- 1 bulan 29 hari sebelum asteroid jatuh -
Sudah 14 jam sejak terjadi peristiwa pembunuhan, polisi masih menyelidiki dan belum menemukan siapa dibalik dalang pembunuhan. Polisi masih mengumpulkan data dari saksi dan barang bukti berupa senjata api.
Pistol yang digunakan pembunuh merupakan jenis flintlock yang biasa ditemukan di black market. Pasar gelap itu hanya diadakan secara rahasia. Biasanya hanya orang-orang mafia dan geng yang datang ke tempat itu. Sebab senjata api tak boleh untuk diperjualbelikan di negara. Jadi banyak orang yang menjual secara diam-diam.
Beruntung sekali bahwa black market akan diadakan pada malam ini. Informasi tersebut didapat dari polisi yang bertugas mengamati gerak-gerik para mafia.
"Kemungkinan besar dimana tempatnya? " Tanya Dito dengan cepat.
" Menurut informasi berada di Center Wirram, gedung penginapan" jawabnya Rohan sembari membuang puntung rokok yang sudah dihabisnya ke asbak.
Dito menanggapi dengan wajah kaget "Hotel?"
"Tempat yang dibilang cukup aman dari aparat, walaupun tempat yang menonjol tapi para mafia berkumpul disana. "
Dito berdiri dari bangkunya "Kalau begitu aku juga akan mencari jejaknya disana"
"Tidak! Kau bukan anggota penyelidik, jadi semua kasus ini akan diurus oleh pihak kepolisian. Sebaiknya kau hanya perlu menunggu hasil investigasi kami " Jelasnya Rohan
"Aku sudah melihat ciri ciri pelaku, apa kau tak mau aku membantu kalian"
" Sudah cukup bagiku untuk informasi itu, jadi aku tak perlu bantuannya, lagipula kau mempunyai pekerjaan yang harus dilakukan bukan?"
"Heh--baiklah. Kalau begitu terimakasih untuk informasinya. Aku akan menunggu hasil investigasi"
Tak sesuai dengan ucapannya, dari pikiran Dito sebenarnya dia akan datang ke tempat black market itu. Tanpa sepengetahuan pihak penyelidik, Dito juga akan mencari tersangka.
Pria didepan Dito pun juga berdiri dari bangkunya "Tadi sewaktu bicara aku menduga kalau pelaku ada disekitar Lab, jadi aku membutuhkan seluruh data sidik jari dari Lab SAJ"
"Nanti akan kuberikan sidik jari dari seluruh orang di Lab SAJ. Jika kau butuh bantuan lagi panggil saja aku"
Dito segera beranjak pergi dari ruangan.
Ketika kakinya menuju luar ruangan dia mencoba menelepon seseorang di Lab. Seseorang yang dipercaya oleh Wadito yaitu Portch Albert. Dia adalah ilmuwan yang sudah berada di Lab SAJ sejak pertama kali dibangun. Walaupun umurnya sudah kepala lima namun dia masih semangat bekerja sebagai ahli astronomi.
"Hallo, tuan Albert. Apa kau bisa memberikan seluruh data sample sidik dari Lab?" Tanyanya Wadito melalui telepon yang menghubungkan ke pusat Lab.
Dengan tanda tanya Prof Albert menjawab "Kau Dito ya? Apa sample ini akan dikirimkan ke pihak kepolisian?"
"Iya, benar" jawabnya singkat
"Tetapi mungkin akan membutuhkan waktu yang cukup lama. Itu karena internal komputer yang menyimpan data terkena crush jadi saat ini tak bisa dikirim."
Dito terkejut mendengar ucapannya
"Haa--ini bukan sekedar kerusakan,pasti ada keterkaitan seseorang yang mengacaukannya"
"Ulah seseorang ya. Kemungkinan kau benar." Ujarnya dengan suara yang terdengar berat. "Kalau begitu setelah aku memperbaikinya akan segera ku kirimkan ke pusat penyelidikan."
~ | | | ~
24 jam setelah kematian Helga. Sejak saat itu Dito tak pernah tidur, matanya yang bercampur marah tak dapat membuatnya merasa kantuk.
Tepatnya pukul tujuh malam dia bersiap siap untuk ke tempat yang sudah dia rencanakan. Menuju hotel Wirram tempat penampungan benda ilegal.
Sesampainya di dalam hotel dia tidak menemukan orang-orang yang terlihat mencurigakan.
Dengan total 15 lantai di dalam hotel. Dito mulai mengamati satu persatu semua lantai lewat cctv. Tidak ada hal aneh di semua lantai kecuali lantai 9.
Tepat di lantai itu Dito menyadari kalau di sana hanya dipasang beberapa cctv saja. Mungkin ada ruangan yang tak diperbolehkan masuk.
Dia mulai menuju lantai 9 untuk memeriksanya.
Dan benar saja setelah dia menginjakkan kaki disana dia mendengar suara yang sangat ramai.
Setelah melangkahkan kaki di persimpangan tembok, dia melihat dua orang yang menjaga pintu yang ternyata puntu itu berada di balik belakang cctv. Wajahnya yang terlihat sangar dan berbadan besar, mereka mengenakan jas hitam seperti halnya sekelompok mafia.
Saat Dito berjalan mendekati pintu. Dia dihentikan oleh kedua penjaga itu.
"Apa tujuan mu kemari?" Ucapnya salah satu orang itu sambil menghadang dengan badannya yang besar.
"Aku ingin mendapatkan sesuatu disini"
Kedua orang itu saling menatap satu sama lain dan tak lama kemudian mereka saling mengangguk.
Mereka mempersilahkan Dito untuk masuk ke ruangan setelah menjawabnya. Mungkin dia tidak akan diizinkan masuk jika tak mengatakan seperti itu.
Pria itu mulai membuka pintu dengan kedua tangannya.
Setelah pintunya mulai terbuka, di depannya sekilas terlihat cahaya yang menyilaukan.
Ya, itu adalah keramaian orang yang berada di dalam ruangan. Matanya menyeruak sejenak melihat ke depan. Tak menyangka kalau ada ruangan yang seluas ini di lantai 9.
Dito mulai mengamati sekelilingnya saat itu, dan melihat banyak orang yang memakai jas serba hitam sedang duduk berjejer dari kanan dan kiri sampai jauh ke ujung depan.
Pandangan semua orang menuju ke panggung utama yang digunakan dalam perdagangan. Diatasnya berdiri seseorang yang tegap berdiri didepan mic podium dan sebuah meja sembari memegang buku di tangan kanannya. Dan disebelahnya pula berdiri sebuah kotak bermuatan berat.
Saat orang di atas panggung itu
berbicara dan membuka kotak besar, beberapa penonton mulai mengangkat tangannya dan mengatakan sejumlah uang.
Dari kejauhan Dito melihat isi dari kotak itu. Seketika pikiran Dito mulai menyadari kalau ini bukanlah perdagangan senjata.
"Tunggu, apakah ini..." Matanya menatap kaget.
"Perdagangan narkoba?"
Sepertinya polisi itu salah memberi informasi ketika memberitahukan kepada Dito. Ataukah memang sengaja.
Namun dari pojok kanan dan kiri beberapa orang mulai berdiri meraih sesuatu di belakang celananya dan berteriak mengintruksikan kepada semua orang yang ada di dalam ruangan. Ya, mereka adalah satuan mata-mata dari kepolisian.
Serentak para polisi yang ada diluar segera masuk ke dalam dan meringkus semua orang yang ada di ruangan termasuk juga Wadito Stalhom.