アプリをダウンロード
4.83% Menikah dengan Mantan / Chapter 13: Bab 13

章 13: Bab 13

Pukul sepuluh pagi bel istirahat pertama terdengar. Dengan langkah tergesa Nathan pergi ke kantin hingga ia tidak mempedulikan teriakan teman-temannyan yang mengajaknya pergi bersama. Sampai di kantin, dengan wajah marahnya ia menghampiri Tiara yang sedang cekaka-cekiki dengan teman-temannya.

"Na ... Nathan," ucap Tiara tergagap saat Nathan tiba-tiba menghampirinya dan mengebrak meja tempat ia dan teman-temannya berada.

"Iya, gua!" jawabnya dengan tatapan marah. Teman-teman Nathan sudah berdiri di depan pintu kantin. Mereka diam di sana tanpa mendekat, aura Nathan sedang tidak bersahabat saat ini.

"Apa maksud lo tampar adik gua tadi pagi, hah!" marahnya menatap Tiara.

"A ... adik?" tanya Tiara tergagap.

"Denger semua yang ada di kantin ini, Ananta Putri Sidqia kelas sepuluh itu adik gua Nathan Putra Mahakam. Gua peringatin ke kalian semua, jangan ada yang berani ganggu adik gua! atau gua enggak segan-segan lapor ke guru!" tegasnya menatap ke seluruh orang.

Ia kembali menatap ke arah Tiara, "Untungnya lo perempuan dan gua masih punya otak yang enggak akan mukul perempuan. Kalau enggak, muka lo udah gua buat bonyok karena ngusik adik gua!" marahnya setelah itu ia memilih pergi dari sana.

Tiara dan teman-temannya hanya mampu terdiam, mereka begitu terkejut karena ternyata gadis yang mereka datangi adiknya Nathan. Mereka juga terdiam karena baru kali ini Nathan begitu marah pada seorang wanita.

Kenan yang sedang menunggu pesanannya hanya diam mendengar sambil menatap bukunya. Suara bisik-bisik terdengar melihat Nathan yang baru saja marah, selama ini Nathan tidak pernah marah kecuali dengan teman yang mengganggunya. Pesanan Kenan sudah datang ia memilih melahap makanannya tanpa peduli bisik-bisik tetangga yang mengusik telinganya.

Hari berlalu, Kenan yang baru saja memarkirkan mobilnya melihat Tata yang baru saja turun dari motor Kakaknya. Ia bisa melihat wajah cemberut Tata yang membuatnya tanpa sadar menyunggingkan senyumannya. Menurutnya wajah Tata lucu saat sedang cemberut. Ia terkekeh pelan saat melihat tas Tata di tarik oleh Nathan seperti kucing.

Tiba-tiba ia berhenti terkekeh, "ada apa denganku?" tanyanya entah pada siapa.

"Gadis rendahan! kenapa aku bisa tertawa karenanya?" tanyanya yang menatap ke arah Tata yang masih merajuk pada Nathan.

Kenan pun mengambil tas di jok sebelahnya kemudian ia turun dari mobilnya. Dengan kasar ia menutup pintunya, hingga beberapa anak yang lewat, Tata dan Nathan terkejut kemudian menoleh ke sumber suara.

Tata terdiam dan menatap Kenan dengan mata berbinar-binar sedangkam Nathan hanya menatap malas. Ia kini melihat adiknya yang masih menatap Kenan penuh damba. "Wah, sawan, nih anak," ucapnya malas. Tanpa basa basi ia menarik pungung tas ransel sang adik supaya adiknya itu ikut berjalan.

"Kak! gua bukan kucing!" teriaknya kesal.

"Makanya, buruan jalan!" ketus Nathan. Sambil menghentakkan kakinya ia berjalan terlebih dahulu. Nathan hanya terkekeh pelan, ia paling suka melihat wajah adiknya seperti itu. Tapi, hanya boleh dirinya yang membuat wajah adiknya seperti itu, tidak boleh yang lain karena marah adiknya adalah marahnya juga. Akan dia lakukan apapun itu untuk adiknya.

