アプリをダウンロード
15.11% RE: Creator God / Chapter 57: CH.57 Dua Sihir

章 57: CH.57 Dua Sihir

Mama sudah mengecamkan kepadaku banyak pesan dan memberikan kepadaku banyak hal yang harus kupelajari. Setidaknya ini lebih baik daripada aku harus belajar semuanya sendiri dari awal. Untung saja mama bisa sihir dan mengajariku. Oh ya Senshi mana sih dari tadi masih di kamar tidur mulu.

"Kalau begitu kita mandi dulu saja. Hari sudah semakin sore, bangunkan Senshi tolong ya Kioku."

"Baiklah ma."

Aku masuk ke dalam kamar dan membangunkan Senshi. Namun aku melupakan satu hal, kalau Senshi sudah tidur membangunkannya perlu usaha lebih. Adikku yang satu ini kebal akan cara membangunkan orang normal. Bahkan aku teriak pun tidak bisa membangunkannya.

"Hah, tersisa satu cara lagi."

Jujur saja sebagai perempuan aku tidak ingin melakukan hal ini. Tetapi aku harus melakukannya demi Senshi seorang diri. Aku mulai mempersiapkan ototku dan mengendong Senshi lalu membantingnya ke lantai bersama dengan diriku.

"Adudududuh, nee-san!!"

Hahaha, akhirnya terbangun juga. Mana ada yang bisa bertahan dari rasa sakit yang seperti itu. Untung saja aku dari dulu sudah memikirkan cara ini walau harus pakai cara kasar.

"Salah sendiri kalau tidur susah dibangunin." aku bangun dan membersihkan pakaianku yang terkena debu dari lantai.

"Hiss, ngapain sih bangunin aku nee-san?"

"Mama suruh kita mandi sekarang, cepat ikut."

Aku berjalan dengan cepat meninggalkan kamar menuju luar rumah untuk menemui mama yang sudah ada di luar rumah menungguku dan Senshi. Terkadang aku kesal deh dengan kelakuan Senshi.

"Hei Kioku-neesan kan sudah kubilangi bahwa aku tidak akan mandi bersama kalian, aku sudah umur 4 tahun tau."

"Tidak ada komentar. Ini ucapan mama, cepat lakukan."

Dengan tidak peduli aku langsung menutup pintu rumah meninggalkan Senshi sendirian di dalam. Mama rupanya sudah berdiri di luar menunggu dengan melihat ke langit yang sudah berwarna keoranyean itu.

"Oh Kioku, mana Senshi?" mama mengengok kembali ke arahku.

"Ah tau tuh ma, katanya gak mau ikutan udah tambah besar alasannya."

Akhirnya mama yang turun tangan sendiri. Awalnya Senshi tetap saja tidak ingin ikut, tetapi berhubungan emosi mama sedikit terpancing, akhirnya Senshi dengan pasrah ikut aku dan mama mandi. Aku dan mama menikmati mandi kami, sedangkan Senshi hanya bisa memalingkan muka dari kami berdua.

"Sudah lah, biarin aja, yang penting udah mau dateng mandi." awalnya aku protes akan sikap Senshi, tetapi diberhentikan oleh mama.

Karena kami juga tidak ingin ribut saat mandi jadi biarin aja deh. Aku lebih mementingkan mama mengajari sihir kepadaku. Kalau kepada Senshi, terserah deh, kelihatannya Senshi tidak terlalu memperhatikan soal sihir ini.

"Karena kita masih ada waktu sebelum tidur, bagaimana kalau mama cek kekuatan sihir dalam diri kalian. Anak dari seorang penyihir biasanya pasti bisa sihir juga. Tentang sihir yang bisa dipakai, itu tergantung setiap orangnya."

Hmm, apakah ini soal cabang sihir yang mama bicarakan itu? Boleh juga sih, aku ingin tau aku bisa memakai sihir apa. Hitung-hitung supaya lebih mudah dalam mempelajari sihir apa yang bisa kupelajari sesuai dengan cabangku.

"Mama punya bola sihir pengecek sihir ini. Ada dua bola, satu pengecek sebesar apa kekuatan sihirnya, kedua cabang apa yang bisa dipakai."

Mama mengambil dua bola yang hampir sama bentuknya bahkan penampilannya pun mirip. Mungkin kalau tidak cermat orang tidak akan tau bahwa di dalam bola itu ada bola yang lebih kecil lagi. Yang dibola pengecek seberapa besar kekuatan sihir warna bola dalamnya adalah putih keabu-abuan, sedangkan yang di bola satunya warna bola dalamnya adalah pelangi yang terus berputar.

"Jadi inikah yang bisa menentukan sihir kami? Kalau sihir mama seberapa?" dengan penasaran yang sangat tinggi aku bertanya kepada mama.

Entah kenapa walau aku malas mendengarkan penjelasan panjang, aku selalu ingin tau hal-hal yang tidak aku ketahui walau itu tidak penting-penting sekali.

"Apakah aku akan dicek juga? Apa hanya nee-san? Ah sebaiknya nee-san saja karena aku tidak ingin belajar sihir." Senshi berjalan masuk ke kamar meninggalkan kami.

