Luci mundur ketakutan yang disebabkan oleh dua hal.
Yang pertama adalah sebab dia terlalu takut pada lelaki asing yang diutus Spider untuk menjaganya itu.
Yang kedua adalah dia tidak tau siapa Diamond yang disebut-sebut oleh lelaki di depannya.
Sementara keadaan di sekitar sangat sepi dan gelap telah membuat ketakutan Luci seperti bertambah berkali lipat.
Dia takut jika nanti orang di depannya itu merebut mantel milik Spider demi kepentingannya sendiri.
Dan Luci juga takut jika saja lelaki yang tak dikenalnya itu hanya membual. Bualan itu bisa saja hanya sebuah alasan karena lelaki itu ingin mendekat dan menjamah tubuh padat milik Luci.
Tapi prasangka yang kedua sepertinya tidak terbukti benar karena lelaki itu hanya berfokus pada mantel milik Spider dan juga mata Luci yang saat ini sedang berair dan hampir menangis.
"Kau mengenal Diamond?" tanya lelaki itu lagi dengan wajahnya yang suram sebab berada di dalam keremangan tempat ini.
Sebuah lampu kuning di depan pintu keluar tidak bisa menyinari wajahnya dengan baik.
"Aku – aku tidak kenal siapa itu Diamond," jawab Luci berkata jujur. Suaranya sudah serak dan bergetar. Gadis itu terlalu ketakutan.
Baginya tempat ini adalah neraka sebab dia harus melihat banyak kejaahatan dan pelanggaran di sini.
Baginya tempat ini neraka sebab dia harus kehilangan uang hasil jerih payahnya hari ini.
Baginya tempat ini adalah neraka sebab di tempat inilah Hans diculik agar bisa dia tebus.
Tempat ini penuh dengan aura gelap, sebuah tempat yang selalu dia benci sebab dengan begitu dia hanya akan teringat oleh masa lalunya saat di kandang orang tua angkatnya.
Luci pun menunduk dengan perasaan yang berkecamuk antara depresi, ketakutan, dan panik.
Gadis itu ingin segera keluar dari sini karena di dalam alam bawah sadarnya dia telah menanamkan tempat ini sebagai sebuah area yang wajib dijauhi secepatnya jika tidak maka nyawanya sendiri yang akan menjadi taruhannya.
"Kau tau siapa lelaki yang tadi bersamamu di sini?" tanya lelaki asing itu.
Luci tidak berani menatap wajah dan matanya.
Yang mampu dia lihat hanyalah sebuah sepatu pantofel hitam licin dengan merk yang tak bisa diteksi. Sepatu itu memiliki moncong yang sepertinya siap melahap Luci yang gemetar ketakutan di tempatnya.
"Kau benar-benar tidak tau?" tanya lelaki itu lagi, seolah ingin memastikan apakah Luci sedang menghindari pertanyaannya atau gadis itu yang memang tidak tau tentang siapa itu Diamond.
Luci tidak tau harus menjawab apa. Dia mengenal Spider tapi dia tidak tau siapa itu Diamond.
Lagi pula membeberkan informasi pribadi pada orang asing itu sangat tidak dianjurkan apalagi jika melihat posisimu yang berada di tengah Kubu Evil seperti ini.
Bisa saja satu kesalahan sebesar biji semangka milikmu akan berujung meregangnya nyawa yang kau miliki.
Tidak masalah jika memang yang dicelakai Luci, namun gadis itu tidak akan mampu memaafkan dirinya jika hal itu harus menimpa Hans. Cukup sekali dia membunuh orang. Cukup Daniel saja yang mati di tangannya.
"Aku tidak tau siapa itu Diamod," jawab Luci dengan gemetar.
"Tapi jika lelaki yang tadi bersamamu, apakah kau tau siapa dia?" tanya lelaki asing itu.
Sebenarnya apa ini? Apakah Luci sedang diinterogasi? Tapi terkait masalah apa?
Luci tidak mau ikut campur dan terlibat di dalam masalah yang tak dia tau apalagi jika menyangkut dengan dunia gelap sepeti di sini.
