アプリをダウンロード
4.31% Fake Friends for Future / Chapter 10: Bantu Melupakan

章 10: Bantu Melupakan

"Kamu tidak ingin tahu, mengapa kamu bisa pergi bersama Rea, hingga terjadi kecelakaan itu?" tanya Rega dengan kepalan tangan, kesal.

"Tidak dan sepertinya aku tidak perlu tahu," jawab Hans.

"Kalau kamu tidak perlu tahu … berarti aku bisa dengan bebas mendekati Rea, tanpa perlu merasa tidak enak padamu," ujar Rega.

"Dekati saja. Aku sama sekali tidak peduli," balas Rega.

"Rea wanita baik. Dan banyak yang menginginkannya. Aku harap kamu tidak menyesal nantinya, saat ia sudah bersanding denganku."

***

Air mata Rea kembali menetes untuk hal bodoh itu lagi. Menangisi pria yang sama sekali tidak mempedulikannya. Rea merebahkan tubuhnya dengan telungkup. Ia menyembunyikan wajahnya pada bantal dan memeluk guling dengan sangat erat. Ia mengerang, ingin menjerit karena rasa sakit di hatinya yang lagi-lagi datang karena foto yang dikirimkan oleh Aldy. Foto Hans yang sedang bersama dengan Ilona.

Ponsel Rea bergetar, ia tidak ingin tahu dan sama sekali tidak tertarik untuk melihat, panggilan dari siapa yang masuk ke ponselnya.

Rea benar-benar masih sangat kecewa dengan perlakuan Hans dan kini ditambah lagi dengan luka baru, masih sama … sama-sama ulah seorang Hans.

Ting!

Ponsel Rea kembali berdering, tanda sebuah pesan masuk.

Rea penasaran, menyerah dan akhirnya meraih ponselnya, untuk melihat siapa yang mengirimkan pesan untuknya.

Rega : Rea, kamu tidak kuliah?

Rea : Iya

Rea menjawabnya dengan singkat.

Rega : Lekas sembuh. Besok aku akan menjenguk kamu.

Rea : Tidak perlu. Aku akan kembali kuliah, besok.

Rea kembali mengaktifkan mode pesawatnya dan menyimpan kembali ponselnya di atas meja.

Saat ini, mood-nya sedang tidak baik. Sudah jelas, itu pasti karena foto Hans bersama Ilona, yang dikirim oleh Aldy.

***

"Bahagia sekali, ya … tidak kuliah satu hari dan maraton nonton serial drama seharian," tutur Ferdinan, sebenarnya mengumpat.

"Iya … kamu tahu saja," balas Rea mencubit pipit Ferdinan.

"Jadi kemarin seharian kamu benar-benar di rumah, hanya menonton saja?" tanya Aldy menyahutinya.

"Iya. Ya gimana, ya … awan mendung tapi tidak jelas, entah hujan entah tidak. Jadi aku memilih untuk tidak kuliah dan menonton serial drama kesukaanku. Dan ternyata, hujan turun begitu lebat. Memang keputusan yang sangat tepat untuk aku tidak masuk kuliah," paparnya.

Ferdinan mencubit hidung Rea dan menariknya. Kesal dengan sahabatnya yang sangat pemalas itu.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Ferdinan.

"Baik-baik bagaimana?" Rea bingung, balik bertanya.

"Aldy mengirimkan foto Hans."

"Oh, itu … biarkan saja. Aku tidak peduli."

"Sudah, jangan sedih. Akan aku traktir makan sate kambing, malam ini," tutur Ferdinan, memberikan tepukan di bahu Rea.

"Eh? Kamu sudah jadi dengan yang itu?" tanya Rea memberikan kode, kalau Ferdinan sudah memiliki kekasih.

"Sesuai janjiku, bukan?"

Rea membesarkan matanya dan mengguncangkan tubuh Ferdinan, merasa senang.

