Evan lebih memilih untuk menyusul Luci ke ruang TV. Setelah menenggak obat tidur miliknya, Evan bangkit dan pergi ke depan. Dalam gerakan pelan dia mengendap-endap. Ada ponsel milik Luci yang dia genggam. Ponsel itu Luci tinggalkan. "Pasti dia lupa," ujar Evan pada dirinya sendiri.
Di ruang TV ternyata Luci sudah tertidur dengan pulas. Hal itu dapat dilihat dari dengkuran lirih milik Luci juga gadis mulut gadis itu yang agak menganga.
Evan tersenyum simpul kala melihat Luci yang tidur tidak karuan. Kakinya menanjak dan naik di sandaran sofa. "Dia terlihat seperti preman daripada seorang gadis jika tidur," senyum Evan dengan hangat.