Sampai di dalam kelas, Kenan langsung duduk sambil mengambil earpod kemudian kembali membaca bukunya. Buku yang selalu Kenan baca adalah buku novel berbahasa Jerman karena dia akan kuliah di Jerman. Tiba-tiba seorang menarik kursi dan duduk di sebelah mejanya.

Orang itu mengulurkan tangannya membuat Kenan kini menatapnya. "Gua Nathan anak XII IPS, lo Kenan, kan?" tanyanya seraya tersenyum ramah.

Kenan menatap tangan Nathan kemudian wajahnya. "Tenang, tangan gua higienist, enggak akan nularin penyakit," ucap Nathan masih tersenyum dan tangannya terulur ke depan Kenan.

"Iya, gua Kenan," jawabnya tanpa menjabat tangan Nathan kemudian ia kembali membaca bukunya.

"Wah, gila, seh! gua di cuekin!" ucap Nathan menatap takjub Kenan kemudian ia menurunkan tangannya dan berdiri dari duduknya. Ia mengembalikan kursi ke tempatnya semula kemudian ia menarik tangan Kenan dan menjabat tangannya.

"Gua Nathan Putra Mahakam, gua harap kita bisa berteman baik. Karena orang yang buat adek gua tersenyum dan baik sama dia berarti dia temen gua," ucapnya seraya tersenyum. Kenan terdiam menatap Nathan yang tersenyum begitu tulus. Dia sudah bersikap dingin, tapi bisa-bisanya lelaki di hadapannya masih tersenyum padanya.

Hari itu awal dari sebuah perteman yang terjalin antara Nathan dan Kenan, lelaki dingin yang selalu menyendiri selama sekolah walau pun ia sering mendapat penghargaan karena lomba akademik yang selalu ia ikuti. Nathan menjadi sahabat pertamannya selama ia duduk di bangku sekolah.

Kenan berangkat seperti biasa dan ia lagi dan lagi mendapatkan hadiah coklat. Tapi ada satu yang berbeda hari ini, ia mendapatkan bekal nasi goreng yang di taruh di wadah sekali pakai dan di sana tertulis. "Jangan lupa sarapannya, kak. Semoga suka, ya." Tulisannya begitu indah ia pun membuka kotak nasi itu. Aroma nasi goreng itu begitu wangi hingga membuat perutnya tiba-tiba saja berbunyi.

"Makan, gak, ya?" tanyanya entah pada siapa. "Tapi, nanti dia ke ge-eran," monolognya. "Ah, bodo amat!"

Kenan berdiri sambil membawa tumpukan buku yang terselip kotak nasi goreng. Masih ada waktu lima belas menit lagi untuk dia sarapan. Ia memilih ke belakang sekolah yang jarang di kunjungi siswa-siswi saat pagi hari.

Ia mulai menyantapnya menikmati rasa nasi goreng yang pas di lidahnya. Selesai di suapan terakhir ia memasukkan kotak nasi ke dalam tong sampah yang tidak jauh dari kursi tempatnya duduk. Saat berbalik ia di kejutkan dengan Nathan yang tersenyum misterius menurutnya. "Ngapa?" tanya Kenan yang kembali duduk di kursinya dengan nada datar.

"Minum, biar gak seret," ucap Nathan sambil melempar botol air mineral ke arahnya. Dengan sigap Kenan pun menangkapnnya.

Kenan membuka segelnya dan meminum air mineralnya. "Enak, gak, nasi gorengnya?" tanya Nathan yang sudah duduk di sebelah Kenan.

"Lo yang masak?" tanya Kenan to the point. Otaknya yang cerdas langsung berpikir bagaimana Nathan mengetahui bahwa dirinya baru selesai makan nasi goreng dan ya, kemungkinan besar Nathan yang memberinya bekal nasi goreng karena Nathan tahu bahwa dirinya tidak pernah sarapan pagi.

"Wis, gesit amat, Pak?" ucap Nathan seraya terkekeh.

Kenan memutar malas bola matanya, ia bangkit dari duduknya setelah menegak setengah botol dari air mineralnya. "Thank's," ucapnya sebelum melangkah pergi.

