アプリをダウンロード
45.83% Cinta Satu Atap. ✔ / Chapter 11: Chapter 10.

章 11: Chapter 10.

Ririn memasuki kelas dengan perasaan yang tidak menentu. Sejak Ririn bertengkar dengan Rio, ia menjadi jauh dengan Rio. Bahkan Rio pun berpindah tempat duduk di sebelah Tere dan tidak inginberbicara sedikit pun dengan Ririn.Meskipun ia merasakan sakit hati tapi yang namanya kenyataan ya tetap kenyataan.

Sementara itu, Tasya dan Fira yang melihat itu pun tersenyum sinis. Mereka langsung berjalan menuju kantin sekolahan dan memesan dua mangkuk bubur ayam. Mereka tidak sempat sarapan karena terlalu sibuk dengan pikiran mereka yang ingin mengerjai Ririn lebih lagi.

Tiba tiba saja Fahmi datang dan duduk di samping Tasya. Fahmi tersenyum manis saat Tasya menoleh kearahnya. Melihat itu, Tasya pun berpindah tempat duduk ke sebelah Fira.

"Ngapain lo di sini?"

Fahmi hanya tersenyum memandangi Tasya.

"Gila."

"Eh, jangan gitu. Biarinlah dia gabung sama kita."

Tasya hanya dapat memutar matanya sambil komat kamit tidak jelas. Sementara itu, Tasya tidak menyadari jika sahabatnya itu tersenyum dan menganggukkan kepala ke arah Fahmi dan Fahmi pun segera bangkit dan pergi dari sana. Tasya pun merasa lega karena Fahmi telah pergi. Ia pun segera kembali ke tampat duduk awalnya.

"Gak jelas banget sih tuh orang. Ngapa coba dia nyamperin gue tapi gak ngomong apa apa. Kan ngeselin?!"

" Ooo..."

Pada saat Tasya ingin protes, tiba tiba terdengar suara gitar di ikuti orang bernyanyi dari arah belakangnya.

"Meski ku bukan yang pertama dihatimu tapi cintaku terbaik untukmu, meski ku bukan bintang dilangit, tapi cintaku yang terbaik."

'Lho, ini anak ngapain nyanyi nyanyi? Pake bawa bawa gitar lagi.'

Selesai bernyanyi Fahmi pun melepas kan gitar, lalu berlutut didekat Tasya.

" lInikan yang selama ini lo mau? Ditembak pake lagu. l"

'Dan kenapa dia bisa tau?'

"Gue tau dari Fira."

'Apa, jadi ini semua... Dasar Fira rese, gak bisa jaga rahasia!'

Sementara itu Fira hanya bisa nyengir kuda tanpa rasa bersalah sedikit pun.

"Tasya, gue cinta dan sayang sama lo. Lo mau gak jadi pacar gue?"

Tasya sempat sedikit tersentuh tapi detik berikutnya ia segera sadar dan menarik tanggannya.

"Ish, apa apaan sih lo?"

Saat hendak meninggalkan Fahmi, ia merasakan sebelah tangannya ditahan. Tasya pun menoleh ke arah tangannya yang tertahan.

"Fahmi lepasin gue."

"Gak sebelum lo jawab pertanyaan gue."

"Menurut lo?!"

Setelah itu Tasya segera melepaskan pegangan tangan Fahmi dan segera pergi dari sana dengan rasa kesal menyelimutinya.

***

Ririn berjalan keluar dari gedung sekolahan. Ia berjalan seperti orang tidak diberi makan. Padahal dirumahnya, Ibunya sudah memberikan ia makan. Melihat itu, Fahmi yang baru saja ditolak Tasya pun menghampiri Ririn.

"Tumben Kakak mau pulang bareng aku biasanya gak mau. Pasti ada apa apanya kan?"

Fahmi hanya meringis, kemudian wajahnya tiba tiba berubah menjadi mendung.

"Kakak gak apa apa? Ada yang sakit?"

"Didalam sini."

Fahmi berkata sambil memegang dadanya. Ririn terkejut bukan main. Ia menduga Kakaknya mempunyai kelainan pada jantungnya.

"Hah? Ini sih harus buru buru bilang ke Ibu. Mumpung belum terlambat."

Fahmi yang menyadari arah pembicaraan Ririn pun langsung menoyor kepalanya.

"Bukan, bego. Tadi gue habis nembak eh ditolak."

