Pagi harinya, Ririn pergi ke sekolah seperti biasanya. Pada saat ia memasuki ruang kelasnya, ia melihat bahwa Tere sudah pindah tempat duduk. Di dalam hatinya ia sangat sedih tapi mau atau tidak itulah kenyataannya. Melihat itu pun Rio turut bersedih. Yang biasanya Ririn adalah anak yang ceria tiba tiba menjadi pemurung karena sebuah masalah.
Rio pun segera bangkit dari duduknya dan menarik tangan Ririn menuju tempat duduknya. Ia juga meminta teman sebangkunya bertukar tempat duduk dan Rio mempersilahkan Ririn duduk sambil membungkuk penuh hormat.
'Cih... Kayak tuan putri aja. Ngapain sih Rio perlakuin Ririn kayak gitu.' sungut Tasya dalam hati sambil memutar bola matanya malas.
Selama pelajaran berlangsung, Ririn sama sekali tidak fokus. Ia merasakan tubuhnya amat lelah padahal ini masih pagi hari.
'Kok rasanya lelah banget ya? Padahal inikan masih pagi.'
Ririn pun menguap karena ia merasakan kantuk yang amat hebat. 'Tidur sebentar gak masalah kan?'
Pada saat itu, untungnya Rio melihat ke arah Ririn dan dengan segera mencegahnya niat Ririn untuk tidur. Ririn memarahi Rio tanpa suara dan Rio pun membantahnya begitu pun seterusnya. Sampai pada akhirnya bel pun berbunyi tanda bergantinya pelajaran.
Pada saat guru selanjutnnya telah
memasuki kelas, Ririn pun meminta izin ke UKS untuk beristirahat dengan alasan ia sedang sakit kepala. Guru pun memberikannya izin. Mata Rio mengikuti Ririn dari ia berdiri sampai Ririn keluar kelas.
Ia merasakan ada sesuatu yang aneh terjadi dengan Ririn. Akhirnya, bel yang ditunggu tunggu Rio berbunyi juga. Tapi ia mempunyai satu kendala ketika ia hendak keluar kelas, Fans fansnya. Setelah Rio hampir melewati fans fansnya, tiba tiba bel pun berbunyi nyaring dan sontak membuat kerumunan itu bubar.
Tidak ingin membuang kesempatan itu, maka Rio pun segera berlari menuju ruang UKS. Tanpa sengaja Tere melihat dan langsung mengikuti Rio diam diam.
Sesampainya di ruangan UKS, Rio melihat Ririn yang tertidur pulas. Dengan perlahan ia pun mendekati Ririn yang tertidur dan melihat wajahnya membuat hati Rio menjadi tenang. Ia pun menyingkirkan beberapa anak rambut yang menutupi wajah Ririn.
Tiba tiba, Rio dikagetkan dengan sebuah suara benda jatuh. Tere yang sedang mengikuti Rio tidak sengaja menjatuhkan tong sampah yang ada di dekatnya lalu secara diam diam ia langsung bersembunyi dibalik sebuah tembok korindor. Rio segera keluar dan melihat tong sampah itu tergeletak dan melihat ke kanan dan ke kiri tapi ia tidak melihat siapa pun.
Dari balik tembok dapat Tere lihat Rio yang sedang membereskan tong sampah dengan pintu yang dibiarkan terbuka sehingga Tere dapat melihat ke dalam. Dilihatnya Ririn yang sedang tidur di dalam ruangan. Semakin marahlah ia dan segera pergi dari sana.
Setelah selesai membereskan sampah tersebut Rio pun pergi ke toilet untuk mencuci tangan kemudian ia menuju ke UKS lagi.
Sesampainya ia di UKS, dilihatnya Ririn yang masih tertidur amat pulas. Karena Ririn masih tertidur, ia pun memutuskan untuk menungguinya dan duduk di sebuah bangku.
Cukup lama Rio menunggu Ririn bangun, hingga akhirnya ia pun tertidur di bangku UKS. Cukup lama Rio tertidur hingga akhirnya ia pun terbangun oleh suara bel yang berdering.
'Gue aja kebangun, masa dia enggak sih? Wah, kayaknya ada yang gak beres deh sama dia.'
"Rin, bangun Rin lo udah tidur 2 jam. Rin..."
Lalu perlahan Ririn pun membuka kedua matanya dan berusaha untuk duduk. Lalu Rio memegang kening Ririn, tapi tidak panas.
"Aduh Rio kenapa kamu bangunin aku sih? Aku masih capek tau gak."
Rio amat terkejut mendengar perkataan Ririn. Langsung saja ia menarik Ririn pergi.
"Eh, Rio kita mau kemana?"
"Lo harus ke dokter. Lo tuh sakit. Masa udah tidur selama 2 jam masih bilang capek? "
'2 jam? Sudah selama itu kah aku tertidur?' ujar Ririn terkejut, tapi ia berusaha menutupi keterkejutannya.
"Rio lebay deh. Ya wajarlah aku tidur selama itu kan aku semalelam gak tidur."
'Maaf Rio aku bohong sama kamu. Aku hanya gak mau ngerepotin kamu.'