"Selamaat …!!! Aku turut bahagia," seru Rea yang sangat senang saat tahu kalau Ferdinan telah resmi berpacaran dengan Grey.

Sesuai dengan janji yang pernah Ferdinan iming-imingkan beberapa waktu lalu. Ia akan mentraktir Rea dan Aldy makan sate kambing, sepulang kuliah.

Seperti biasa, Ferdinan dan Aldy harus menunggu Rea yang selalu lama keluar kelas. Seperti seorang ajudan, Ferdinan dan Aldy menunggu Rea di depan kelasnya.

"Terima kasih, sudah menunggu," ujar Rea dengan memperlihatkan sikap bak tuan putri.

"Najis!" umpat Ferdinan. "Ayolah, cepat! Aldy sampai kelaparan menunggumu."

"Kamu … selalu saja menyalahkan orang lain," gerutu Aldy, tidak terima karena dijadikan korban.

Rea, Ferdinan dan Aldy menuju ke area parkir motor, dimana Rea sudah pasti akan menumpang pada boncengan Ferdinan ataupun Aldy.

Kali ini pilihannya adalah Aldy.

"Pegangan," pinta Aldy, sebelum tancap gas dan berlalu dari area kampus.

Rea segera mendekap Aldy dari belakang. Dengan kejahilannya yang sesekali menggelitik pinggang Aldy.

"Rea!" seru Aldy merasa geli dengan gelitikkan Rea.

"Kalau Ferdinan aku gelitik seperti ini, pasti dia langsung memintaku untuk segera turun, hahaha …."

"Rea, maaf ya … kemarin aku mengirimkan foto Hans bersama wanita itu," tutur Aldy, tiba-tiba mengalihkan pembicaraan.

"Hmmm … tidak masalah. Mungkin Hans memang masih menyukai Ilona," balas Rea, semakin erat mendekap Aldy.

'Pasti ia tidak baik-baik saja,' batin Aldy merasa bersalah.

"Al?" panggil Rea.

"Iya, Re?"

"Bantu aku."

"Bantu untuk apa?"

"Bantu aku melupakan … melupakan Hans dan membuatku berhenti untuk mencintainya," tutur Rea.

"…."

Aldy tidak menjawabnya. Ia hanya diam.

"Al?"

"Iya … aku pasti akan membantumu untuk melupakannya," balas Aldy, bersedia membantu Rea.

***

Sejak janji itu, hari-hari Rea dilalui masih seperti biasa. Hanya saja, tiada hari tanpa pesan dari Aldy.

Hampir setiap saat Aldy mengirimkan pesan pada Rea, meski itu hanya sekedar menanyakan …,

'Sedang apa?'

'Posisi dimana?'

'Ada kelas?'

'Sedang banyak tugas?'

'Ingin bermain musik?'

'Hati masih aman, bukan?'

Namun itu mampu membuat Rea tersenyum dan sesaat dapat berhenti untuk mengingat dan memikirkan Hans.

"Lagi dekat dengan seseorang?" tanya Ferdinan.

"Kenapa memangnya?"

"Asyik main handphone. Sedang dekat dengan siapa?"

"Tidak ada Fer … ini Aldy," jawab Rea menunjukkan ponselnya pada Ferdinan.

"Ouh … aku pikir Rega."

"Hm? Rega? Mengapa kamu berpikir demikian?"

"Hans bilang, kalau Rega sedang berusaha untuk bisa dekat denganmu. Dan Hans juga bilang, kalau dia bersedia membantu. Hans benar-benar amnesia teruntuk kamu, Rea," papar Ferdinan.

Rea diam, sejujurnya ia kesal. Orang yang begitu dicintainya, justru ingin membantunya agar dekat dengan pria lain.

"Katakan pada Hans. Tidak perlu membantu, aku akan merespon Rega dan belajar untuk berhenti mencintainya," ujar Rea.

Fedinan memberikan tepuk tangan untuk Rea, yang dengan lugas mengatakan kalau ia akan belajar untuk berhenti mencintai Hans, pria yang begitu dicintai, namun juga begitu membuatnya terluka.