Ririn membulatkan mulutnya tanpa mengeluarkan suara dan mereka pun berjalan bersama menuju rumah.Tanpa mereka sadari ada dua pasang mata yang melihat mereka dari kejauhan.

"Lo kenal sama dia, Re? Siapa dia?"

Tere menajamkan penglihatannya dan segera membulatkan mulutnya. Tapi detik berikutnya ia langsung teringat pada tujuannya. Tere pun langsung menggelengkan kepalanya.

"Dasar cewek murahan."

Setelah berkata begitu, Rio pun pergi karena takut kehilangan kendali saat melihat Ririn bersama laki laki dan ia tidak ingin membuat masalalunya terulang kembali.

***

Sepulang dari sekolah entah mengapa Rio sama sekali tidak bisa tenang. Pikirannya tertuju kepada Ririn yang dilihatnya bersama dengan laki laki lain.

Malam hari Rio tidak dapat tidur dengan nyenyak. Ia terlalu gelisah memikirkan itu. Sampai pada akhirnya ia memutuskan untuk bertanya pada Ririn besok pagi.

Keesokan paginya, Ririn kesekolahan seperti biasanya di temani oleh Kakak dan Adiknya aeperti biasa. Sepanjang perjalanan ia hanya melamun memikirkan nasibnya yang cukup mengenaskan.

Ia terus saja berjalan, sampai ia tidak menyadari kalau dari hidungnya mengeluarkan darah. Jika saja Angga tidak berteriak dan memberitahuinya, pasti sekarang seragam sekolahnya sudah berlumuran darah.

Akhirnya ia, Angga, dan Fahmi pun segera menepi untuk menghentikan mimisan tersebut. Sedari tadi Angga terus saja memperhatikan Ririn yang sedang mengeluarkan darah dari hidungnya. Ia curiga sesuatu yang buruk telah menimpa Kakak perempuannya itu.

Setelah Ririn selesai, mereka melanjutkan perjalanan mereka. Sesampainya Ririn di sekolah, seperti biaasnya ia menuju tempat duduknya. Rio dang Tere datang bersamaan memasuki kelas. Ketika Rio melihat bahwa wajah Ririn pucat segera saja ia menghampirinya.

"Rin, lo baik baik aja?"

"Eh, Rio. Iya aku baik baik aja kok."

"Lo yakin? Muka lo pucet banget, Rin."

Tasya dan Fira yang melihat kejadian itu pun segera menghampiri mereka. Tasya langsung menggerakkan kepalanya, mengisyaratkan kepada Tere untuk membawa Rio pergi.

"Oh iya Rio, lo udah sarapan belom?"

"Gue? Belom, kenapa?"

"Makan, yuk."

Tere langsung menggandeng tangan Rio pergi menuju kantin. Ia tidak ingin Rio kembali lagi dekat dengan Ririn. Mereka meninggalkan Ririn bersama Tasya dan Fira. Setelah Rio dan Tere pergi dari tempat itu, Tasya mulai merangkul pundak Rrin.

"Gimana rasanya dibenci sama gebetan? Enak?"

Tasya pun mencengkram bahu Ririn dengan keras. Ririn pun merasa kesakitan namun ia tidak berani untuk berteriak.

"Kayanya Rio mau deket lagi sama Tere lho."

Ririn melirik ke arah Tasya yang duduk tepat di sebelahnya, "Terus urusannya sama aku apa?"

Tiba tiba Tasya mencengkram wajah Ririn menggunakan sebelah tangannya.

"Jauhin Rio atau gue bakal bikin lo lebih nyesel."

Setelah berkata seperti itu Tasya langsung menghempaskan wajah Ririn dengan kasar, membuat Ririn mau tidak mau meneteskan air matanya.

***


Load failed, please RETRY

週次パワーステータス

Rank -- 推薦 ランキング
Stone -- 推薦 チケット

バッチアンロック

目次

表示オプション

バックグラウンド

フォント

大きさ

章のコメント

レビューを書く 読み取りステータス: C11
投稿に失敗します。もう一度やり直してください
  • テキストの品質
  • アップデートの安定性
  • ストーリー展開
  • キャラクターデザイン
  • 世界の背景

合計スコア 0.0

レビューが正常に投稿されました! レビューをもっと読む
パワーストーンで投票する
Rank NO.-- パワーランキング
Stone -- 推薦チケット
不適切なコンテンツを報告する
error ヒント

不正使用を報告

段落のコメント

ログイン