アプリをダウンロード
81.37% Perjalanan Cinta KIRA / Chapter 83: Larut dalam Emosi

章 83: Larut dalam Emosi

"Hah... Aku pikir dia benar sudah berubah menjadi baik.. Ternyata.. Huffffh.. Suamiku.." Kira tersenyum dan sedikit geli memikirkan Ryan di dalam hatinya.

"Kenapa kau tertawa, hah?" Ryan menatap Kira aneh.

"Aku senang, suamiku.. Aku senang bisa melihatmu kagi.. Kalau kau mau menghukumku, hukumlah.. Aku ikhlas.. Terima kasih kau sudah datang menjemputku..." Kira bersandar kembali dipelukan Ryan..

"Huuufhh.. Kalau kau bersikap begini manis, bagaimana aku bisa menghukummu!" Ryan tersenyum menertawai isi hatinya.

"Hmmm.. Aku pasti akan menghukummu! Kau sudah banyak melanggar janjimu padaku!" kalimat pedas dari bibir Ryan

"Iya... Iya... Suamiku, paduka raja Ryan... kau boleh menghukumku apapun.. Akan aku lakukan!" Kira menjawab masih bersembunyi dalam pelukan Ryan.

"Apa aku menyuruhmu menjawab? Diamlah!" Ryan kesal sendiri dengan Kira yang sudah tak lagi takut padanya dan sering menggodanya akhir-akhir ini, setiap kali mereka bersama.

"Haah.. Kau datang ke Mall ini pagi sekali.. Bahkan belum jam buka Mall!" Ryan mengomentari Kira, yang datang ke Mall jam delapan pagi.

"Aku cari kerja, suamiku.. Wawancara dulu, kan!" Kira menjelaskan.

"Hmm.. Kau... Siapa suruh kau bekerja, hah? Aku sudah memberikanmu kartu yang bisa mengidupimu dan mencukupi semua kebutuhanmu.. Kenapa tak kau gunakan? Buat apa bekerja, hah?" Ryan melirik Kira tak suka.

"Iiish.. Kalau aku pakai kartumu.. Kau pasti tahu aku dimanakan.."

"Kau tak pakaipun aku tahu kau dimanakan?" Ryan tersenyum penuh makna. " ShaKira Chairunisa... Jangan pernah kau bermimpi, kau bisa lari dariku!" mata Ryan menatap mata Kira lekat. Tanpa kedip.

"Mmm.. Maafkan aku suamiku..."

"Lebih baik aku menunduk.. Matanya sangat mengintimidasi.. Hufffh... "Kira tak berani lagi menatap Ryan.

"Dan ini, kenapa lelaki ini berbicara dekat begini denganmu? Siapa dia?" Ryan melirik Kira kesal.

"Dia aku baru kenal hari ini di restoran itu, sumiku. Namanya Andri.. "

"Hah... Bahkan kau tahu dan ingat namanya.. Dan kau berani melupakan tanggal lahirku!"

"Aku ga lupa, suamiku.. Dua puluh tujuh desember tahun sembilan belas sembilan puluh. Aku sudah hapal tanggal lahirmu." Kira membela diri.

"Ehmm.. Dia ternyata hapal tanggal lahirku.. Hahhah.. Baiklah, kali ini aku maafkan kau!" hati Ryan sangat senang. Tadinya dia pikir, Kira takmau gesek kartu itu di keramaian karena lupa pin, ternyata Ryan salah.

"kau selamat kali ini!" Ryan melanjutkan videonya. Tanpa banyak berkomentar lain.

"Apa ini? kenapa kau mengikutinya?" tanya Ryan

"Dia mengantarku ke ruangan bosnya untuk wawancara."

"Ehmmm.. Aku tak suka! Apa yang kau bicarakan di dalam berdua dengan lelaki itu?"

"Gaji dan desk job ku." jawab Kira cepat.

"Berapa dia menggajimu?"

"Satu juta lima ratus ribu, dan uang makan enam ratus ribu untuk satu bulan kerja."

BRAAAAAK

Tangan Ryan memukul meja kerja, tempat laptop di taruh

"Apa kau bilang?" selesai bicara, tangan Ryan sudah mencengkram dagu Kira sangat kencang, seperti biasa "Apa yang kau harapkan dari uang itu hah? Kau pikir aku sangat miskin sehingga kau bekerja untuk uang segitu? Sampai kapan kau ingin menginaku, ShaKira Chairunisa?"

"Maafkan Aku, suamiku.. Aku tahu kau sanggup membiayaiku lebih dari itu. Tapi aku merasa tak pantas untukmu, orang yang kau cintai dari masa lalumu datang dan aku ga ada apa-apanya sama dia. Bahkan dia sama sepertimu.. Penuh kuasa.." air mata Kira sudah meleleh dihadapan Ryan.

