Semalam aku tidak bisa tidur sebab banyak sekali pertanyaan yang berputar di kepala ku lalu tidak ingat bagaimana aku akhirnya tertidur dan sekarang aku sudah membuka mataku lagi, meraba-raba bagian bawah bantal untuk mencari ponselku. Kamarku masih gelap, tandanya aku tidak kesiangan.
04.53 WIB waktu yang ditunjukkan ponselku, segera aku bangun dan duduk dengan nyawa yang masih setengah, kemudian menyalakan lampu kamarku. Aku belum juga mendapat kabar apa pun dari Bimo, sejak kemarin dia belum menghubungiku.
Kulihat sekali lagi ponselku, ternyata ada pesan dari Bimo dan beberapa panggilan tak terjawab dari Dwi.
>Bimo <3 :
[Ray, sudah tidur?
Besok berangkat sekolah sama aku ya? Aku jemput]
Hah?! Hari ini? Berangkat bareng? Kok baru bilang sih!
Hilang seketika rasa kantuk yang tadi masih bergelayut di kelopak mataku sebab aku yang tidak bisa tidur semalam, mataku sudah melek 100% dan aku dengan cepat menyiapkan baju sekolahku serta perlengkapan sekolah lainnya yang harus ku bawa hari ini.
Setelahnya aku mandi lalu sholat subuh terlebih dahulu kemudian bersiap-siap untuk pergi sekolah. Saat aku turun ayah sudah duduk di meja makan sambil baca koran pagi langganan ayah, tidak ketinggalan secangkir kopi hitam dan rokok yang selalu menemani ayah setiap pagi.
"Belum berangkat yah?" Tanyaku yang kemudian ikut duduk di kursi makan sebelah ayah.
"Belum, sebentar lagi mau berangkat." Jawab ayah sambil membolak-balik halaman koran.
"Mau berangkat bareng ayah Ray?" Tanya mamah.
Belum sempat aku jawab pertanyaan mamah, Irin sudah menyahut duluan.
"Irin mau berangkat sama ayah mah, bawaan Irin banyak." Katanya sambil membawa banyak barang, sepertinya untuk kerajinan. Mungkin dia punya tugas membuat kerajinan dari sekolahnya.
"Raya gak bareng ayah mah, nanti Bimo jemput katanya". Jawabku setelah memperhatikan barang-barang bawaan adikku yang nampak menggunung di atas meja.
"Ooh..yasudah, sarapan dulu kalau gitu, mau bikin roti bakar?" Tanya mamah kepada kami, kedua anaknya.
"Mauuuu..." Ujar kami serempak.
"Heheheh..." mamah hanya tertawa melihat tingkah kami yang tidak pernah berubah dari kami kecil, kalau mamah sudah tanya mau bikin roti bakar? Kami selalu mengangguk antusias.
"Ayah sudah sarapan?" Tanyaku.
"Sudah tadi" kata ayah masih dengan pandangannya yang lekat pada koran yang diantar setiap pagi kerumahku.
"Ooh..."
"Nih, rotinya sudah jadi.."Ujar mamah seraya meletakkan roti bakar di piring kami masing-masing.
Kami langsung makan roti bakar buatan mamah tanpa banyak komentar, karena sudah pasti enak. Mungkin kalau di jual akan laku keras, mamah selalu ketawa setiap kali kami bilang begitu.
Drrtt...drrrtt... ada 1 pesan masuk di ponselku.
>Bimo <3 :
[Ray, sudah siap?
aku sudah dekat rumahmu]
>Aku :
[Sudah Bim, aku akan tunggu di luar]
>Bimo <3 :
[Oke]
Aku langsung menghabiskan roti bakarku yang tinggal sedikit lalu segera cium tangan pada mamah dan ayah kemudian memakai sepatuku.
"Bimo sudah sampai?" Tanya mamah
"Udah dekat katanya mah" Jawabku sambil pakai sepatu.
"Ooh..."
"Raya tunggu Bimo di luar ya mah" kataku pada mamah lalu segera pergi ke teras untuk menunggu Bimo.
Tidak sampai 5 menit kemudian, ada sebuah mobil Jeep entah jenis apa berwarna hijau army yang berhenti di depan rumahku lalu keluarlah Bimo dari dalam mobil itu dan sukses bikin aku melongo heran.
