Haru menatap wajah Sheila dan Sherly dengan hati yang terasa seperti dilingkupi api. Sungguh, panas sekali jika boleh jujur. Sesak, perih, ingin memarahi mereka andai tidak punya lagi rasa kasih—tapi Haru memilih mengangkat gendong Sherly ke udara dengan senyuman yang berat.
"Sayang, kita tidak akan bertemu Mom dalam waktu yang lama," kata Haru. "Gantian. Dulu kalian sama Mom terus dan tak pernah bertemu dengan Papa, sekarang kalian sama Papa terus dan tak bisa bertemu Mom sangat lama."
"Aaa… Mn…" Sherly tampak ingin mengatakan sesuatu, tapi Sheila sepertinya lebih tahu apa yang harus dilakukan untuk meredakan kegusaran Haru.
"Iya gentian," kata Sheila. "Kita sama Papa terus sekarang. Mom biar kerja dulu…"
"Kerja?"
Haru mencubit pipi Sherly pelan. "Iya, kerja jauh dan membelikan banyak kalian mainan nantinya," katanya. "Jadi biar Mom pergi dulu, oke? Sekarang kalian berdua sama Papa."
Sherly terlihat sedikit sedih, tapi senyumnya bisa hadir beberapa saat kemudian.
Haru tidak merasakan apapun terhadap Kuze. Dia memang memiliki banyak keluhan dalam hidup dan butuh seseorang, tapi dia adalah pria yang adil. Dia tak mau merepotkan siapa pun bahkan ketika memiliki kesempatan. Karena hati ... menurutnya bukanlah suatu hal yang layak dimanfaatkan atau dipermainkan...
I tagged this book, come and support me with a thumbs up!