Gue gamau kehilangan dia tuhan, tolong apapun yang hal buruk yang akan terjadi. Tidak akan melukai aqila.
"arkann kok ngelamun?"
"gpp sayang, kamu udah makan?"
"belom, aku males makan" ucap aqila sambil memeluk manja padaku.
"ih manja amat lu dek, pake peluk peluk segala sama arkan"
"ya emang kenapa sih bang, bawain bayi nih"
"bayi lu mulu jadi alesan" seketika air mata aqila berjatuhan dan membuatku panic.
"kenapa sayang, kok nangis?" sambil menenangkan gue berisyarat ke alfa dan kami juga ujungnya gatau kenapa aqila nangis.
"aa..abang jahat, huhuhu masa, qila huhu pokoknya kata kata abang jahat" dan aqila kembali memelukku, menumpahan tangisnya.
"udah sayang, abang minta maaf deh ya... jangan nangis, nanti debaynya sedih gimana? abang minta maaf ya dekku" ucapan alfa sambil mengelus kepala aqila sedikit sedikit mulai membuat aqila diam dan tinggal sesegukan aja.
Sambil aqila menyenderkan kepalanya ke dada gue, gue menyeka airmata. Oh mann, gue gabisa berpaling dari matanya. She looks damn beautiful eye!!! apalagi karena abis nangis matanya menjadi berkilau like a diamond,mannn! dan tanpa sadar kucium kedua matanya dan berbisik "love you sweetheart". Dan setelah menenangkan aqila, alfa keluar membeli eskrim sesuai permintaan aqila.
"Qila kok bengong?"
"arkan, hm aku lagi ada pikiran. Boleh kan aku bagi ke kamu"
"memang seharusnya kamu bagi ke aku beban kamu sayang"
"gini, kan kemarin kemarin kata dokter kemungkinan aku lahiran dibulan ke 7-8. Tapi jujur aja aku gamau sampe anak kita premature, apalagi sampe masuk ingkubator. Belum masalah yang bakal dihadapin kalo premature, jadi aku dari kemarin makan yang banyak. Aku mau sembuh, aku mau keluar dari rumah sakit, aku mau menikmati kehamilanku, aku mau lahiran secara normal kan..." itulah yang diucapkan aqila.
Kalian tau apa yang lebih menyakitkan dari melihat seorang yang kau cintai menangis? yang lebih menyakitkan adalah ketika wanitamu mengusahakan sesuatu yang terbaik disaat kondisi yang tidak mendukung dan dirimu tidak tau harus berbuat apa. Dengan posisi aqila yang masih menyender di dadaku, aku mengusap kepalanya dan yang bisa aku lakukan adalah. Mencium keningnya dengan lembut dan penuh cinta.
"sayang, berbagilah beban dan kita berjuang bersama. Aku tau kita belum menikah, kita dipertemukan oleh kesalahan, kita sama sama berdosa. Tapi setidaknya kita mencintai dan berusaha memperbaiki keadaan, sesusah apapun itu aku janji berjuang sebaik mungkin. Aku nanti bicara sama dokter, aku akan berusaha membuat kamu aman dan nyaman. Kita minta yang terbaik juga ya sama allah"
"hm" dan kalian tau? aqila tertidur di dadaku, entah dia mendengar apa yang kuucapkan ntah engga.
good night sweetheart and baby, daddy loves you....
*Aqila POV*
Mungkin kalian banyak berpikir kenapa ceritaku seperti bukan sesuatu yang besar bagi seorang perempuan. Tapi di dalam lubuk hatiku, siapa sih yang mau hamil diluar nikah dengan orang yang tidak dikenal? Lalu apakah kehamilanku harus aku gugurkan? Bukan jah dosaku akan bertambah berkali kali lipat? Bukannkah semua sudah ada yang mengatur?
Coba kita lihat dari sisi yang baik, aku menemukan cintaku. Arkan. Aku bisa menemukan daddy dari bayiku. Dan aku tidak stres dan bayiku insyaallah sehat. Serta merata aku bisa membuat seorang playboy kelas kakap seperti arkan insap hihihi.
Tapi sebagai perempuan aku pasti ingin merasakan kelahiran dengan normal, merasakan pejuangan melahirkan dan menjadi seorang perempuan seutuhnya. Dan siapapun ibu di dunia ini, pasti tidak mau jika bayinya harus dimasukkan di dalam box yang akan ditempeli berbagai kabel ditubuh anaknya. Apalagi tidak bisa diberikan asi langsung ketika selesai dimandikan.
