アプリをダウンロード
87.53% RE: Creator God / Chapter 330: CH.330 Psikologi Manusia

章 330: CH.330 Psikologi Manusia

Tanpa kusadari, rupanya aku cukup dekat dengan materi psikologi yang barusan aku ketahui. Yang barusan menemukan informasi bukanlah diriku, tetapi Shin. Entah kenapa dia bisa mendapatkannya dengan mudah walau belum setengah jam tercapai.

Namun itu malah bagus, karena tidak ada waktu yang terbuang begitu lama sampai harus berhari-hari tanpa kejelasan informasi juga solusinya. Anehnya, yang kudapati dari Shin tentang informasi itu jauh dari harapanku walau dia berkata memang ini cara yang tidak membuang waktu sama sekali.

"Hah!? Kau gila Shin ingin menerapkan cara seperti ini? Bahkan kita tidak akan tahu bahwa mereka akan terbunuh dengan cara ini atau tidak."

"Tenang saja, sudah terjamin di dokumen ini bahwa ini aman dilakukan."

"Tetap saja, itu mencurigakan dan tidak bisa dikonfirmasi kebenarannya."

Cara yang ditunjukkan Jurai pada kami adalah… serangan listrik. Katanya dengan cara ini, maka akan menggugah otak untuk bekerja entah lebih lambat atau lebih cepat, yang pasti otaknya akan tidak stabil.

Kalau kau tidak memperhitungkan semua efek samping seperti lupa ingatan, pikun, linglung, dan masih ada yang lain, ini cara yang benar-benar singkat dibanding rehabilitasi dan terapi. Namun kau tidak akan bisa menjamin cara ini tidak akan membunuhmu.

Lebih lagi, kalau listrik dengan cara seperti itu, artinya aku membutuhkan banyak waktu juga. Apa niat Shin ketika bicara soal ini? Karena jujur, tidak ada satu ide masuk akal yang ada di dalam kepalaku untuk penyelesaian jalur kasar dengan listrik.

"Kalau iya misal itu berhasil katakanlah, bagaimana kita harus melakukan rencana ini ke semua orang? Karena kau tahu, tidak memungkinkan kalau berniat untuk melakukannya satu per satu."

"Tentu tidak, karena itu kita akan mengandalkan umpan dan petir. Umpan tentu saja untuk mengumpulkan yang tidak sedang di luar, sedangkan petir dengan jangkauan yang luas dan menyeluruh."

"Itu bahkan terdengar lebih gila lagi. Tidakkah kau sadar bahwa kehancuran sudah di depan mata?"

Sebenarnya tidak ingin aku terkesan negatif dari cara pikirku, tetapi aku malah berpikir bahwa itu cara yang sangat tidak memungkinkan untuk dipakai. Sebaiknya memang aku yang mengatur semuanya karena kelakuan Shin memang aneh-aneh saja.

Apa dia sebenarnya niat untuk membantu, karena dia yang bilang sendiri bahwa dia akan membantu. Namun memang, niatnya kurasa kurang dari setengah bahkan, kurang dari itu juga karena merasa terpaksa tadinya.

"Terkadang ada pengorbanan untuk mencapai kemenangan yang lebih besar, inilah salah satunya di antara banyak contoh lain."

"Mengerikan pemikiranmu itu Shin, itu sama seperti pemikiran seorang penjahat."

Untuk pertama kalinya aku tidak setuju dengan Shin sampai berlebihan. Mau bagaimana lagi, ucapannya benar-benar membuatku menyadari bahwa dia sama seperti para antagonis dalam cerita-cerita fantasi yang ada.

Mau bagaimana lagi, dipikir pun juga tetap sama. Dia mengatakan bahwa pengorbanan itu dibutuhkan, yang artinya dia tidak memiliki sepeser pun rasa kemanusiaan walau ingin membantu. Tidak salah kalau aku mengatakan ini mengerikan.

"Apa maksudmu dengan itu? Kau menjelekkanku? Kalau memang tidak suka dengan caraku, kenapa tidak menolak secara halus saja daripada mengejekku?"

"Karena ucapanmu barusan itu tidak bisa dibiarkan. Kalau selangkah lebih jauh lagi kau maju, mungkin kau sudah menjadi penjahat totalitas."

Kau mengerti soal ini? Paham kenapa Jurai tiba-tiba bersikap seperti ini? Kalau tidak, itu alasannya kenapa kau tidak mengerti soal psikologi manusia. Bagi kami yang baru saja mempelajari psikologi dan mental, aku langsung paham bahwa dia tersinggung.

Dia benar-benar merasa bahwa apa yang dia baca sebelumnya itu memojokkannya sampai ke titik dia harus bersikap konyol seperti ini. Pada akhirnya, yang paling sulit dimengerti memanglah apa yang ada di dalam pikiran manusia. Untuk itu aku beri tepuk tangan dan salutku kepada para psikolog yang ada di luar sana.