"Kau... Kau bicara apa, hah!"

Kira tak menjawab tapi terus menangis dengan Ryan masih menatap Kira dan tangannya masih ada di dagu Kira

"Kau tak pantas membandingkan dirimu dengan Cassey!" lalu melepaskan cengkramannya dari dagu Kira. "Aku ingin melihat rekaman CCTV nya lagi!" mood Ryan sudah kurang bagus.

"Kau.. Bodoh! aku ada disini denganmu sekarang, kau masih membandingkam dirimu dengan Cassey? Hah... Kau harusnya bisa berpikir, aku tak akan ada di sini kalau aku memang menginginkan Cassey!" Ryan sangat kesal dengan Kira yang tak tahu arti perhatiannya dan justru membandingkan dirinya dengan Cassey.

"Kau pikir aku ga sadar diri, mau membandingkan diriku dengan Cassey.. Hah.. cantik sekali sebutan namanya.. Kau panggil aku apa? Bodoh.. Bodoh.. Dan bodoh! kau tahu kenapa aku ingin pergi? karena aku ga mau kau membandingkanku dengannya.. Cassey.. Cantik dan berkuasa.. aku? cuma budakmu, kan? Ini caramu membalas dendam atas kematian orangtuamu, kan? Kau tak akan puas menyiksaku fisik dan batin sampai aku mati, bukan begitu?" Kira menyalah artikan kata-kata Ryan. Kira berpikir, dirinya lebih rendah, sehingga tak pantas dibandingkan dengan Cassandra.

Suasana pun menjadi kurang bersahabat. Atmosfer diruangan ini bagaikan mereka ada di kawah gunung berapi uang sedang aktif, semakin panas, walaupun AC sudah sangat dingin di dalam sini.

"Apa ini? Apa maksudnya?" tanya Ryan lagi

"Aku kerja, aku sebagai pelayan, dan harus melayani pembeli." Kira menjawab dengan ketus. Emosinya masih kurang bagus, dan ini pertama kalinya Kira menunjukkan kemarahannya di saat Ryan juga sedang kurang baik emosinya

"Melayani?"

BRAAK

Ryan memukul meja dihadapannya, berdiri, hingga Kira terjungkil jatuh.

"Aaah.. Sakitnya pinggangku.. Argggghhh! Dia menggila lagi!" Kira sangat kesal dalam hatinya

"Kau berani melayani orang lain.. Kau berani melakukan itu, hah?" Ryan jongkok dan menjambak rambut Kira.

"Iya, karena aku bukan orang yang penuh kuasa.. Aku cuma wanita murahan.. Bahkan statusku apa? Cuma budak, bahkan lebih rendah dari seorang pelayan." Kira menjawab Ryan untuk pertama kalinya.

"Kau.. Berani menjawabku?" tarikan tangan Ryan pada rambut Kira menjadi sangat kencang.

"Ssssh... Aku berani.. Tentu saja.. Aku ingin kau cepat membunuhku.. Aku tak sanggup menderita disisimu seperti ini terus!" Kira berteriak dan menangis dihadapan Ryan. Menahan sakit di hatinya dan menahan sakit dari jambakan Ryan yang menarik rambutnya

DEG

Ryan melepaskan cengkraman tangannya di kepala Kira. Lalu Ryan duduk di lantai memandang Kira.

"Dia menderita selama ini denganku? Bahkan dia lebih memilih mati daripada tinggal disisiku?" sakit, nyeri di hati Ryan tak terelakkan karena kata-kata Kira. Ryan ingin bicara tapi tak ada kata yang bisa keluar dari kerongkongannya. Rasa sakit didadanya membuat Ryan bahkan tak bisa lagi bicara. "Semenderita itukah kau hidup denganku?" gumamnya di dalam hati, masih sambil menatap Kira.

"Aku tetap tak akan melepaskanmu pergi, SahKira Chairunisa! Kau ingin menderita dan binasa ditanganku? Aku akan lakukan permintaanmu! Pelan-pelan hingga kau akan merasakan penderitaan itu bahkan sampai kau mati!" kata-kata inilah yang keluar dari bibir Ryan akhirnya.

"Aku tahu, Ryan.. Aku tahu.." Kira menghapus air mata dengan punggung tangannya. "Tapi aku mohon padamu.. Jangan kau tempatkan aku di rumah yang kau tinggalkan dengan Cassey.. Aku takut kalau aku akan membunuh diriku sendiri melihatmu bersamanya.. Aku tak ingin bunuh diri, Ryan.." Kira menunduk.

"Hah? Apa maksudmu?" Ryan sangat bingung dengan kata-kata Kira.