***

Rea berdiri dengan menyandarkan tubuhnya pada dinding, di depan sebuah kelas. Tepat jam empat sore, pintu kelas itu terbuka dan banyak mahasiswa yang berhamburan dari sana.

Rea melipat kedua tangannya di atas perut, sembari melihat-lihat ramai orang yang keluar dari kelas itu.

"Rea!"

terdengar seruan seseorang memanggilnya.

Rea menaikkan sebelah alisnya dan menurunkan kedua tangannya.

"Rea?"

Seorang terlihat baru saja keluar.

"Ah, kamu … ada Rea langsung semangat. Seharian di kelas, lesu," gerutu Ferdinan mengejek Rega.

"Penyemangatnya baru terlihat sekarang, jadi semangatnya ya … baru sekarang juga," balas Rega terkekeh. "Kamu mau pulang dengan Ferdinan?" tanya Rega.

"Mama dan Papaku sedang pergi dan aku akan sendiri malam ini. Apa kalian bisa menemaniku makan malam? Cari yang dekat-dekat kampus saja," jawab Rea.

"Hmmm, bisa sekali dan sangat," jawab Ferdinan sumringah. "Eh, tapi … Aldy ma—"

"Halo … Aldy, kamu dimana? Aku sudah keluar kelas. Aku akan pergi ke studio sepuluh menit lagi, ya!"


章 11: Ajakan Kencan

"Lagi dekat dengan seseorang?" tanya Ferdinan.

"Kenapa memangnya?"

"Asyik main handphone. Sedang dekat dengan siapa?"

"Tidak ada Fer … ini Aldy," jawab Rea menunjukkan ponselnya pada Ferdinan.

"Ouh … aku pikir Rega."

"Hm? Rega? Mengapa kamu berpikir demikian?"

"Hans bilang, kalau Rega sedang berusaha untuk bisa dekat denganmu. Dan Hans juga bilang, kalau dia bersedia membantu. Hans benar-benar amnesia teruntuk kamu, Rea," papar Ferdinan.

Rea diam, sejujurnya ia kesal. Orang yang begitu dicintainya, justru ingin membantunya agar dekat dengan pria lain.

"Katakan pada Hans. Tidak perlu membantu, aku akan merespon Rega dan belajar untuk berhenti mencintainya,"

***

Hans melihat pesan yang dikirimkan oleh Aldy. Aldy menanyakan keberadaan Hans, karena sore ini mereka akan latihan band.

Hans memilih untuk tidak membalasnya dulu, karena ia berniat ingin menelpon Aldy, agar lebih jelas dari sekedar pesan chat.

Tidak lama, hanya berselang beberapa menit saja, kelas usai dan seluruh mahasiswa berhamburan keluar dari kelas, menikmati kebebasan tanpa pikiran yang terkuras oleh mata kuliah yang diberikan oleh dosen.

"Halo … Aldy, kamu dimana? Aku sudah keluar kelas. Aku akan pergi ke studio sepuluh menit lagi, ya!"

Suara Hans terdengar cukup jelas. Membuat orang di sekitarnya menoleh dan tertuju padanya. Termasuk Rea, Ferdinan dan juga Rega yang kini sedang berada di depan kelasnya.

"Sepertinya, kita tidak perlu menunggu Aldy. Sore ini ia akan latihan band," ujar Rea terlihat kecewa.

Rega tersenyum, menebak. Rea terlihat kecewa karena Aldy tidak ikut bersama mereka atau karena melihat Hans yang berlalu di hadapannya.

"Rea," panggil Rega.

Rea tersenyum dan menarik lengan tangan Rega untuk segera pergi.

***

Rea hanya melamun, mengaduk sup kambing yang dibelinya di tempat sate Madura langganan mereka. Entah mengapa, Rea terus memikirkan Aldy yang satu band dengan Hans. Ada kekhawatiran tersendiri, jika Aldy menjadi teman dekat Hans.