Astaga... Sungguh aku tidak mau itu terjadi, walaupun bayi ini karena kesalahan orang tuanya. Bagaimanapun juga semua sudah di atur bukan?
"Qila kok bengong?"
"arkan, hm aku lagi ada pikiran. Boleh kan aku bagi ke kamu"
"memang seharusnya kamu bagi ke aku beban kamu sayang"
"gini, kan kemarin kemarin kata dokter kemungkinan aku lahiran dibulan ke 7-8. Tapi jujur aja aku gamau sampe anak kita premature, apalagi sampe masuk ingkubator. Belum masalah yang bakal dihadapin kalo premature, jadi aku dari kemarin makan yang banyak. Aku mau sembuh, aku mau keluar dari rumah sakit, aku mau menikmati kehamilanku, aku mau lahiran secara normal kan..." itulah yang bisaku ucapkan.
Dan arkan sepertinya tercengang dengan ucapanku, dan tak lama Aku merasakan sesuatu yang hangat dan kenyal di keningku. Ah ternyata arkan mencium keningku, lembut dan nyaman yang langsung menghampiriku.
"sayang, berbagilah beban dan kita berjuang bersama. Aku tau kita belum menikah, kita dipertemukan oleh kesalahan, kita sama sama berdosa. Tapi setidaknya kita mencintai dan berusaha memperbaiki keadaan, sesusah apapun itu aku janji berjuang sebaik mungkin. Aku nanti bicara sama dokter, aku akan berusaha membuat kamu aman dan nyaman. Kita minta yang terbaik juga ya sama allah" kata kata arkan seperti nyanyian penghantar tidur dan membuatku tak lama terlelap dan kusautin dengan berhem, sebelum akhirnya aku terlelap
"hm"
Beberapa jam kemudian...
"Saya kesana sekarang!"
"Egh, arkan mau kemana" tanyaku setelah terbangun dengan bentakan arkan.
"Sayang, perusahaan aku tiba tiba ditipu 20 miliyar, aku harus kesana sekarang"
"Oh, yaudah kamu urus aja dulu"
Dan arkan menelpon jetnya untuk segera disiapkan, samar samar dia tedengar marah kembali dan pintu kamar dibuka menampilkan mami dan papi.
"Assalamualaikum anak mami"
"Waalaikumsalam, mi pi. Kan pinjem jet papi aja kalo jet kamu bermasalah" dan aku sukses mendapat perhatian arkan dan perhatian papi.
"Mau kemana arkan?"
"Perusahaan arkan ditipu pi, arkan buru buru pulang eh jetnya bermasalah"
"Yaudah papi telpon dulu, kamu pake jet papi aja."
"Makasih ya pi"
"Ga gratis ya"
"Eh? Yaudah nanti arkan bayar deh"
"Saya gamau dibayar duit" ucap papi garang.
"Yaudah arkan akan bayar dengan apapun yang papi mau"
"Bener? Apapun ya?" deg, kok kok..
"Hm iya pi"
"Yaudah jangan pernah sakitin aqila lagi, dan kamu cepet pergi dari sini."
"Apa saya gabisa ketemu aqila lagi pi?"
"Kamu buru buru kan? Sana cepet pergi, kok jadi ngelantur sih sanaa"
"Eh, iya. Arkan pamit dulu ya mi pi, aqila. Assalamualaikum"
Setelah arkan pergi aku cengengesan sambil memeluk papi.
"Papi bikin arkan tegang dua kali ih"
"Ya tapikan papi bantuin juga dia, apakabar cucu opa?" elus papi diperutku.
"Baik opa, dia begerak terus nih pi. Tapi qila suka hehehe. Papi mami dari mana? Cape yah? Istirahat dulu aja"
"Wah jagoan opa oma lincah ya, dari Paris tadi. Liat kamu capeknya ilang hehehe yakan pi?"
"Iya dongg, ini yang selalu papi suka dari kamu sayang. Perhatian kamu ke kita gapenah hilang, walaupun kita jarang bertemu"
"Kan papi mami orang tua aqila, masaa gadiperhatiin hehehe."