Namun belum sempat pergi masuk ke kamar, Senshi sudah diberhentikan oleh mama. Kurasa mama juga akan mengecek Senshi karena Senshi akhirnya nanti juga harus menjadi seorang penyihir yang kuat untuk melindungi diri sendiri.

"Tidak, kau juga harus mengecek. Karena tetua sudah mempercayai kepada kalian barang yang begitu berharga, mama akan mengajari kalian tentang sihir, apa pun alasannya." mama begitu tegas kalau mengambil sebuah keputusan.

Dan asalkan semua orang tau kalau keputusan yang mama ambil itu selalu benar, maka semua orang rasanya akan menyerahkan masalah-masalahnya untuk mama bantu selesaikan.

"Ehh.. tetapi bukankah hanya Kioku-neesan yang tertarik soal sihir? Tentang pedang ini asalnya aku juga tidak ingin, tetapi tetua memaksaku untuk mengambilnya."

Huh, memaksa? Bukankah dia tadi tidak mengatakan apa pun ketika diberi oleh tetua? Sungguh aneh. Apakah Senshi ini sedang moodnya tidak bagus? Lama-lama kayak perempuan aja deh.

"Tidak, apa pun yang Senshi katakan mama akan tetap ajari Senshi. Dan juga kalau malas-malasan tidak ada kebebasan buat Senshi."

"Ehh...." wah kepentok nih Senshi wkwkwkw, kebebasannya dirampas sama aja gak bisa ngapa-ngapain.

Kurasa setelah ini Senshi akan kesal kepadaku karena membuat dirinya terjebak dalam masalah ini. Tapi biarin ah, usil ya usilin aja sekalian totalitas. Reaksi Senshi selalu membuatku tertawa sih.

"Baiklah…."

"Kalau begitu Senshi aja dulu. Habis itu tinggal tidur ndak masalah karena mama masih mau bicara sama nee-sanmu." hmm, mama ingin berbicara denganku, apa ya?

"Apa yang harus kulakukan kalau begitu ma?"

Pertanyaan Senshi cukup logis, aku juga ingin mengerti bagaimana bola ini bisa mengecek kekuatan sihir dan cabang sihirnya. Hmm, dengan menaruh tangan ke atasnya?

"Taruh saja tangan di atas bola. Lakukan yang pengukuran kekuatan sihir dulu." hoo, rupanya tebakanku benar.

Tanpa banyak bicara Senshi langsung menaruh tangannya ke atas bola itu. Kurasa Senshi terlalu pasrah akan hal ini. Ada bahan ejekan nih kalau begini.

Rasanya punya adik yang bisa kuajak jail seru ya? Aku jadi penasaran bagaimana mama bisa bertahan melahirkan aku dan Senshi. Hmm, aku punya ingatannya, tapi samar-samar. Sudahlah, aku tidak usah pedulikan itu. Tapi kalau soal itu, siapa sebenarnya papa kami? Mama tidak pernah menyebutkannya.

"Wah! Cahaya yang terang, bahkan lebih terang dari orang dewasa walau sedikit. Senshi, kau bisa menggunakan sihir bahkan lebih hebat dari orang dewasa." tiba-tiba setelah Senshi menaruh tangan ke atas bola itu, mama berteriak kegirangan.

Ugh, mendengar suara mama yang kegirangan membuat telingaku sedikit sakit dan aku sedikit kaget. Baru saja aku memikirkan hal lain, buyar kan memoriku. Apa coba yang aku pikirkan tadi.

"Benarkah ma? Apa aku bisa mengalahkan orang dewasa!?" beneran deh, Senshi seperti perempuan saja, emosi dan perasaannya tidak stabil sekali.

"Iya, kalau dilatih dengan giat tapi." mama mengelus kepala Senshi.

Huuh, biasanya mama hanya mengelus kepalaku. Melihat Senshi yang dielus kepalanya membuatku sedikit kesal. Kenapa harus dielus?

"Baiklah ma, aku akan berjuang." Senshi tersenyum girang mendengar ucapan mama.

"Hmm, kalau begitu coba tangan Senshi taruh ke bola yang satunya. Mama ingin tau Senshi bisa sihir apa."

Sama seperti tadi, Senshi langsung menaruh tangannya ke bola yang satunya, bola pengecek cabang sihir. Hmm, aku jadi penasaran sihir apa yang bisa dipakai oleh Senshi. Palingan sihir jelek.

"Ini! Senshi bisa menggunakan sihir Kebenaran cabang air! Kamu mewariskan salah satu sihir yang mama bisa pakai." mama kegirangan lagi melihat hasil yang ditunjukkan oleh bola pengecek itu tentang Senshi.

"Benarkah?? Aku senang bisa menggunakan sihir yang mama bisa pakai."

"Hmm, memangnya sihir cabang apa yang mama bisa pakai?" rasa penasaranku sudah tidak bisa ditahan lagi.

Aku lebih tertarik dengan sihir yang mama bisa pakai daripada sihir yang bisa Senshi pakai. Sihir yang mama bisa pakai begitu indah dan luar biasa. Kekuatan sihir mama juga sangat hebat karena bisa membunuh monster waktu itu dengan sekali serang.