Rega sedari tadi memperhatikan Rea, yang hanya diam dan terus melamun. Sementara Ferdinan meminta Rega untuk membiarkan dan jangan menegurnya. Ferdinan tahu kalau ada suatu hal yang sedang dipikirkan oleh Rea, meski ia tidak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh sabahatnya itu. Tetapi ia tidak ingin mengganggu Rea dan membiarkan Rea tetap seperti itu saja.

"Memikirkan Hans?" tanya Rega berbisik pada Ferdinan.

"Aku juga tidak tahu. Tapi biarkan saja … kita habiskan saja makan kita. Nanti kalau makannya tidak habis, kita bisa menyerbunya," ujar Ferdinan terkekeh.

Rega menyeringai, ternyata permintaan Ferdinan untuk membiarkan Rea tetap melamun, yakni karena ia ingin menghabiskan sup kambing milik Rea.

Ponsel Rea bergetar, itu adalah panggilan masuk dari mama nya.

"Sepertinya mamaku sudah pulang," ucap Rea tanpa menerima panggilan dari sang mama.

"Kamu ingin pulang sekarang?" tanya Ferdinan.

"Aku hanya memberitahu kalian. Santai saja, habiskan dulu makan kita," jawab Rea. "Oh iya … bantu aku menghabiskan sup kambing ini. Sepertinya aku tidak sanggup menghabiskannya sendirian," lanjut Rea.

"Aku bilang juga apa," sahut Ferdinan kepada Rega, seraya terkekeh.

Rea hanya menggelengkan kepalanya, tidak paham dengan apa yang dimaksud oleh Ferdinan.

***

"Terima kasih, Rega …," ucap Rea, ketika Rega mengantarnya pulang.

"Sama-sama. Hmm, Rea! Tunggu," ucap Rega menahan Rea yang hendak keluar dari mobilnya.

"Hm? Kenapa, Rega?" tanya Rea.

"Apa akhir pekan ini kamu ada waktu?"

"Waktu … untuk apa, ya?"

"Aku ingin mengajakmu pergi, jalan-jalan," tutur Rega.

"Apa ini … ajakan kencan?" tanya Rea sedikit memiringkan kepalanya ke kiri.

Rega tersenyum dan kemudian mengangguk.

"Kamu, mau?" tanya Rega, sebenarnya ragu kalau Rea akan menolaknya.

"Iya … jemput aku jam empat sore, ya …."

Rea membuka pintu mobil Rega dan segera keluar dari sana.

Rega diam, melipat kedua bibirnya. Ia melambaikan tangan kepada Rea yang menunggu mobilnya berlalu.

Rega masih menahan dan memilih untuk memutar balik mobilnya, untuk keluar dari komplek tempat tinggal Rea.

"Yes!!!" serunya begitu senang, karena ajakan kencannya diterima dengan mudah begitu saja oleh Rea.

Sementara itu, Rea masih berdiri di depan rumahnya. Menunggu mobil Rega benar-benar berlalu jauh dari pandangan matanya.

'Hans bilang, kalau Rega sedang berusaha untuk bisa dekat denganmu. Dan Hans juga bilang, kalau dia bersedia membantu. Hans benar-benar amnesia teruntuk kamu, Rea.'

Ucapan Ferdinan masih terngiang dan membuatnya yakin pada keputusannya untuk pergi kencan dengan Rega.

"Aldy hanyalah sahabatku … mungkin Rega … yang akan mampu menggantikan posisi Hans di hatiku," gumamnya tersenyum, kemudian memilih untuk berlalu dan masuk ke dalam rumahnya.

***

Aldy terlihat tidak begitu bersemangat, ia memilih banyak diam dan menurut saja pda aransemen yang sudah ditentukan.