Bahkan mungkin, di antara semua orang yang menggila, masih ada yang tetap bertahan dengan rasa kemanusiaannya dan kewarasannya. Dan kupikir, salah satu dari mereka itu adalah psikolog karena mereka tahu cara otak manusia bekerja, dan menanganinya juga.

Kujamin setidaknya ada satu obat penenang yang aman dan biasa dipakai oleh para psikolog untuk menenangkan orang yang gila. Namun seberapa efektifnya pun belum pasti karena memang utamanya itu terapi, bukan obat.

"Aku juga menyadari cara ini adalah cara yang kejam dan tidak memikirkan keselamatan hidup manusia. Maka biarkan aku ulangi perkataanku. Di saat ini, bukankah kita sendiri itu berkorban untuk keselamatan mereka?"

"Itu… kurasa kalau disebut dengan cara seperti itu tidak terdengar salah."

Nah, aneh bukan? Di satu sisi terlihat amat sangat salah, tetapi di sisi lain, dengan cara pengucapan yang berbeda, artinya pun terdengar berbeda. Makanya berhati-hatilah dalam penggunaan kata-kata, karena bahkan menurutmu benar, belum tentu untuk orang lain.

Boleh dibilang psikologi itu terlalu banyak lika-likunya. Dan kalau kau semakin mempelajarinya, kau hanya akan ditarik kepada 'Endless Paradox' yaitu pemikiran rumit manusia. Pada akhirnya yang benar-benar memahami dirimu itu kamu sendiri.

Orang lain mungkin melihat apa yang tidak dilihat dirimu, tetapi tidak selalu begitu peraturannya berjalan. Menggunakan orang lain sebagai cermin itu tidaklah tepat, karena bahkan ucapan mereka terkadang terdengar salah juga.

Manusia dan apa yang dipikirkannya tidaklah mudah untuk diselami. Bahkan karena terlalu sulitnya, kau tidak dapat menjelaskannya dengan sebatas kata-kata, melainkan bukti konkrit yang benar-benar mendukung. Kalau tidak, maka habislah dirimu.

"Kan? Aku tidak salah bukan? Selain itu, bahkan sudah terlalu banyak orang di luar sana yang berjatuhan. Semakin kau menahan dirimu, semakin banyak yang akan mati. Jadi, dengan cara yang kasar seperti ini pun, kau pada akhirnya tidak bisa menghindari korban berjatuhan lebih banyak lagi."

"Namun kita tidak boleh pesimis dengan cara pemikiran seperti itu Shin."

"Coba kau pikir saja, sifat mereka bahkan mungkin sudah berubah menjadi psikopat kanibal. Bukankah itu bahkan bisa kau samakan dengan ancaman bagi manusia. Kalau orang seperti itu yang mati, bahkan itu bisa dianggap harga menebus kesalahan mereka."

"Ugh… tadi salah, lalu terdengar benar, dan kau sekarang menggunakan pengetahuan psikologimu untuk terlihat sangat menekan dan mengintimidasiku dengan kebenaran yang ditekuk."

Kujamin inilah kemampuan kami sebagai seorang kutu buku yang bisa mempelajari hal baru secepat kilat dengan mudahnya. Ngomong-ngomong ini dari tadi hanyalah pembicaraanku dengan Shin, bahkan Jurai membuang mukanya untuk tidak ikut campur.

Apakah setidaknya dia bisa membantuku sedikit untuk membujuk Shin ke dirinya yang lalu? Seberapa di masa lalu itu tidak penting, hanya saja pokoknya sebelum Shin berubah karena dia membaca materi soal psikologi.

Kalau salah digunakan, bahkan psikologi yang dipelajari ini, bisa menjadi senjata tajam yang mematikan walau bukan dengan serangan fisik, tetapi mental. Kau mungkin dapat menjebak musuhmu dan lingkaran penyiksaan mental dengan ucapan yang menekan seperti yang dilakukan Shin barusan kepadaku.

"Semua yang kukatakan itu bukan terdengar benar, memang nyatanya benar. Lagipula sudah biasa juga seorang pembunuh juga akan dibunuh untuk membayar dosa darah yang ditangguhkan kepadanya."

"Tidakkah kita bisa memberi sedikit pengampunan kepada mereka dan kesempatan untuk berubah? Pada akhirnya mereka pun punya alasan bertindak sedemikian rupa."

"Kalau begitu caranya, umat manusia sudah dari lama punah Sin. Kau pun juga berpikir bahwa Kuroshin yang pernah di kebenaran lain membunuh mamamu dan menelantarkanmu juga salah bukan? Bukankah dia pembunuh juga?"