"Hmm? Sihir yang bisa mama pakai? Apa Kioku tidak menyadarinya ya? Ingat aura warna apa yang waktu itu mama pakai?" uhh, kalau tidak salah….

"Hijau dan biru…? Kalau tidak salah ingat."

"Tepat, sihir Kebenaran cabang dual, sihir air dan daun."

Hmm, aku rasa reaksiku kali ini adalah tidak paham. Hasil yang ditunjukkan oleh Senshi adalah warna biru, identik dengan air. Warna yang hijau seharusnya itu daun. Tetapi kenapa Senshi hanya bisa satu cabang sedangkan mama dua?

"Umm, ma? Kenapa Senshi hanya bisa satu cabang sihir sedangkan mama dua?" aku sudah masa bodo soal batasan penasaranku.

"Sihir dual adalah bisa menggunakan dua cabang sihir, sedangkan Senshi adalah penyihir layaknya penyihir lain. Tetapi Senshi bisa memiliki kekuatan sihir sekarang sama seperti penyihir ketika dewasa itu sudah luar biasa. Kemampuan sihir Senshi tidak biasa sama sekali."

Ohh aku jadi sedikit mengerti. Hmm, jadi mama adalah penyihir spesial? Sebegitu spesialnya kah penyihir dua cabang sihir?

"Sudah deh, karena Senshi sudah selesai di cek, Senshi bisa kembali ke kamar untuk istirahat."

"Ahh tidak deh ma, aku mau melihat hasil tes nee-san juga."

"Baiklah, tunggu saja dari samping. Kioku, sini lakukan hal yang sama seperti Senshi lakukan."

Hmm, sudah saatnya. Apakah aku juga seorang penyihir? Akan kah aku bisa seperti mama? Aku jadi penasaran. Tetapi aku juga jadi sedikit khawatir kalau aku tidak bisa jadi penyihir. Sudah lah berpikir juga tidak akan menyelesaikan masalah, lakukan saja. Jadi aku melakukan tahap pertama yang sudah dilakukan oleh adikku Senshi itu.

"Uggh! Cahaya yang terang sekali! Kioku, cepat lepaskan tanganmu!" sontak karena mama sedikit berteriak aku kaget dan langsung melepaskan tanganku.

Aku juga silau karena cahaya yang keluar dari bola itu. Kenapa tadi Senshi tidak terlalu terang sedangkan aku terang sekali. Apakah ada yang salah denganku?

"Silau sekali." rupanya Senshi menggerutu soal cahaya silau itu juga.

"Apa yang sebenarnya terjadi ma? Apakah aku gagal?" aku sudah mulai sedikit sedih dan menundukkan kepala karena ketakutanku ini.

"Salah, bukan gagal. Kau adalah penyihir yang sangat kuat Kioku anakku!! Kekuatan sihir yang seperti ini jarang ditemukan. Konon katanya hanya beberapa orang bahkan tidak sampai 5 orang yang bisa membuat bola bersinar sesilau ini."

Apakah itu artinya aku berhasil!? Yeayy, akhirnya aku jadi seorang penyihir. Aku tidak akan kebosanan deh kalau begitu.

"Benarkah? Berarti aku sangat kuat?"

"Tentu nak."

Aku ingin lanjut ke tahap selanjutnya. Aku sudah tidak sabar cabang sihir apa yang bisa aku pakai. Semuanya akan terbuka dan terketahui setelah melakukan tes tahap dua ini.

"Kalau begitu aku akan menyoba bola yang satunya!" bahkan tanpa instruksi dari mama aku langsung menaruh tanganku di atas bola yang satunya.

Namun anehnya bola itu malah tidak mengeluarkan warna apa pun malah justru retak. Bola itu semakin retak dan akhirnya terbelah menjadi dua sama besar. Kenapa ini!? Apa aku merusakkan bolanya!?

"Bolanya pecah?? Dan ini warna ini??" tiba-tiba di pecahan bola yang pertama muncul warna dan bola yang setengah lainnya muncul warna juga.

Warna yang ditunjukkan oleh pecahan bola yang pertama adalah putih kekuningan disertai aura yang jernih. Sedangkan warna pecahan bola yang lain adalah merah gelap disertai aura gelap yang begitu menakutkan.

"Dua sihir!" mama berteriak sangat keras mengejutkanku.


Load failed, please RETRY

週次パワーステータス

Rank -- 推薦 ランキング
Stone -- 推薦 チケット

バッチアンロック

目次

表示オプション

バックグラウンド

フォント

大きさ

章のコメント

レビューを書く 読み取りステータス: C57
投稿に失敗します。もう一度やり直してください
  • テキストの品質
  • アップデートの安定性
  • ストーリー展開
  • キャラクターデザイン
  • 世界の背景

合計スコア 0.0

レビューが正常に投稿されました! レビューをもっと読む
パワーストーンで投票する
Rank NO.-- パワーランキング
Stone -- 推薦チケット
不適切なコンテンツを報告する
error ヒント

不正使用を報告

段落のコメント

ログイン