Figo mendengarkan dengan seksama, dia mencoba untuk memahami ucapan Dewan, soal Zalfa yang mengatakan bahwa Zalfa sudah memiliki seseorang yang disembunyikan dari kita semua. Tidak sadar, minuman itu sudah remuk di tangan Figo, akibat lelaki itu menghancurkannya dengan satu tangan, dia genggam minuman itu, seakan itu adalah amarah yang tersimpan dalam dirinya. Memikirkan Zalfa sudah membuatnya pening, apalagi sekarang hubungannya dengan Ervina juga tidak baik-baik saja. Figo merasa dia sedang berada di titik terpuruknya sekarang, jika dulu dia memilih keluar dari rumah, ada Ervina yang menyemangatinya. Kemudian, dia meninggalkan Zalfa, ada Ervina yang selalu bersedia menemani di kala suka dan duka, di kala bahagia dan sengsara. Tidak seperti saat ini, Figo merasa hidup sendirian. Belum lagi, dia sudah dianggap musish oleh orang-orang terdekatnya sendiri, dan dianggap sampah oleh pacaranya. Kurang sengsara apa lagi hidupnya.