Yiha....
Up lagi ...
Happy Reading....
Acara segera di hentikan, Hanan meminta maaf pada para tamu karena kejadian yang tidak terduga ini. Saat ini mereka semua berkumpul di ruang keluarga setelah semua tamu sudah pulang. Elang hanya duduk diam sambil menundukkan kepalanya.
"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Angga-- adik ipar Hanan membuka suara setelah lama terdiam.
"Kenapa kamu melakukan ini Raja?" tanya Hanan menatap ke arah Raja yang hanya diam juga.
"Aku pikir, Nenek akan bahagia jika mengetahui Mas Elang sudah mendapatkan kekasih. Nenek, kan, sangat mengharapkan cucu kesayangannya menikah," jawabnya sambil menatap Hanan.
"Tapi tidak dengan menunjukkan vidio itu pada semua orang, kan?" tanya Hanan dengan suara penuh penekanan.
"Apa salahnya Mas, kalau Rajawali memberi tahukan kepada semua tamu. Ini berita bahagia, cucu penerus perusahaan Elang Jaya akhirnya menikah. Usia Elang juga sudah cukup untuk menikah. Raja saja sudah menikah yang usianya selisih tiga tahun lebih muda dari Elang. Kisya istri Rajawali saja saat ini sedang mengandung lagi anak ke dua," ucap Angga membela perkataan Raja.
Rajawali tersenyum mendengar perkataan Papanya, seharusnya ini cukup membuat Elang terjatuh. Cucu yang selalu di bangga-banggakan ternyata tanpa malu bermesraan di depan seluruh karyawan perusahaan.
"Bagaimana jika pernikahan Mas Elang dan wanita itu di percepat?" tanya Raja begitu enteng membuat Elang langsung mendongakkan kepalanya dan Hanan membulatkan matanya.
"Enggak!" ucap Elang menolak.
"Kenapa, Mas?" tanya Raja bingung.
"Em, itu--" Elang bingung harus menjawab apa. Memang waktu itu ia mengajak Elita menikah, tapi setelah bertemu Kartika ia mau menjalain hubungan lebih dengan Kartika. Walau belum pasti ia ingin menjalani hubungan seperti apa, hanya saja menikah dengan Elita sudah tidak masuk ke daftar listnya.
"Jika mereka cepat menikah, semua orang yang datang ke acara hari ini akan berpikir jika Elang menikah dengan Elita karena Elita hamil," ucap Hanan membuat seluruh keluarga yang sedang berada di ruang tamu kini menatapnya.
"Ah, iya, benar kata Papa," ucap Elang menyetujui.
"Tapi, lebih baik cepat menikah bukan? Dari pada gunjingan dari mereka lebih banyak. Lagipula, jika tidak mau di bilang hamil duluan Mas Elang dan istri Mas, bisa menunda memiliki anak," ucap Raja menatap Elang.
Elang mengepalkan tangannya erat, ingin sekali ia menghajar mulut kompor adik sepupunya ini. Ia dan Papanya selalu menjadi kompor setiap acara keluarga. Dirinya dan kedua orang tuanya yang selalu di pojokkan karena dirinya belum menikah. Mamanya di pojokkan bukan hanya karena dirinya tapi juga Mamanya yang tidak memiliki anak lagi.
"Iya, Mas, lebih baik Elang segera menikah dengan gadis itu," ucap Agil adik bungsu Hanan menyetujui perkataan Raja.
"Bener Pakde, Mas Elang lebih baik cepat menikah. Tadi aku denger omongan beberapa orang yang bilang Mas Elang mungkin sudah tinggal serumah dengan wanita itu karena Mas Elang berani berciuman di depan para karyawan," ucap Risya adik sepupu Elang anak Agilia.
"Iya, Mas. Lebih baik Mas Elang cepat menikah," ucap Erika, adik Rajawali.
Hanan sudah tidak bisa berkata lagi, hampir semuanya mendukung Elang menikah dengan Elita. Ia pun membutuhkan waktu untuk berbicara lebih pada Elang, karena pernikahan bukanlah hal untuk bisa di permainkan.
Kini Elang sedang berada di kamar dirinya saat sedang menginap di rumah Neneknya. "Jadi? bagaimana?"
"Pa, Elang gak mungkin sama Elita," jawab Elang dengan wajah frustasi.
"Kenapa? apa karena ia karyawanmu?"
"Apa Papa dan Mama tidak masalah jika Elang dengan Elita?"
"Papa dan Mama memang akan menjodohkan kamu dengan Kartika, tapi kejadian kemarin buat Papa dan Mama mendukung kamu dan Elita jika memang kalian bersama."
"Kenapa, Pa?" tanya Elang bingung.
"Menikah itu untuk selamanya, jika kami memaksa kamu menikah dengan orang yang tidak kamu cintai pernikahanmu nantinya tidak akan berjalan mulus."
"Terus, kenapa Papa dan Mama kemarin menjodohkanku dengan Kartika?" tanya Elang yang masih tidak mengerti dengan maksud Papanya.
"Karena kami pikir, kamu belum memiliki kekasih. Namun, saat melihat kamu dan Elita, Papa dan Mama bisa melihatnya jika kamu menyukai Elita."
"Itu gak mungkin, Pa!" ucapnya meninggikan suaranya.
"Kenapa?" tanya Hanan bingung.
"Aku hanya menganggapnya karyawanku, tidak lebih."