"Entah, kumohon jangan ajak aku bicara! Aku sedang memikirkan adikku yang sakit," mohon Luci dengan wajah sangat memelas.
Lalu Luci pun bergerak untuk merapikan selimut yang menghangatkan tubuh Hans saat ini. Luci juga menarik lebih tinggi mantel milik Spider. Luci harap kain-kain itu bisa menghangatkan anak lelaki itu.
Hans sedang tidak sadaarkan diri dengan wajah sangat pucat dan mata yang tertutup.
Alat bantu napas tidak terpasang di hidungnya. Hanya saja selang infus terpasang di pergelangan tangannya yang mungil.
Hans adalah satu-satunya harta yang Luci miliki, Hans adalah sebuah tanda cinta yang Luci miliki untuk Daniel.
Sebelumnya juga Hans adalah keluarga terakhir dan satu-satunya yang dia punya, sebelum dia bertemu dengan Spider malam ini.
Tak butuh waktu lama Spider pun keluar dari gedung di mana Luci terlibat bersama para orang asing yang memaksanya untuk membayar hutang judi milik Tante Arum. Dengan tubuh tegapnya Spider berjalan dengan mantap untuk mendekati Luci.
Spider sempat melirik pada lelaki yang menjaga Luci tadi. Lalu setelah Spider memberi kode melalui gerakan kepala, lelaki asing itu mengagguk untuk kemudian pergi dan memasuki gedung itu.
"Nah, bagaimana, Bee? Aku tidak lama kan?" tanya Spider dengan suara sangat lembut dan renyah.
Senyumnya pun mengembang begitu tinggi hingga membuat Luci bergidik sendiri.
Sepertinya memang Luci harus keluar dari sini sebab jika tidak setiap kehangatan dan senyum yang berlebihan akan terlihat seperti seringai mengerikan baginya.
"Aku – ayo, aku harus segera keluar dari sini. Aku mengkhawatirkan Hans," gagap Luci mulai sangat resah apalagi setelah melihat langit mulai diliputi oleh cahaya pagi.
Luci tidak mau berada di tempat ini hingga pagi benar-benar tiba, hingga matahari benar-benar terbit dan menyinari tempat ini.
Jika cahaya sudah benar-benar muncul untuk bersinar secara menyeluruh di tempat ini maka Luci tidak akan punya tempat untuk bersembunyi dari orang-orang yang berniat untuk menjegal dan melakukan hal-hal buruk padanya.
Lagi pula Luci terlalu menarik perhatian dengan membawa Hans yang terkapar ini. Dia takut jika itu bisa menyebabkan seseorang berisiatif untuk memerasnya kembali.
"Baik baik, ayo ikut aku. Aku sudah menyiapkan mobilnya di sekitar sini. Kita bawa anak ini ke mobil itu.
"Akan ada salah satu rekanku yang mengemudikannya. Dan kau bisa ikut dengan mobilku. Ke rumah sakit mana kita akan pergi?" ujar Spider panjang lebar.
Matanya yang dalam sudah tak bisa menahan diri untuk menyisiri lebih lama wajah Luci yang selama ini ia rindukan. Getar di dadanya sudah membuncah.
Spider mulai meyakini bahwa rasa yang ia simpan selama ini untuk Luci masih ada hingga kini.
Baginya Luci bukanlah seorang saudara angkat. Baginya Luci adalah seorang putri yang pernah menyelamatkan jiwanya.
Lagipula Luci sudah berjanji pada Spider bahwa gadis itu tidak akan pernah meninggalkannya, apa pun yang terjadi. Dan Spider tau Luci tidak akan mengingkarinya.
Ini saatnya untuk menagih janji itu. Saat ini adalah waktu yang tepat untuk menagihnya sebab keduanya sudah beranjak dewasa dan sebab keduanya sekarang sudah tidak terikat hubungan kelaurga angkat.
Mereka bisa bersatu menjadi sepasang kekasih. Dan jika mendesak pernikahan pun bahkan bisa dilakukan dengan segera.
Spider tau Luci tidak akan menolaknya karena gadis itu sudah pernah berjanji untuk tidak meninggalkannya.
Dan demi untuk memenuhi janji itu Spider akan meminta Luci untuk menikah dengannya.
***