"Lo harus move on, dan berhenti neror Irona"
Farhan termenung setelah Farhat pergi meninggalkan dirinya sebari menepuk bahunya pelan.
"Apa gue harus ikhlasin Irona?" batinnya.
Tatapan dingin Farhan menengadah. Melihat langit gelap yang sama sekali tidak ditumbuhi bintang.
Ucapan adik sekaligus saudara kembarnya terus menerus merasuki pikirannya. Farhan akui, selama ini memang Farhat yang berpikiran lebih dewasa daripada dirinya. Bahkan untuk hal sekarang pun, ia kalah. Farhan selalu saja mementingkan egonya. Apa yang ia ingini harus terpenuhi.
Farhan mendengus, "Kali ini gue nggak boleh egois. Gue harus mikirin siapa orang yang saat ini bersama Irona. Aksa. Gue nggak mau pertemanan gue sama Aksa rusak"
Hatinya sudah merasa terang benderang saat ini. Farhan pun masuk ke dalam rumah.
"Maafin gue. Sebenernya gue juga berat ngelakuin teror kayak gini"
***