap Ana dengan terbata-bata.
Alex yang mendengar ucapan Ana hanya bisa tersenyum smirk. Lalu ia menjalankan mobilnya pergi dari taman bermain.
"Kak kita mampir ke restoran sebentar yah, aku haus dan lapar sekali!" ucap Ara sambil memegang perutnya.
"Hah.. apa kau tak punya rasa kenyang Ara? tadi kita sudah dapat makan dari wahana. Itu pun makanan yang aku dapat kau makan juga sekalian," tutur Alex sambil membuang nafas heran.
"Hehehe kita kan tadi sudah keliling wahana kak. Jadi tenagaku sudah terkuras habis selama mengelilingi tanaman bermain," jelas Ara.
"Huft.. dasar tukang makan." ejek Alex dengan kesal.
Ara yang mendengar ejekan kakaknya, ia menekuk wajah kesal.
Sedangkan Ana yang mendengar pertengkaran kedua adik kakak itu. Ia hanya tersenyum tipis yang tidak di ketahui oleh Alex dan Ara.
10 menit kemudian, mobil yang di kendarai oleh Alex telah sampai di restoran cepat saji.
Lalu mereka masuk ke dalam dan memesan makanan yang mereka inginkan. Tetapi tidak dengan Ana, Ana bingung dengan keadaan yang sekarang.
"Kak Ana kenapa kau bengong? apa kau tidak lapar atau haus? pesan lah kak Ana. Biar nanti kekasih kakak yang bayar," tanya Ara dengan berturut-turut.
Ana mengabaikan perkataan Ara yang di tunjuk untuknya. Ia sibuk melirik Alex sambil menendang kakinya Alex dengan pelan.
Alex yang merasa terganggu, ia hanya bisa berdecak kesal dalam dirinya.
"Huh... berani-beraninya dia menendang kakiku. Awas saja akan ku beri pelajaran dia nanti"
"Kau bisa pesan makanan yang kamu inginkan sayang. Biar nanti aku yang bayar," ucap Alex sambil tersenyum manis secara terpaksa.
"Em.. i-ya terima kasih s-sayang." jawab Ana terbata-bata di iringi dengan perasaan yang menggelikan.
Lalu Ana memesan makanan yang ia inginkan.
Tidak butuh waktu lama akhirnya makanan yang mereka pilih sesuai selera mereka inginkan, telah siap untuk mereka santap.
Di lanjut dengan mereka mencari tempat duduk untuk mereka makan hidangan yang mereka bawa.
"Oh.. iya kak Alex. Ara lupa mau tanya sama kak Alex," tutur Ana sambil duduk di meja di ikuti oleh Alex dan Ana.
"Bagaimana kak Alex bisa berpacaran dengan kak Ana?" lanjut Ara bertanya.
Alex yang mendengar pertanyaan adiknya itu. Reflek ia terkejut bersama dengan Ana.
"Em.. itu em.."
Ara yang bingung dengan perkataan kakaknya. Ia hanya bisa mendengar sambil memakan makanannya dengan santai.
"Em.. k-kita bertemu setiap hari di kantor j-jadi di situlah benih- benih cinta mulai t-tumbuh," jawab Ana dengan gugup menyela perkataan Alex.
"Owh.. ternyata romantis juga ya," balas Ara sambil tersenyum menggoda.
Alex yang mendengar menjadi gugup dan pipinya berubah menjadi berwarna merah seperti tomat.
Sedangkan Ana sama seperti Alex. Ia menjadi gugup dan memalingkan wajahnya.
"Cie.. kalian kompak sekali," goda Ara sambil menunjuk ayam paha yang ada di tangannya.
"Apa sih kau ini Ara?" ucap Ana yang masih dengan pipi merona nya.
"Ehem" Alex berdeham sambil membenarkan duduknya.
Ana dan Ara yang mendengar pun, mereka mengarahkan kepalanya ke arah Alex.
"Se-baiknya cepat kita selesaikan acara makan kita," lanjut Alex untuk menghilangkan suasana yang memalukan itu.
Ana dengan Ara yang mendengar perkataan Alex. Mereka menjadi melanjutkan lagi acara makan yang sempat tertunda tadi.
Setelah sepuluh menit kemudian, mereka telah selesai dengan makanan mereka masing-masing.
"Kak, aku ke toilet sebentar ya?" pamit Ara kepada Alex dan Ana.
Alex dan Ana hanya bisa menganggukkan kepala mereka dengan pelan.
Segera Ara berdiri dari duduknya dan melangkahkan kakinya menuju toilet yang ada di restoran tersebut.
Sedangkan Ana yang di tinggal oleh Ara menuju ke toilet. Ia menjadi canggung dengan keadaan di sekitarnya. Sebab ia hanya duduk berdua dengan Alex di meja makan yang mereka duduki.
Alex juga merasakan hal yang dengan Ana. Ia menjadi canggung dengan keadaan yang sekarang.
"Em.. kenapa kau tidak istirahat dengan libur kerjamu? sedangkan kau asik dengan wahana bermain," ucap Alex kepada Ana untuk menghilangkan rasa kecanggungan yang membelenggu.
"K-karena aku bosan di rumah terus jadi aku memilih kegiatan yaitu dengan bermain wahana." jelas Ana sambil menundukkan kepalanya.
Alex yang mendengar jawaban Ana, ia menjadi mengarahkan kepalanya ke arah Ana. Sempat Alex ingin menjawab pertanyaan Ana, ia mengurungkannya.
Karena Alex melihat di bibir tipis Ana terdapat saus yang menempel di sudut bibirnya.
Alex reflek mengarahkan tangan kanannya ke arah wajah Ana untuk menghapus saus yang di sudut bibir Ana.
Ana yang merasakan jemari yang kekar sedang mengusap sudut bibirnya, ia menjadi sangat terkejut. Dan Ana segera mengangkat kepalanya dengan cepat untuk melihat siapa pemilik tangan tersebut.
Ana melihat pemilik tangan tersebut adalah Alex yaitu tuannya. Sedangkan Alex yang merasa telah di lihat oleh seorang Ana. Akhirnya ia mengalihkan matanya untuk melihat ke arah mata Ana.
Mata mereka saling bertemu dan mereka saling merasakan detak jantung mereka yang sangat berdebar itu.
Datanglah Ara dari arah toilet menuju ke meja yang ia duduki bersama kakaknya dan calon kakak iparnya.
Saat Ara sampai di meja yang ia tuju. Ia melihat adegan yang tidak mengenakan bagi dirinya yang kau jomblo itu.
"Ekhem.. kalau mau kasmaran lebih baik di ruang tertutup saja. Kasian dengan kaum para jomblo dan satu lagi apa kalian tidak malu di lihat oleh pengunjung restoran lainnya," ucap Ara dengan tawa kecilnya untuk menyadarkan kakaknya dan kekasih kekasih kakaknya itu.
Alex yang mendengar suara seseorang, segera ia mengalihkan tangannya dari sudut bibir Ana. Dan ia kembali membenarkan duduk dengan posisi yang benar.
Dan Ana juga merasakan hal sama seperti Alex. Ia menjadi gelagat bingung dengan situasi barusan yang ia alami.