"Jangan kau tempatkan aku di rumahmu dan Cassey. Aku tak ingin melihatmu bersamanya. Aku cukup tahu di.." Kira tak melanjutkan kata-katanya, karena Ryan menaruh jari telunjuknya di bibir Kira.

"Siapa yang bilang padamu aku tinggal bersama Cassey?" Ryan mengangkat jari telunjuknya dari bibir Kira setelah selesai bicara.

"Apa maksud si bidoh ini? Kemana lagi dia membawa pikirannya?" Ryan bergumam kesal dihatinya.

"Jawab aku, siapa yang memberitahumu aku tinggal bersama Cassey?" Ryan semakin tak sabar.

"Ga ada yang bilang!" Kira menggeleng.

"Lalu kenapa kau bisa mengambil kesimpulan seperti itu?" Ryan sudah berteriak kesal

"Wanita ini... Argggghh... Bodoh.. Kenapa dia semakin bodoh dari hari ke hari dan membuatku selalu melukainya dan marah?" Ryan sangat tidak sabar di dalam hatinya.

"Hmmm... Kau mesra sekali memanggilnya Cassey.. Aku pikir, kau.." Kira tertunduk.

"Diamm.. Diaaaamm!" mata Ryan sudah menatap Kira kesal "Kau.. Aaaaaah!" tangan kanannya sudah mengepal

BUG

Ryan memukul lantai di samping kanan lantai yang didudukinya dengan tangannya.

"huffh.. Aku pikir dia akan memukulku!" gumam Kira

"Kemari!" Ryan menatap Kira.

Kira masih diam di tempatnya.

"Mau apa dia memanggilku?" Kira agak khawatir.

"Mau sampai kapan menyuruhku menunggu! Kemari!" Ryan mengulangi kata-katanya dengan nada agak tinggi dan kali ini berhasil membuat Kira mendekat..

"Apa ada yang memegang ini selama kau pergi dariku?" Kedua tangan Ryan sudah menyentuh dua gunung di dada Kira.

Kira menggeleng cepat. "Ga ada."

"Ini?" Kini tangan Kiri Ryan memegang bagian bawah Kira tempat dimana dia biasa memasukkan sebagian tubuhnya ke dalam sana.

Kira juga menggeleng cepat. "Ga ada."

"Bagus. Tak ada yang berbuat macam-macam padamu, kan?" Ryan mengernyitkan dahinya

"Hmmm.."

"Hmmm apa? Katakan.. Aku tak mengerti dengan hmmm.. hmmmm...mu! Otakmu itu bodoh, kau harus bicara yang jelas!" Ryan tak ingin membuang waktunya menerka kebodohan Kira, Ryan memilih meminta Kira menjelaskan semuanya.

"Ada yang mencoba menciumku dan ingin membuka bajuku.. Dia juga menarik dan merobek bajuku di belakang ini." Kira mau berbalik menunjukkan bajunya yang robek, tapi Ryan melarangnya.

"ShaKira Chairunisa.. Diam.." Ryan menatap Kira. Lalu berdiri, memberikan tangannya untuk membantu kira berdiri juga, dan kembali memangku Kira duduk di kursi tadi. Melanjutkan melihat video.

Ryan terus menonton CCTV dengan sangat serius. Dia tak bertanya apa-apa, tak berkomentar lagi.

"Lebih baik aku menyimpulkan sendiri daripada bertanya padanya.. Bodoh.. Bertanya padanya hanya membuatku menjadi merasa bersalah. Dia berhasil memancing emosiku karena kebodohannya. Aku hampir menyiksanya lagi, tadi... huffffhh.." hati Ryan bergumam, dan memilih diam mengamati semuanya.

Mulai dari Kira melayani pelanggan, mencuci piring. Keluar membawa sampah, hingga akhirnya dipanggil masuk kembali ke ruangan bosnya.

"Apa yang dia katakan di sini?" tanya Ryan, yang melihat Kira duduk di ruangan Leo.


Load failed, please RETRY

ギフト

ギフト -- 贈り物 が届きました

    週次パワーステータス

    Rank -- 推薦 ランキング
    Stone -- 推薦 チケット

    バッチアンロック

    目次

    表示オプション

    バックグラウンド

    フォント

    大きさ

    章のコメント

    レビューを書く 読み取りステータス: C83
    投稿に失敗します。もう一度やり直してください
    • テキストの品質
    • アップデートの安定性
    • ストーリー展開
    • キャラクターデザイン
    • 世界の背景

    合計スコア 0.0

    レビューが正常に投稿されました! レビューをもっと読む
    パワーストーンで投票する
    Rank NO.-- パワーランキング
    Stone -- 推薦チケット
    不適切なコンテンツを報告する
    error ヒント

    不正使用を報告

    段落のコメント

    ログイン