"Hehe, kalau aku mesum, apa menurutmu dua helai kain di tubuhmu bisa menghentikanku?"
'Mana mungkin.' Dian menjawab dalam hati.
Karena dia harus menepati janji untuk menandatangani perjanjian pernikahan, Dian meletakkan dokumen itu di depan dadanya, dan menatap Baim dengan sedikit tatapan yang tidak mau kalah, "Aku kemari untuk menandatangani perjanjian, bukan untuk bermain-main denganmu."
Baim melirik perjanjian di tangan Dian, lalu terkekeh, "Apa kau mau menandatanganinya?"
"Tentu saja aku mau tanda tangan. Aku sudah menemukan penerjemah bahasa Latin, dan aku tahu isi perjanjiannya. Selama aku menambahkan syaratnya sekarang, aku bisa tanda tangan."
Dian ingin segera menyelesaikan proses tanda tangan itu, agar hatinya bisa tenang.
"Oke."
Baim hanya mengucapkan satu kata, karena dia sangat senang. Dibandingkan dengan keraguan Dian, ada sikap kuat dan tegas dari seorang pria yang terlihat darinya.