Malam pun tiba, Kenan sedang mencari keberadaan Qia. Ia sudah menelphone Qia, tetapi tidak sekali pun Qia mengangkat telpohonenya. Rasa marahnya tadi membuatnya tidak mempedulikan Qia yang pergi. Apa lagi ia tahu, Qia yang marah atas perkataannya. Ia pasti membutuhkan waktu sendiri.
"Arrgh! Sial!" kesal Kenan mencengkram kuat stir mobilnya. Ia kini menepikan mobilnya dipinggir jalan.
"Kenapa harus begini, sih!" makinya kesal. "Setiap kali ada pria yang mendekat aku tidak bisa mengontrol emosiku!" kesal Kenan kemudian menarik rambutnya kuat.
Kini Kenan menyentuhkan dahinya di stir mobilnya. "kamu kemana sih, Ta?" tanyanya dengan matanya yang terpejam.
Tadi ia sempat pulang tetapi tidak lama ia keluar dan mencari Qia hingga malam sudah tiba. Ia takut Qia kenapa-kenapa. Apalagi tadi Qia sempat ketakutan saat di mobil. Kenan membentur-benturkan kepalanya di stir mobil karena kebodohannya. Ia juga merutuki kebodohannya karena tidak memasang gps di handphone Qia.