Pagi itu adalah hari pertama masuk sekolah setelah pengambilan rapot. Seluruh siswa sangat senang karena akhirnya mereka bisa merasakan rasanya duduk di kelas yang tingkatannya lebih tinggi dari sebelumnya.
Suasana kelas sangatlah bising, semua murid heboh menceritakan kegiatan mereka saat liburan. Saking asyiknya mereka bercerita, sampai mereka tidak menyadari bel masuk telah berdering.
Bu Hilda wali kelas mereka pun memasuki kelas diikuti dengan seorang anak laki laki di belakangnya. Begitu melihat Ibu Hilda memasiki kelas, mereka langsung kembali ke tempat duduk masing masing.
Gaya berpakaian anak laki laki itu terkesan amatlah kuno. Kerah baju di kancing sampai atas, rambutnya di belah samping, baju seragam dimasukkan sampai atas, dan kacamata tebal pun menghiasi matanya membuat seluruh anak tertawa tertahan, kecuali Ririn.
"Silahkan perkenalkan dirimu."
Anak itu pun segera menunduk.
"H-halo, nama saya Irfan Rasya Adiputra. Senang bertemu dengan kalian."
Rio terkejut mendengar nama sepupu jauhnya disebutkan. 'Totalitas banget tuh anak.' Ia menggelengkan kepala seraya tertawa geli. Ia sama sekali tidak menyangka kalau sepupunya itu akan mengikuti semua sarannya.
"Baiklah Irfan silahkan kamu duduk di belakang sana."
"Baik Bu."
Saat ia berjalan kebelakang, ia pun tidak segaja tersandung dan jatuh. Sontak seisi kelas tertawa terbahak bahak, termasuk Rio.
'Sialan lo, Yo. Lo nyuruh gue dandan kayak gini dan gue dengan begonya malah mau aja.' gerutu Irfan dalam hati.
Ririn yang melihat itu langsung berdiri dan membantu Irfan. Begitu pandangan Irfan bertemu dengan pandangan Ririn ia pun langsung terpesona. Rio yang melihat itu pun langsung cemburu. Ia agak menyesal sekarang telah mengajak Irfan untuk sekolah di sekolahnya.
Ririn dan Irfan pun duduk dan berbagi meja yang sama. Hal itu membuat tingkat kecemburuan Rio meningkat. Tanpa Rio sadari, Tasya, Fira dan Tere tersenyum licik ke arah Ririn dan Irfan.
Selama pelajaran berlangsung, Ririn dan Irfan sangat akrab dan membuat Rio terbakar api cemburu. Melihat hal itu pun Tere tidak menyia nyiakan kesempatan langka itu.
"Mereka akrab banget ya? Iri deh gue."
Rio hanya diam karena menahan rasa marah dan benci kepada dirinya sendiri.
"Rio, lo harus hati hati sama Irfan. Kayaknya dia suka deh sama Ririn."
Mendengar ucapan Tere, Rio pun terhasut. 'Awas lo Fan, gue gak bakalan diem aja.'
***
Saat jam istirahat, tiba tiba saja Rio menarik dan mencengkram tangan Ririn d keluar kelas. Ririn pun kaget atas kelakuan kasar Rio. Pasalnya ia baru kali ini diperlakukan seperti itu oleh Rio.
Setelah mereka sampai di atap Rio pun melepaskan cengkraman tanggannya.
"Duh, kamu kenapa sih Rio, kok kamu jadi kasar begini?"
Rio menatap mata Ririn dalam, "Rin, kamu sayangkan sama aku."
"Kamu tahukan apa jawabannya."
Rio mendesah kesal. karena tidak mendapatkan jawaban. 'Gini cewek kalau lagi dateng sikap nyebelinnya.'
"Ok, jauhin Irfan. Aku bisa tau dari pandangan dia ke kamu gimana."
"Rio, kamu kok jadi posesif gini sih? Aku ga-"
Tiba tiba Rio mengunci tubuh Ririn di tembok hingga ia tidak bisa menghindar. Mendadak Ririn menjadi takut kepada Rio.
"Rin, kalau gue bilang jauhin dia ya jauhin!"
Setelah itu Rio pun pergi dari sana menimggalkan Ririn sendirian. Ia kecewa dengan kelakuan Rio barusan.
Ririn kembali ke kelas, tapi pada saat ia sedang berjalan tiba tiba saja kepalanya terasa sakit dan merasa ingin pecah. Untunglah Irfan lewat dan menangkap tubuhnya.
***
Keesokan harinya saat jam istirahat, Irfan mendapatkan sebuah note yang isinya adalah janji ketemuan di belakang sekolah. Ketika ia melihat nama pengirimnya ia pun tersenyum.
'Ririn. Ternyata dia romantis juga.'
Loker Rio yang terdapat di samping loker Irfan pun melihat sepupunya senyum senyum sendiri pun heran.
Pasalnya semenjak kepergian orangtua Irfan ke luar negri, ia tidak pernah tersenyum lagi. Rio sih senang senang saja kalau sepupunya itu ceria lagi, tapi tidak seperti ini.
"Kenapa lo? Senyam senyum sendiri? Lupa minum obat, lo?"
Mendengar suara itu Irfan langsung menyembunyikan surat itu.
"Gak, gak apa apa."
Dengan wajah ceria ia berjalan menuju kelas meninggalkan Rio dengan rasa penasarannya. 'Tuh bocah sehat kan?'
Sesampainya Irfan di kelas, ia bisa melihat Ririn yang sedang serius membaca buku Fisika. Ia pun segera menghampiri Ririn dan segera duduk ditempat duduknya seraya tersenyum ke arah Ririn.
Saat istirahat jam makan siang, Ririn dan Rio mempunyai janji makan siang bersama. Tapi Rio pergi ke kantin duluan karena Ririn sedang mengerjakan tugas yang belum selesai. Jadi, terpaksa Rio yang pergi duluan ke kantin.
Beberapa saat kemudian Ririn pun selesai dengan tugasnya dan hendak berdiri tapi ia dihentikan oleh darah yang menetes dari hidungnya.
Untungnya, melihat itupun Irfan yang duduk disebelahnya pun segera membawa Ririn keluar menuju toilet.
***