"Aaahhh kyaa ahhh, kau menusukku terlalu kuat!"
"Shhh ahhh, milikmu dalam dan hangat sekali. Jepit aku lebih kuat sayang shhh."
Ditengah bunyi petir yang menggelegar, ditengah malam yang penuh dengan hembusan angin kencang yang begitu kuat, terdapat dua insan yang tengah dibuai nafsu bercumbu di gedung sekolah pada saat itu.
Mereka berdua tak mengindahkan cuaca buruk yang terjadi di luar sana. Mereka tidak peduli bagaimana keadaan di luar bangunan itu. Yang mereka pedulikan hanyalah gesekan antara dua organ intim mereka yang saling memuaskan satu sama lain.
Keringat dua insan itu menetes deras, membasahi meja yang menjadi alas bagi si gadis untuk berbaring menikmati sodokan penuh tenaga dari lelaki di atasnya itu.
"Keluarkan semuanya di dalam. Ahh ahhh punyamu membesar, aku tahu kau ingin aahhh ughh keluaarrr."
"Kau ughh shhh memang gadis pintar. Baiklah, aku akan menyemprotkan semuanya di dalam mu. Bersiaplah, aku keluar."
Gerakan mereka berdua terhenti, lelaki itu menusukkan organ intimnya begitu dalam. Berusaha memasukkan cairan kepuasannya di dalam rahim si gadis. Mereka tersenyum dan berciuman. Bunyi kecupan yang penuh nafsu terdengar begitu bersemangat.
Kalau kalian mengira mereka berdua adalah Momo dan Shouki maka kalian keliru, tidak mungkin dia orang yang tidak saling mencintai dan menyukai itu berhubungan badan di sekolah. Akan sangat konyol kalau mereka terbawa nafsu tiba-tiba tanpa alasan dan sebab yang pasti.
Kalaupun kalian mengira itu adalah Leony dan Abare maka kalian juga keliru. Karena dua orang itu tidak mungkin mau melakukan hal seperti itu. Abare bersumpah untuk menjaga kehormatan Leony sampai mereka berdua resmi menjadi sepasang suami istri.
Lalu siapa yang melakukan hal itu?
.
.
.
.
.
"Wah, wah, wah, sudahi dulu aktivitas kalian," ujar Momo. Ia bertepuk tangan dan muncul dari balik pintu luar ruangan tersebut. "Tapi sepertinya kalian harus berhenti sejenak. Maaf membuat kegiatan kalian tertunda, tapi pastinya Kamatsui bisa menunggu sedikit lebih lama. Begitu juga dengan dirimu, benar bukan Fuharu?"
Sontak kedua orang yang baru selesai berhubungan badan itu gelagapan dan membenarkan pakaian mereka. Jantung mereka berdegup keras, menandakan mereka gugup dan takut setengah mati.
Rupanya kedua orang itu adalah Mudo Kamatsui dan Ise Fuharu. Mereka berdua adalah teman sekelas Momo dan Shouki, yang juga berarti mereka berdua sekelas dengan Leony dan Abare.
Mereka sudah dipergoki oleh Momo, mereka berdua tidak ingin sampai ada yang tahu tentang perbuatan bejat mereka.
Siswa yang bernama Kamatsui itu mengambil pisau lipat yang berada di dekat meja tempat Fuharu berbaring tadi. Dia sudah mempersiapkan pisau itu kalau-kalau ada orang yang memergoki mereka seperti sekarang.
Kamatsui berniat untuk melukai Momo, dia bisa gelap mata untuk membunuh gadis tersebut.
"Heaarghhh."
Pada saat Kamatsui berlari hendak menusukkan pisau itu, Shouki dengan cepat muncul di sana dan menghentikan perbuatan Kamatsui.
Shouki dengan cepat memutar dan memelintir tangan Kamatsui ke belakang. Ia mengaitkan kaki kanannya ke salah satu kaki Kamatsui dan menghempaskan ya dengan cepat. Shouki langsung menindih Kamatsui dan mengunci pergerakan Kamatsui. Tangan Kamatsui tak dapat digerakkan karena sudah dikunci ke posisi yang menyakitkan bagi Kamatsui.
"Arghh sial*n! untuk apa kalian mengganggu kami hah?! aku tidak punya urusan dengan kalian berdua!" seru Kamatsui marah.
"Kami tidak peduli dengan kegiatan bejad kalian," ujar Shouki dengan tenang dan tak terganggu sama sekali. "Hanya saja kami ingin sedikit 'mendokumentasikan' kegiatan kalian. Jangan berpikiran kalau kami maniak dan aneh hingga melakukan itu. Tapi kami perlu ini untuk tujuan kami yang lain. Aku harap kita bisa bekerja sama kalau kau masih ingin bersekolah di sini dengan nama yang bersih. Oke, biar si gadis gila itu yang mengatakan keinginannya. Dia benar-benar gila."
