"Kenapa, sih, pak?" tanya Qia kesal sambil menekan jarinya yang terluka ke pahanya supaya darahnya berhenti.
"Kenapa di lepas perban kamu?" tanya Kenan dengan raut wajah marahnya.
"Kayak lemper, Pak. Lagian ...."
"Pakai perban kamu, atau kamu tidak saya terima bekerja lagi di perusahaan saya!" tegas Kenan. Membuat Qia harus menghirup napasnya dalam-dalam untuk menurunkan emosinya yang berada di ubun-ubun.
Ada apa dengan Kenan sebenarnya, kenapa sikapnya begitu berlebihan sekali. Otaknya benar-benar tidak habis pikir dengan Kenan. Kenan memang orang yang perhatian walau sikapnya dingin, tapi ia masih memiliki logika yang berjalan dengan baik. Ia membuka matanya kemudian menatap Kenan kembali. "Pak, luka saya ini luka ..."
"Sst!" ucap Kenan memotong ucapan Qia sambil meletakkan jari telunjuknya di depan bibirnya sendiri.