Pria jangkun itu melangkah terburu-buru, membelah kerumunan yang menggangu jalannya. Semua orang jelas saja terkesima, bahkan sejenisnya pun nampak begitu rela untuk bertekuk lutut dengan pria dengan setelan yang menjerit mahal.
Tampang rupawan dengan tubuhnya yang begitu atletis, seketika di maafkan walau raut datar itu tak segan menghempas jauh siapa pun yang coba mengikis jarak atau pun merecok.
Jika tidak karena masalah penting, jelas saja Max tak akan melangkahkan kakinya masuk ke dalam tempat remang-remang dengan suara musik yang begitu bising. Kepalanya bahkan bertambah makin berdenyut, terlebih kegeramannya saat menghadapi seribu cara para wanita yang seakan rela menelanjangi tubuhnya di depan umum hanya untuk menarik perhatiannya.
Pandangannya meliar ke setiap sudut ruangan, netranya yang menyipit coba untuk memfokuskan. Cahaya warna-warna yang menabrak terus berganti, sampai akhirnya seseorang yang menarik janji temu dengannya terlihat di salah satu meja.