Hati Aldy, memang tidak sepenuhnya berada di band ini. Ia merasa tidak enak dengn Rea, karena harus satu band dengan orang yang sedang ingin dilupakan oleh Rea, yaitu Hans, mantan kekasihnya.

"Al, fokus," pinta Hans, yang menyadari kalau Aldy terlihat kurang fokus, sehingga ada rasa berbeda pada pembawaan musiknya.

Aldy tersenyum, mengangguk, kembali memainkan lagu dari awal dan berusaha untuk fokus dengan permainannya.

Selesai latihan, mereka berkumpul di depan sebuah ruko yang bersebelahan dengan studio tempat mereka latihan.

"Al," panggil Hans mendekat pada Aldy.

"Hm? Iya Hans?" tanya Aldy, melihat Hans kini sudah duduk bersebelahan dengannya.

"Ada yang sedang kamu pikirkan?" tanya Hans.

"Hm? T—tidak. Aku hanya memikirkan tugas saja," jawab Aldy berusaha mengelak.

"Apa kamu merasa tidak enak dengan Rea?" tanya Hans.

"Hm? Apa yang kamu bicarakan, Hans. Santai saja," balas Aldy terkekeh.

"Aku tidak memaksa kamu harus tetap berada di band ini. Jika kamu merasa tidak enak pada Rea, kamu boleh berhenti, Al. Persahabatan kalian jauh lebih penting dari band ini," ujar Hans.

"Aku sudah pernah mambahas ini sebelumnya dengan Rea. Dan Rea yang meminta sendiri, agar aku tetap berada di band ini," ujar Aldy, memberikan senyuman kepada Hans.

Hans menepuk bahu Aldy dan kemudian berlalu, bergabung bersama personel band yang lainnya.

Ting!

Ponsel Aldy berbunyi. Ia segera mengambil dari dalam saku celana jeans nya. Sebuah pesan dari orang yang belum pernah ia simpan kontaknya dan ia juga tidak mengenal siapa orang yang menghubunginya dengan foto profil seorang wanita cantik dengan rambut ombre berwarna hijau.

Aldy : Iya?

Balas Aldy, ketika namanya dipanggil dalam chat itu.

Ting!

Wanita itu segera membalasnya.

Namanya adalah Soraya. Ia mengaku mahasiswa yang berada di kampus yang sama dengan Aldy. Namun karena Aldy adalah mahasiswa baru, ia belum begitu banyak mengenal mahasiswa, dosen maupun civitas kampus yang lainnya.

Soraya : Hanya ingin berkenalan denganmu. Aku medapat kontakmu dari temanku, yang kenal denganmu.


クリエイターの想い
Ajengkelin Ajengkelin

Terima kasih dan maaf :')

Ini adalah chapter terakhir yang saya publish di tahun ini

Saya akan kembali mem-publish-nya Minggu pertama di tahun 2021, yaa

Mohon pengertiannya dan tetap baca karya saya yang lainnya

Cek instagram saya @puspasariajeng

Dan klik link di bio saya untuk melihat digital card novel-novel karya saya.

Love you all ....

Load failed, please RETRY

ギフト

ギフト -- 贈り物 が届きました

    バッチアンロック

    目次

    表示オプション

    バックグラウンド

    フォント

    大きさ

    章のコメント

    レビューを書く 読み取りステータス: C10
    投稿に失敗します。もう一度やり直してください
    • テキストの品質
    • アップデートの安定性
    • ストーリー展開
    • キャラクターデザイン
    • 世界の背景

    合計スコア 0.0

    レビューが正常に投稿されました! レビューをもっと読む
    パワーストーンで投票する
    Rank 200+ パワーランキング
    Stone 0 推薦チケット
    不適切なコンテンツを報告する
    error ヒント

    不正使用を報告

    段落のコメント

    ログイン

    tip 段落コメント

    段落コメント機能がWebに登場!任意の段落の上にマウスを移動し、アイコンをクリックしてコメントを追加します。

    また、[設定]でいつでもオフ/オンにすることができます。

    手に入れました