Dalam situasi ini, Shin malah menyangkutkan nama orang yang paling menjengkelkan buatku. Kalau orang itu, sudah tidak perlu pertimbangan dua kali karena sudahlah pasti kelakuannya tidak ada benar-benarnya sama sekali.

Namun berbeda dengan manusia yang di sini, mereka hanya ingin hidup, maka mereka bertahan hidup dengan cara membunuh. Masih ada sedikit celah dan harapan untuk membuat mereka kembali bersikap normal seperti sebelumnya dan mendapatkan kembali kemanusiaannya.

"Jangan kau sangkut pautkan masalah manusia dengan dewa sialan itu. Dia sudah berada dalam kasta salah yang terlalu tinggi."

"Bahkan sekarang kau malah melindungi dia tidak menyalahkan. Apa sebenarnya kau benar-benar ingin balas dendam dan membunuhnya? Tidakkah itu membuatmu sebagai pembunuh juga walau itu orang yang berdosa?"

"Sudah pasti aku ingin, dan kalau pun aku jadi pembunuh, itu sudah dari dulu aku lakukan."

"Memang, apa layak seorang manusia berdosa menghakimi manusia berdosa lainnya? Bukankah mereka berdua setara kalau kau menilai dari kemanusiaannya yang kau beratkan itu?"

Lama-lama, semakin aku dengarkan, ucapannya makin terdengar ngawur dan salah. Bahkan dia ngelindur sampai ke masalah-masalah lain hanya untuk memberi contoh yang meyakinkan bukan yang konkrit.

Semakin lama aku juga lelah menghadapi Shin yang kelakuannya malah melunjak seperti itu. Benar-benar dia berbeda dengan Shin yang biasa aku ketahui. Atau jangan-jangan, inilah sifat aslinya yang selama ini tidak aku ketahui.

Bahkan memungkinkan untuk orang seperti Shin menyembunyikan beberapa fakta untuk bisa meyakinkan orang lain bahwa dia tidak salah. Apa ternyata aku sudah masuk ke dalam jebakannya dan membuatku menjadi percaya walau seharusnya tidak?

Tidak, tidak pantas aku berpikir seperti itu. Dengan pola pikir seperti itu, pertemanan kami akan retak dan hancur padahal tidak kuingini. Ini sebenarnya masalah simpel, tetapi entah bagaimana jadi seolah-olah suatu hal yang besar.

"Mungkin iya, ucapanmu ada benarnya, tetapi tidak seratus persen benar. Manusia berdosa pun juga punya ukurannya masing-masing. Tidak menutup kemungkinan bahwa masih ada manusia yang menahan diri dengan sepenuhnya dari rasa haus darah ini."

"Kalau begitu simpel saja begini. Kita buat pengumuman untuk siapa yang masih memiliki kesadaran normal untuk bersembunyi di balik rumah agar terhindar dari sambaran petir. Dan untuk yang sudah gila, kita pancing saja untuk diperlakukan dengan caraku tadi."

"… hah~ ya sudahlah, aku akan mendengarkan rencanamu yang ini walau aku tahu ini tidak benar pada dasarnya."

Dengan perasaan yang amat sangat terpaksa, aku harus menerima solusi Shin yang satu ini untuk melakukan semua rencanannya ini. Aku harap sebenarnya tidak memerlukan rencana ini karena terlalu banyak kemungkinan untuk melakukan kesalahan dan malah membunuh banyak manusia nantinya karena kegagalan rencana kita.

Pada akhirnya mencoba melawan Shin pun percuma, karena dia tidak akan menyerang secara langsung, tetapi menggunakan kepintarannya untuk menyerang. Bukankah ada pepatah yang mengatakan bahwa buku itu setajam pedang?

"Dari tadi kudengarkan, kalian ribut soal satu hal. Dibanding itu, aku sudah menemukan setidaknya lebih dari tiga solusi yang memungkinkan. Tidakkah kita harus mempertimbangkan yang lainnya?"

"Kalau memang ada, kenapa kau tidak menghentikan kami dari tadi!?"

"Karena itu terdengar seru, jadi kubiarkan saja."

"Cih, sial kau Jurai."


Load failed, please RETRY

週次パワーステータス

Rank -- 推薦 ランキング
Stone -- 推薦 チケット

バッチアンロック

目次

表示オプション

バックグラウンド

フォント

大きさ

章のコメント

レビューを書く 読み取りステータス: C330
投稿に失敗します。もう一度やり直してください
  • テキストの品質
  • アップデートの安定性
  • ストーリー展開
  • キャラクターデザイン
  • 世界の背景

合計スコア 0.0

レビューが正常に投稿されました! レビューをもっと読む
パワーストーンで投票する
Rank NO.-- パワーランキング
Stone -- 推薦チケット
不適切なコンテンツを報告する
error ヒント

不正使用を報告

段落のコメント

ログイン