Tiba tiba Rio teringat akan tujuannya kemari. Maka ia pun langsung to the poin kepada Ririn.
"Rin, hari sabtu besok lo ada acara gak?"
"Kenapa?"
"Gue mau ajak lo ke sebuah tempat yang lo pasti suka."
"Mm... Gimana ya Yo, aku bingung."
" Udah. Pokoknya hari sabtu jam 11. On time gue tunggu di depan sekolah ok?!"
Ririn pun tersenyum senang, ternyata ada lagi yang ingin mengajaknya pergi setelah Tere. Tanpa mereka berdua sadari ada dua orang yang menguping dari luar. Tasya dan Fira.
***
Tere pun segera kembali ke kelas dan menuju tempat duduknya dengan wajah yang cemberut. Pada saat Tere telah duduk, datang Tasya dan Fira. Karena penasaran penasaran Tasya dan Firapun segera menghampiri Tere.
'Pasti dia habis liat Ririn sama Rio lagi nih.'
"Re, kenapa lo? Kok habis dari kantin mukanya cemberut gitu. Ceria sama kita, ada apa?"
"Iya, bener tuh kata Tasya. Cerita aja sama kita."
Tere pun menatap Tasya dan Fira secara bbergantian kemudian menghela nafas lelah. Sedangkan yang ditatap hanya bisa balas mematapnya balik dengan senyuman ramah.
"Sya, Fir lo tau, tadi gue liat Rio lagi di UKS sama Ririn. Dan Rio ngajak Ririn pergi Sabtu besok."
"Apa? Wah, ini gak bisa didiemin nih."
'What? Mereka mau pergi?'
Tasya pun menarik nafasnya dan mengedipkan sebelah matanya ke arah Tere. Tere pun langsung mengerti apa yang harus dilakukannya.
"Kita harus kasih Ririn pelajaran. Ini tuh udah gak bisa didiemin lagi, Re."
"Gue setuju tuh sama ide Fira."
"Tapi gimana caranya?"
Tasya pun menjentikkan jarinya dan langsung berbisik pada dua orang temannya.
***
Tere menikirkan perkataan Tasya untuk memfitnah Ririn. Biar bagaimana pun dulu ia sempat menjadi sahabat Ririn. Ia tidak mungkin setega itu pada Ririn. Bel pulang sekolah telah berbunyi dan menyadarkan Tere. Tasya dan Fira pun langsung menghampiri tempat duduknya.
"Girls, are you ready?"
"Ready."
" ... "
Hanya Tere yang tidak menjawab. Hal itu membuat Tasya kesal dan menggebrak meja di depan Tere. Tere yang pada saat itu sedang melamun dan langsung tersadar.
"Re, kenapa? Oh gue tau, lo mendadak gak tegakan sama Ririn?"
Diam.
'Sadar Tere, sadar. Ririn tuh udah ngehianatin lo. Dan sekarang waktunya lo bales dendam.'
Tere pun bangkit dari duduknya, "Gak kok. Ayo kita balaskan dendam kita."
Tasya, Fira, dan Tere pun hendak berjalan keluar kelas untuk mencari Ririn dan Rio. Setelah lama mencari mereka pun menemukan Rio dan Ririn sedang mengobrol sembari meminum jus di kantin. Mereka pun dengan percaya diri menghampiri mereka.
"Hai, Rio boleh kita pinjem Ririnnya bentar gak?, lada yang mau kita omongin."
Rio dan Ririn mendongak untuk melihat ke arah mereka. Mata Rio menyipit curiga, ia tidak mau sampai Ririn disakiti lagi oleh mereka bertiga.
Tanpa menunggu izin dari Rio mereka langsung membawa Ririn pergi ke halaman belakang. Sesudah sampai mereka pun mendorong Ririn ke tembok. Rio yang mengikuti mereka dari belakang pun marah melihat itu. Ia ingin menghampiri mereka, tapi langkahnya terhenti ketika ia mendengar sesuatu yang menarik.
"Lo deketin Rio cuma karena hartanya doang kan? Ngaku deh lo."
Mendengar itu Rio pun menjadi geram. Ia pun menghampiri Ririn. Melihat kedatangan Rio, mereka pun terkejut. Ririn pun segera meraih tangan Rio, tapi langsung dihempaskan dengan kasar oleh Rio.
"Jadi, selama ini lo cuma incer harta gue doang?"
Ririn hanya sanggup tertunduk dan menangis.
"Gue kecewa sama lo, Rin. Gue kira lo tuh beda. Ternyata gue salah."
"Rio dengerin penjelasan aku dulu."
"Gak ada yang perlu dijelasin, semua udah jelas. Mulai sekarang lo jauh jauh dari gue."
Rio mendorong Ririn sampai ia terjatuh ke belakang. Setelah Rio sudah tidak terlihat, Tasya dan Fira tertawa hanya Tere yang tidak. Ia menyesali perbuatannya. Tapi nasi telah menjadi bubur, ia hanya bisa berdoa Ririn akan memaafkannya suatu saat nanti.
***