"Terima kasih Shouki, aku anggap itu pujian," ujar Momo sembari tersenyum. Ia bersandar pada kusen pintu tempat ia berdiri tersebut. "Aku ingin kalian melakukan itu sekali lagi di hadapan kami."
Baik Kamatsui ataupun Fuharu sama-sama terperanjat kaget. Permintaan macam apa itu? begitulah pertanyaan yang ada di pikiran mereka sekarang.
"Apa-apaan permintaanmu itu? apa kau gila Momo? apa maksudmu menginginkan itu? kau kelainan," ucap Fuharu.
"Ini bukan untuk kepuasan ku dasar bodoh! kalian akan tahu itu nanti setelah rencana kami berjalan. Lakukan saja, atau video perbuatan kalian ini akan ku sebarkan ke website sekolah kita," ancam Momo dengan senyuman licik. Tangannya tengah menggenggam Smartphone abu-abu miliknya.
Baik itu Fuharu ataupun Kamatsui merasa tidak punya pilihan lain, akhirnya mereka menyetujui untuk melaksanakan perintah Momo. Mereka tidak ingin sampai semua orang tahu akan kejadian malam ini.
Entah apa yang diinginkan Momo, tapi Kamatsu ataupun Momo tidak mengerti akan hal itu.
Setelah dua puluh menit berlalu, Momo berhasil mendapatkan rekaman kedua aksi bejat tersebut. Ini membuat Shouki geleng-geleng heran, bisa-bisanya gadis seperti Momo memiliki rencana seperti itu.
Flashback On.
"Untungnya saat malam hari sekolah ini tetap dinyalakan lampunya," ucap Shouki. Ia melihat baterai ponselnya yang sudah hampir habis, dan dirinya tidak membawa charger Handphone.
"Kau takut kegelapan?" tanya Momo.
"Tidak, tapi Handphone ku baterainya hampir habis. Kalau tak ada penerangan akan sulit menjelajahi sekolah yang begitu luas seperti ini," jawab Shouki.
"Hoo begitu," jawab Momo sekenanya. Ia juga lupa bawa power bank, jadi ia tak dapat membantu banyak untuk Shouki. "Untungnya di sini tidak mati lampu seperti di kota lain. Aku tadi sempat melihat headline berita tentang mati listrik di beberapa kota karena hujan deras. Sebuah kabel saluran listrik bertegangan tinggi korslet, jadinya lampu di beberapa kota itu padam."
"Yeah, untungnya di sini aman," ujar Shouki.
Setelah menelusuri lorong sekolah, tiba-tiba mereka dikejutkan oleh sebuah suara. Suaranya terdengar cukup jauh, namun masih dapat terdengar kalau itu seperti suara dua orang yang bersahutan. Atau lebih tepatnya suara desahan yang bersahutan.
Momo langsung merapat ke Shouki, ia refleks melakukannya karena takut. Momo sebenarnya takut dengan hal-hal berbau mistis, dan ia menyembunyikan itu dari semua orang karena gengsi.
"Ayo kembali ke mobil," ucap Momo.
"Kita sudah jauh masuk ke dalam sekolah. Lagipula di luar hujannya terlalu deras, kalau kau mau kau saja yang kembali sana," ujar Shouki yang merasa risih ditempeli oleh Momo seperti itu.
Kalau seandainya Leony yang menempeli Shouki seperti itu, pastinya Shouki akan dengan senang hati membiarkan Leony. Malah dirinya akan memeluk Leony erat-erat dengan penuh kasih sayang saking bahagianya. Tapi karena yang berada di dekatnya adalah Momo lain lagi ceritanya.
"Kau pernah dengar rumor penunggu sekolah bukan? pantas saja setiap kali hujan di malam hari, penjaga sekolah selalu pulang dan tidak menjaga sekolah ini. Rupanya di sini benar-benar ada arwah penasaran," ucap Momo.
"Mana ada! apa kau tidak dengar? itu suara orang yang sedang mendesah! mana ada hantu bersenggama hm? sudahlah, aku akan memastikannya sendiri." Shouki mempercepat langkahnya meninggalkan Momo.
Momo yang merasa ketakutan langsung menyusul Shouki, tentu saja ia tidak mau ditinggal sendirian sekarang.
Semakin mereka melangkah, suara semakin jelas terdengar. Baik Momo ataupun Shouki semakin curiga kalau ada orang yang melakukan tindakan tidak senonoh di situ. Dan kebetulan suaranya berasal dari ruang kelas mereka sendiri.
Pintu ruang kelas tidak tertutup rapat, cahaya lampu dari dalam kelas terlihat dari luar. Suara yang bersahutan itu terdengar jelas saat Shouki dan Momo sudah berada di depan kelas mereka tersebut.
"Sudah ku bilang kan kalau hantu itu tidak ada," bisik Shouki.
Momo terdiam, tiba-tiba sebuah ide muncul di pikirannya.
Flashback Off.