Dia mau bawa mobil ke sekolah? Serius?
Bimo lalu masuk ke pekarangan rumahku lalu berhenti tepat di depanku, pada saat itu aku masih bengong dengan kondisi mulut menganga sambil memperhatikan dia.
Dia ketawa.
"Hahahahah...hap! nanti masuk lalat." Katanya sambil mendorong pelan daguku ke atas agar aku menutup mulutku.
"Eh iya, maaf bengong." Kataku baru tersadar.
"Heheheh...gak boleh bengong pagi-pagi ntar rejekinya dipatok ayam" ucapnya bercanda.
"Iya kalik! perasaan kalau bangun kesiangan deh baru dipatok ayam hahahah.." Jawabku.
"Hahahahah...udah berubah ya?"
"Bukan berubah, emang gitu Bambank!" Kesalku padanya.
"Hahahahahha... Ayahmu belum berangkat?" Tanya Bimo setelah lihat mobil ayah masih ada di garasi.
"Belum, kamu bawa mobil ke sekolah?" Tanyaku sambil menunjuk mobil yang parkir di luar pagar.
"Enggak, aku sama mama." Jawabnya kemudian.
"Hah?! Maksudnya di dalam mobil ada mama mu? Kamu diantar mama mu?" Tanyaku gusar.
"He'emh" jawabnya sambil mengangguk.
"Udah gila kamu Bim? Kenapa ajak mama mu jemput aku?" Kataku tak tenang.
"Lah emang kenapa?"
"Ish...kalau mama kamu jadi mikir aku cewek manja nyebelin yang bikin anaknya jadi tukang ojek buat anter jemput gimana?" Ucapku dalam satu tarikan nafas.
"Dih... Gak boleh su'udzon tauk, tau dari mana mama ku mikir kayak gitu?"
"Bukan su'udzon Bimoooo....ini tuh ke-khawatiran ku terhadap first impression mama kamu ke aku, gimana sih!"
"Hahahahahah.... Gak usah mikir aneh-aneh Ray.. udah lah yuk pamit dulu, ntar kesiangan." Katanya sambil menyentil pelan keningku untuk membuyarkan pikiran-pikiran buruk di kepalaku.
"Maaaah....Bimo mau pamiiit!" Aku teriak dari teras rumah karena malas buka sepatu lagi. Hehe.
"Hush! kok teriak-teriak Ray" Omel Bimo padaku.
"Hehe...males buka sepatu" Jawabku dengan cengiran seperti orang bego.
"Ck..Dasaar..." kesalnya sambil mengacak-ngacak rambutku.
"Ish..kebiasaan deh, nyisirnya se-jam tauk!" protesku pada Bimo.
"Hahahaha..." Dia malah ketawa.
"Ooh udah dateng Bimo nya?" Mamah keluar bersama ayah dan Irin yang juga akan berangkat.
"Sudah tante, kami pamit berangkat sekolah dulu Om, Tante.." Kata Bimo sambil cium tangan pada orangtuaku, setelahnya aku ikut cium tangan.
"Oiya, hati-hati yaa..." Jawab mamah dan ayah berbarengan.
"Hati-hati mas Bim, jangan nyium aspal lagi!" canda Irin.
"Hahahaha...oke Rin!"
"Raya berangkat yaaa...
"Assalamualaikum..." Ucapku dan Bimo bersamaan.
"Waalikumsalam..."
Kami berjalan menuju mobil Bimo dengan jantungku yang mulai memacu karena gugup akan bertemu dengan mamanya Bimo, sebenarnya sudah pernah ketemu saat di pernikahan kakak sepupuku, kalau kamu ingat. Tapi waktu itu aku tidak begitu memperhatikan, lagipula saat itu hanya bertemu sebentar dan aku belum jadi pacarnya Bimo.
Bimo membukakan pintu penumpang di belakang untukku, lalu dia duduk di kursi penumpang depan bersebelahan dengan kursi pengemudi yang di tempati oleh mama nya. Jadi mobil Jeep berwarna hijau Army ini punya 4 pintu dan ku taksir ini harganya mahal. Duh! apa sih Raya! gara-gara grogi jadi ngelantur pikirannya.
Aku meremas ujung rok seragamku untuk menghilangkan gugup.
"Sudah? Ada yang ketinggalan?" Tanya mama Bimo.
