"Kenapa mesti bertanya? Apakah kau melupakan bagaimana keahlian ku mengalahkan musuh saat kedua kalinya kita bertemu?" balas Jevin dengan suaranya yang bersungut-sungut. Alisnya yang di satukan dengan netranya yang menyipit tajam, lagi-lagi menunjukkan protesannya pada Nathan yang seperti melupakan detail kejadian saat mereka bertemu.
Nathan yang seolah memahami, lantas tak bisa menghalau kekehan jenaka yang keluar dari bibirnya.
Seolah Jevin yang memberikan gambaran dengan layar putih besar menjadi media khayal, menuju satu lokasi berbeda dari kepulan debu-debu berhamburan dengan peran di liputi permusuhan. Melainkan suatu ruangan ber ac yang membaringkan tubuh lelahnya di sana dengan Jevin yang menatapnya dengan begitu intens saat menunggu kesadarannya menjemput.
"Ah ya, di saat itu bahkan kau sudah amat perhatian terhadap ku, ya?"