"Kalau mau bilang makasih sama makanannya, bilang ke adek gua!" teriak Nathan karena Kenan sudah lumayan jauh darinya. Kenan terus berjalan tanpa berkata apa-apa untuk membalas perkataan Nathan.

"Gadis itu lagi, kenapa gua harus berurusan denganya!" gerutunya kesal saat ia terus berjalan untuk menuju kelasnya.

Setiap hari Tata selalu mendekati Kenan dari duduk diam di belakang sekolah menemani Kenan yang membaca buku sambil mendengarkan earpod sampai membawakan makanan atau cemilan untuk Kenan.

Seperti hari ini, di sekolahnya sedang ada pertandingan basket yang setiap tahunnya di adakan sebagai pertandingan persahabatan antar SMA dan moment ini pun menjadi moment terkahir Nathan sebagai ketua tim basket karena ia sudah kelas tiga yang harus lebih fokus untuk persiapan kelulusan. Di saat semua orang sedang menonton pertandingan basket, Tata malah memilih menemani Kenan yang membaca bukunya di belakang sekolah tepatnya di bawah pohon yang di bawahnya terdapat kursi taman yang terbuat dari semen.

"Kak, Ken," panggil Tata yang sedang duduk sambil menatap lurus ke depan. Kenan diam tidak menjawab panggilannya. "Tahu gak, Kak?" tanya Tata yang tetap berbicara walau Kenan tidak menjawabnya.

"Gak tahu," jawab Kenan dalam hati dengan bola mata malas mendengar suara celotehan Tata.

"Saat awal aku ketemu Kak Ken di sini, walau Kak Ken jutek entah kenapa aku suka sikap Kakak," ucapnya seraya tersenyum. Kenan masih bertahan di posisinya yang membaca walau otaknya sudah berpikir apa yang akan di lakukan Tata. Kalimat-kalimat pujian dan wajahnya yang tersenyum tanpa beban.

"Jangan suka sama gua!" tegas Kenan yang menyadari maksud dari perkataan Tata kemudian ia langsung berdiri dari duduknya membuat Tata terdiam menatap punggung Kenan yang sudah menjauh. Tata menyunggingkan senyumannya begitu lebar hingga senyumannya mungkin bisa membuat bibirnya sobek.

"Hore, Kak,Ken suka sama aku!" teriaknya heboh dan langsung berdiri dari duduknya.

Tata benar-benar gadis aneh, jelas-jelas Kenan memperingatinya untuk tidak menyukainya tapi, kenapa dia berpikir bahwa Kenan menyukainya. Hari itu menjadi hari spesial untuk Tata, dia merasa itu peluang untuknya menjadi dekat dengan Kenan. Karena banginya perkataan Kenan itu sebuah lampu hijau, "Jangan suka sama gua," yang memiliki arti bahwa ia minta di perjuangkan.

Orang seperti itu karena ia merasa dirinya tidak sempurna, itu sebabnya ia mengatakan hal seperti itu. Itulah persepsi yang Tata fikirkan, karena dirinya pernah ada di fase seperti itu. Dimana dirinya bersikap seperti apa yang di lakukan Kenan padanya, padahal maksud dia mengatakan hal itu untuk meyakinkan dirinya bahwa lelaki yang menyukainya itu mau bertahan dan berjuang untuk mendapatkannya. Wanita itu ingin pembuktian cinta bukan hanya sekedar kata tapi di buktikan secara nyata.


Load failed, please RETRY

ギフト

ギフト -- 贈り物 が届きました

    週次パワーステータス

    Rank -- 推薦 ランキング
    Stone -- 推薦 チケット

    バッチアンロック

    目次

    表示オプション

    バックグラウンド

    フォント

    大きさ

    章のコメント

    レビューを書く 読み取りステータス: C13
    投稿に失敗します。もう一度やり直してください
    • テキストの品質
    • アップデートの安定性
    • ストーリー展開
    • キャラクターデザイン
    • 世界の背景

    合計スコア 0.0

    レビューが正常に投稿されました! レビューをもっと読む
    パワーストーンで投票する
    Rank NO.-- パワーランキング
    Stone -- 推薦チケット
    不適切なコンテンツを報告する
    error ヒント

    不正使用を報告

    段落のコメント

    ログイン