"Gak ada tante"
"Gak ada ma, langsung aja" Jawab kami hampir bersamaan.
"Oke!" Balas mama nya lalu menginjak pedal gas agar mobil segera berjalan.
Baru kali ini aku bisa memperhatikan mamanya Bimo, beliau seperti yang pernah kubilang kira-kira seusia dengan mamahku, masih cantik dengan rambut pendek sebahu dan wajahnya mirip dengan Bimo terutama bibirnya. Kalau boleh ku bilang, beliau orang yang nyentrik dengan penampilan yang masih seperti anak muda, pakai celana jeans hitam dengan atasan long blouse putih selutut yang lengannya di gulung hingga bawah siku, dipadu dengan aksesori di leher yang sangat pas. Dan tidak ketinggalan pump shoes hitam dengan heels setinggi 6 cm melengkapi penampilannya. Make-upnya juga natural, tidak menor sama sekali.
"Gak dikenalin pacarmu Bim?" Ujar mamanya.
"Hehe..mau kenalan juga?" ucap Bimo iseng.
"Mau turun disini Bim?" Ancam mamanya.
"Diiiih..ngeselin, ini Raya loh ma yang pernah ketemu di nikahan anaknya tante Rosa... Inget gak?" Kata Bimo.
"Ooh...yang kamu bilang calon pacar waktu itu?"
"Iyaaa...jadi pacar beneran sekarang, ya kan Ray?" Kata Bimo sambil melihat padaku dari kaca spion tengah mobilnya.
"Hehe..iyaaa" ujarku malu.
"Raya kok mau sama Bimo sih? Dia dulu masih ngompol sampe kelas 3 SD loh" Kata mama Bimo padaku.
"Hahahaha...masa sih tante?" Kataku menanggapi, ini obrolan menarik hahah
"Iih..beneraan..bandel banget lagi, dulu pernah nyetrum kepala temannya sampe pingsan pake raket nyamuk."
"Hah?!! wkwkwkwkwk"
"Terus pernah ya, dia ngolesin tai ayam yang masih seger gitu ke dalem helm pacarnya teteh anak tetangga sebelah di Bandung dulu, itu helm nya yang full face kayak punya Bimo yang biasa dia pake, di olesin di bagian mulutnya itu Ray, alhasil pas di pake sama si Aa' itu, muntah-muntahlah langsung dia." Cerita mama Bimo yang sukses bikin aku ngakak luar biasa.
"Hahahahahahahhahahah....paraaah..." Ujarku masih dengan ketawa yang susah buat berhenti.
"Teruuus ajaaa...laporin semua ma..." Protes Bimo.
"Ini sih belum seberapaa, nanti kita ngobrol lagi Ray" Kata mama Bimo padaku, bersahabat sekali.. Aku jadi senang.
"Iya tante, Raya tunggu ceritanya tante.. Hehe" Jawabku.
Karena asik ngobrol, tidak terasa kami sudah masuk ke pekarangan sekolah, lalu kami keluar dari mobil bersamaan. Bimo membantuku turun dari mobilnya yang agak tinggi ini dan tentu saja kami seketika jadi bahan tontonan orang-orang di sekolah.
Bimo dan mamanya terlihat santai dan cuek saja dengan tatapan orang-orang, hanya aku yang jadi gelisah karenanya.
"Tante ikut masuk?" tanyaku heran setelah melihat mama Bimo ikut berjalan di sebelahku masuk ke dalam area sekolah.
"Iya, kan dapet surat panggilan kemarin. Jadi mau nemuin gurunya dulu, Kamu gak tau?" Tanya tante padaku.
"Enggak tante, Bimo gak cerita." Jawabku
"Bimo mah emang gitu."
"Bukan gak cerita, tapi belum cerita." Ujar Bimo membela diri.
"Halah, sama aja! Udah hayuk ke ruangan guru kamu itu." Kata mama Bimo
"Iyaaa...Ray aku sama mama ke pak Baroto dulu ya" pamit Bimo padaku.
"Iyaaa... Aku ke kelas ya, mari tante.. Raya ke kelas duluan."
"Iya Rayaaa..." Kata tante padaku.
Setelah itu Bimo dan mamanya berlalu menuju ruang Kesiswaan, berpisah arah denganku yang akan ke kelas.
Mama Bimo emang jempolan hehe.