Kinan berlari menuju unit apartemen yang disebutkan oleh Zero.
Sebelum kantor mereka dikepung, Kinan sudah diminta keluar dari sana oleh Zero. Pria itu tidak ingin wanitanya sampai kenapa-napa, sebab ia tidak berada di lokasi.
Dan untuk menuju tempat di mana Zero berada, rasanya kaki Kinan semakin berat saja. Ia seolah berusahaa keras berlari agar segera sampai dan berjumpa dengan pria itu.
Tepat saat berada di depan pintu, Kinan mengatur nafas, ia sudah diberikan nomor sandi untuk membuka pintu. Ketika sudah terbuka, ia lihat Zero tengah berdiri menantinya.
Kinan menghambur ke dalam dekapan pria itu. Ia kembali menangis.
"Syukurlah kamu nggak kenapa-napa, Zer."
Zero tersenyum lebar. "Saya takkan kenapa-napa. Kita akan menua bersama. Hanya cintamu yang dapat membuat saya bisa hidup hingga saat itu tiba."
"Saat apa?"
"Saat kita menua bersama. Kan tadi sudah saya katakan."
Zero melepaskan pelukan, ia lalu membawa Kinan untuk duduk di sofa ruang tengah.
Percaya lah ini hanya sesaat. Jangan protes ya, wkwkkwkkwkw