"Kamu yakin?" tanya Hanan menatap serius Elang.
"Yakin!" jawabnya mantab.
"Baiklah kalau kamu yakin. Kebetulan klient Papa ada yang memiliki anak yang umurnya sekitar tiga puluh lima tahun. Ia duda anak satu sedang mencari istri, Papa mau kenalkan Elita padanya supaya para keluarga tidak akan mendesak kamu menikah dengan Elita," ucap Hanan dengan santainya.
Ia ingin tahu, bagaimana reaksi Elang saat dirinya akan menjodohkan Elita dengan anak rekan bisnisnya. Elang hanya diam tanpa menjawab, "Baiklah, diammu menjawab pertanyaan Papa. Papa minta nomor Elita, supaya bisa di berikan pada anak teman Papa."
"Aku tanya Elita dulu, Pa. Ini masalah pribadi, jadi tidak bisa aku sembarangan memberikan nomornya pada orang lain."
"Bagaimana jika besok kita makan siang bersama? kamu ajak Elita untuk makan bersama."
"Lihat besok, Pa. Elita sedang cuti beberapa hari, jadi tidak mungkin aku menyuruhnya bertemu."
"Ya, tidak apa. Hanya makan siang, tidak akan mengganggu cutinya," ucap Hanan santai.
"Iya, Pa," jawabnya singkat. Entahlah, Elang hanya bisa menjawab itu saja.
"Lebih cepat Elita datang bertemu dengan Firli, makin cepat kamu lepas dari desakan om, tante dan keluarga yang lain."
"Iya, Pa," jawabnya singkat.
"Ya, sudah. Papa mau ke kamar Nenek untuk melihat kondisinya," ucap Hanan dan ia pun berdiri dari duduknya kemudian melangkah ke luar dari kamar.
Setelah Hanan ke luar, Elang menghela napasnya. Masalah apalagi ini? Saat dirinya menemukan wanita yang menurutnya pas, walau dirinya tidak yakin akan menikahi wanita itu. Setidaknya dirinya sudah merasa pas dengan Kertika.
***
Pagi pun tiba, kini mereka semua sedang sarapan bersama di meja makan rumah Nenek. "Kapan kamu akan mengenalkan kami pada kekasihmu?" tanya Angga yang tiba-tiba membuka suara saat semua orang sedang menikmati sarapannya.
"Habiskan makanmu, Angga! Baru kalau mau bicara!" tegas Hanum -- Ibu mertuanya.
"Iya, Bu," jawabnya dan melanjutkan makanan. Elang rasanya ingin sekali segera pergi dari meja makan itu. Omnya itu benar-benar membuatnya ingin menghajarnya.
Selesai sarapan, Elang pamit terlebih dahulu karena ia ada rapat penting. Nenek mengizinkan saja hanya Angga omnya yang mulutnya seperti kompor meluduk. Tidak mepedulikan apa kata omnya, ia pun pamit pergi.
Jalanan yang sudah mulai padat membuatnya semakin kesal. Ia mengomel tidak jelas sepanjang perjalanan. Sampai di kantor ia memasang wajah tidak bersahabat membuat para karyawan takut untuk menyapanya. Ia masuk ke dalam lift begitu saja, hingga saat ke luar dari lift ia harus berhimpitan dengan sekretarisnya yang ternyata sudah masuk kerja hari ini.
"Kamu, bisa tidak jalan pakai mata! Badan kamu itu besar gak imut sama sekali!" ketusnya dan ia ke luar dari lift sambil terus mengomel tidak jelas.
Elita hanya menghela napasnya, ia pun melangkah ke luar dari lift dan pergi ke ruangannya. Lagi dan lagi helaan napas berat terdengar saat ia melihat tumpukan dokument di mejanya. Ia memutuskan untuk bekerja karena tidak mungkin ia terus berdiam diri di sana. Tadi malam anaknya tiba-tiba saja kejang membuatnya sangat ketakutan setengah mati, sekarang hidup anaknya tengah di ambang hidup dan mati. Aldebaran dinyatakan koma dan tidak tahu kapan akan bangunnya.
Dari pada ia terua menangisi anaknya lebih baik ia menyibukkan dirinya dan mencari uang lebih untuk biaya rumah sakit. Ia tidak mungkin membawa Al pulang ke panti asuhan karena alat-alat medisnya cukup mahal jika ia harus membelinya. Belum lagi jika harus membayar suster. Sebenarnya mau di rawat di rumah atau pun rumah sakit, semuanya sama-sama mengeluarkan uang besar. Kini yang Elita harus lakukan adalah mencari uang sebanyak-banyaknya kalau perlu ia sering lembur atau pun mencari pekerjaan tambahan untuk biaya anaknya.
Elita mulai membuka dokument pekerjaannya satu persatu. Dengan wajah lelahnya ia pun terus melihat dokument-dokument itu dan nantinya ia akan memberikan pada Elang untuk di tandatangani atau pengecekkan ulang.
TBC...
Yuhhuu.. up lagi guys... gimana nih, apa yang akan terjadi dengan Elang dan Elita. Apa kehadiran Firli nantinya akan mengusik Elang atau justru malah membuat Elang senang karena bisa terbebas dari desakan keluarga?
Yuks lah, ramaikan komentnya guys... dan jangan lupa Vote juga Power stonenya ya...
Pernikahan bukanlah hal untuk di permainkan.