"Sayang," suara itu mengagetkan Dinda, dia langsung melepas pelukannya dari Nathan. Mama mertuanya ada di sana, dia tampak mendekat sambil memeluk tubuhnya dengan erat. Tangis itu kembali terpecah, ada banyak tanya yang tak bisa diucapkan, ada banyak rasa yang tak mampu dia ungkapkan. Hatinya sedang bertalun-talun tak karuan dan itu sangat menyakitkan.
Siska kembali meraba wajah menantunya, kemudian dia menciumi jemari menantunya dengan sayang. tak terpikirkan sama sekali jika waktu mengerikan itu akan datang menghantam menantunya dengan sangat menyakitkan.
"Maafin Mama, ya. Maafin Mama, karena Mama nggak ada di rumah tadi. Karena Mama—"
"Ma, udah nggak apa-apa. Dinda baik-baik saja itu udah cukup banget buat Dinda, dan Dinda nggak mau yang lainnya lagi, Ma. Dinda bahagia dengan itu,"