"Iya sayang, makasih ya. Maaf kami gabanyak waktu sama kamu"
"Gapapa, yang terpenting kalian ada disini sekarang hehehe."
*Arkan POV*
Telepon yang masuk beberapa menit yang lalu, bikin gue naik darah! Bagaiman tender yang engga gue tanda tanganin malah harus kena denda sebesar 25 MILIYAR! Gila! Argh... Dan kenapa disaat urgent kaya gini jet gue rusak! Kalo ga pas ada jet papi gimana? Mau jadi apa perusahaan gue nantinya.
Belom lagi gue ditambah kaget dari papi, untung aja cuman becanda. Kalo engga, mau gantung diri aja deh gue. Arghh bisa bisanya kaya gini disaat gue harusnya... MAMPUS! gue lupa bilang ke dokter supaya bisa rawat jalan aja.
"Assalamualaikum pi, tadi aqila ada bilang mau lahiran normal dan gamau di rumah sakit lagi. Tadi arkan mau minta dokter bolehin aqila, tapi gasempet. Papi bisa bilang ke dokternya?"
"Waalaikumsalam, iya nanti papi bicara juga sama aqila. Makasih infonya"
Sesampainya di bandara....
"Woah, jadi kaya gini jetnya keluarga Moldovia? Gue gatau aqila sekaya ini ternyata."
"Silahkan tuan Flanders"
Setelahnya akan menjadi perjalanan yang panjang sampai di Jakarta. Interior pesawat yang sangat nyaman membuat gue lama lama terlelap dengan sendirinya.
Sesampainya di Jakarta, semua direktur perusahaan, gue kumpulin. Termasuk orang kepercayaan gue, yang selama ini pengganti gue disini.
"Jadi jelaskan apa yang terjadi selama saya tidak ada!"
"Semua berjalan normal pak, kita juga mengalami keuntungan secara stabil. Hanya saja pagi ini saya dikejutkan dengan dokumen ini."
Gue membaca dengan teliti dan mencermati, tidak boleh ada satu katapun dan...
"Sejak kapan saya mendatangani kontrak dengan perusahaan Delta ini?!!! Selama saya pergi, tidak ada deal baru yang saya tanda tangan!!"
Setelah gue membentak dan mengebrak meja, semua tertunduk. Tinggal orang kepercayaanku yang ikut melihat kearah pandang yang sama denganku.
"Sebenarnya yang tau anda tidak ada ditempat hanya 3 orang pak. Karena semua orang selama beberapa bulan ini terlalu sibuk dan semua orang tau bapak bisa pulang kapan saja ,lewat mana saja." ucap orang kepercayaanku namanya dave. Dan beberapa orang sudah mengangkat kepalanya. Tinggal 5 orang yang masih menunduk.
"Siapa diantara KALIAN YANG MASIH NUNDUK, yang ikut campur disini. JUJUR!!!" gebrakan meja membuat semuanya terlonjak dan kelima orang itu, tinggal 2 orang yang masih menunduk.
"Jujurlah, dan ceritakan apa yang terjadi. Konsekuensi pasti ada, tapi saya juga belum mau kehilangan tenaga ahli seperti kalian. Tapi itu masih dipertimbangkan sesuai kesalahan kalian." kedua orang tersebut mengangkat kepala dan lihat lihatan.
"Dan sekarang bubar, kecuali kedua orang itu"
Baru aja gue mau introgasi dua orang yang gue maksud. Eh ayang bebeb nelpon...
"Jangan berani berani kalian pergi dari ruangan ini! Saya angkat telepon dulu"
"Assalamualaikum sayang..."
"Waalaikumsalam... Arkan aku kangennn dedenya nendang terus... Oiya ak-"
"Satu satu ngomongnya qila"
"Hehehe iya iya. Aku kangen, kamu kapan pulang?"
"Secepatnya sayang"
"Oiya aku besok mau pulang, nginep di apartemen abang alfa dianterin mami papi. Kamu kalo masih sibuk gpp kok"
"Oya? Bagus dong, sehat terus ya anak daddy... Aku juga udah kangen sama kamu, tapi aku besyukur ditelpon kamu. Kalo engga aku udah meledak sama bawahan aku tadi"
"Iya dong daddy.... Jangan terbawa emosi, dengerin dulu semuanya baru kamu simpulin. Miss you... Assalamualaikum"
"Iya sayang, makasih ya waalaikumsalam"