Ia sempat melihat Om Rinaldi turun dari tangga. Bara langsung teringat akan apa yang telah pamannya lakukan bersama seorang wanita semalam. Ia bergidik dan segera menepis ingatan itu.
"Nis, tolong siapkan sarapan dua porsi ke kamar ya," ujar pamannya dengan wajah kusut dan rambut acak-acakkan.
Bara hanya bisa menatap pamannya itu sejenak. Ia jadi ragu untuk berpamitan atau tidak pada pamannya itu. Tiba-tiba, pamannya itu menoleh padanya dan tersenyum.
"Eh, Bara. Sudah mau berangkat sekolah?" tanya Om Rinaldi.
"Ya, Om. Aku pergi dulu ya."
Bara tidak salim pada pamannya itu dan langsung saja pergi dengan mobilnya. Untung saja Pak Kusnadi sudah memanaskan mesin mobilnya itu sehingga ia bisa langsung pergi dengan cepat.
Ia bergegas keluar dari pagar rumah otomatis dan melaju. Ia melihat jam di dasbor, sepertinya masih ada banyak waktu menuju ke rumah Pradita.
Saat di lampu merah, Bara meneleponnya. Setelah nada dering yang ke empat, akhirnya Pradita mengangkatnya.