アプリをダウンロード
55% D'RADIZZA / Chapter 11: eleven√Kekecewaan Sean

章 11: eleven√Kekecewaan Sean

Flasback on

"Pergi kamu dari rumah papah." Usir Arnold- papah sea.

"Ini juga rumah saya, berhak apa atas rumah saya." Jawab Sean masih dalam kondisi stabil.

"Berani kamu anak pungut. Kamu itu cuma menyusahkan hidup saya. Kamu cuma anak pembawa sial." Ucap Arnold penuh penekanan.

"Jika saya tidak pernah Anda harapkan di dunia ini. Mengapa Anda membuat saya lahir di dunia ini." Tanya Sean kecewa. " Mengapa...? Saya bahkan tidak pernah meminta pada Anda sekali pun untuk melahirkan saya di dunia ini." lanjut Sean dengan nada sangat kecewa pada laki-laki di depannya.

Suara lecutan gesper terdengar hingga menggelegar satu ruangan. Arnold melecutkan gesper itu di puncak punggung Sean.

Panas, itulah yang Sean rasakan pertama kali. Ia menahan semua rasa sakitnya pada punggungnya. Ia tak rela jika harus membuang air matanya hanya untuk mengemis ampun pada papanya.

Tak berselang lama suara keras pukulan mendarat di pipi sebelah kiri Sean. Ia hanya diam tak membalas perbuatan papanya. Ia mematung, bagaimana bisa seorang ayah memperlakukannya seperti itu.

Flasback off

Masa lalu itu selalu terngiang-ngiang di kepala Sean. Ia tak bisa melupakan kejadiannya 5 tahun lalu. Ia sungguh tak percaya menatap papanya seperti itu. Seorang papa yang harusnya melindungi, memberi kasih sayang, dan kehangatan, namun tak melakukannya sedikit pun.

Pikiran Sean kacau saat ini. Ia pusing, mengapa harus dia yang mengalami hal seperti ini. Ia tak pernah percaya bahwa tak ada yang membelanya waktu itu. Bahkan ibu yang ia banggakan selama ini hanya diam dan tertawa miring pada saat kejadian itu.

Sungguh ironis hidupnya, tak ada warna sedikitpun pada kehidupan di masa lalunya. Ia hanya bisa berharap pada masa depan yang mungkin akan membawa hidupnya penuh dengan warna.

***********

Matahari pagi seakan-akan menusuk manik mata milik Sean. Ia membuka kedua bola matanya menunjukan pandangannya pada sebuah kotak dimana mamanya memberikannya pada waktu hari ulang tahunnya.

"Kamu adalah jagoan kecil yang mama banggakan." Tulisan kecil dibalik foto tersebut.

"Munafik.." Teriak Sean dengan membanting foto tersebut.

"Jika memang saya jagoan Anda mengapa Anda membuang saya begitu saja, seolah-olah saya hanyalah sampah kecil yang sudah tak lagi dipakai." Tanya Sean dengan menatap puing-puing pecahan bingkai foto tersebut.

Tak terasa air mata milik Sean jatuh tepat di kedua sisi pipinya. Ia mengelap air mata tersebut dengan satu jarinya. Kecewa, satu kata yang menggambarkan sosok Sean saat ini.

"Se, mbok bawakan susu buat sean". Ucap Mbok Jum lembut.

Mbok Jum terperangah melihat darah segar mengalir pada telapak tangan Sean. Ia terkejut juga melihat bingkai foto yang telah hancur berkeping-keping.

"Sean nggak haus Mbok, makasih." Tolak Sean halus.

Mengerti dengan keadaan yang ada, Mbok Jum segera menutup pintu kamar milik Sean. Mbok Jum membiarkan Sean untuk sendiri sementara waktu. Ia tahu apa yang terjadi pada masa lalu Sean. Ia selalu berharap pada Tuhan untuk mengubah hidup sean menjadi lebih baik.

Dalam kamarnya ia menangis mengingat kejadian yang ia alami selama ini. Ia selalu bertanya pada Tuhan,"mengapa harus dia, mengapa Tuhan tidak adil padanya". Pertanyaan yang sungguh Sean pikirkan setiap saat.

***********

Sebuah bilik pintu terbuka menampilkan sosok laki-laki paruh baya. Sean menatapnya dengan penuh amarah, entah apa yang dipikirkan oleh laki-laki tersebut.

"Anda kenapa datang ke rumah saya, ada kepentingan apa anda kesini?" Tanya Sean sinis sembari memasukan kedua tangan kedalam sakunya.

"Dasar anak pungut, orang tua kesini bukannya di hormati." Amarah Arnold semakin menjadi-jadi.

"Terserah anda saya tidak peduli, toh saya juga sudah tidak punya kedua orang tua." Sentak Sean pada arnold.

Hilang kesabaran Arnold pada saat itu, satu tamparan kerasa mendarat di pipi sebelah kanan Sean.

Panas, satu kata yang menggambarkan rasa yang Sean hadapi. Amarah Sean Semakin meninggi ia tak tau apa maksud kedatangan Arnold kerumahnya.

"Apakah Anda kesini hanya untuk menampar pipi saya?" Tanya Sean sembari menatap tajam wajah papanya itu. "Jika tugas Anda menampar saya sudah selesai, lebih baik Anda keluar sekarang dari rumah saya." Usir Sean murka.

" Dasar anak tidak tau diuntung, kamu bisa membeli rumah ini juga karena yang saya jangan lupa itu."

Sean berdecih. " Uang Anda, uang apa yang Anda masuk, sepeser pun saya tidak pernah meminta uang pada Anda. Atau mungkin Anda lupa jika uang anda, Anda berikan pada perempuan pelacur itu."

Satu tamparan berhasil mendarat kembali di pipi sebelah kiri Sean. Dia hanya menatap murak wajah papanya itu.

"SEKARANG KELUAR DARI RUMAH SAYA, SAYA TIDAK SUDI RUMAH SAYA DIINJAK PENGHIANAT SEPERTI ANDA." Sean Semakin muak Dengan kelakuan papanya itu.

Tanpa kata kata Arnold segera keluar dari rumah Sean, ia juga tak Sudi jika harus menginjakkan kakinya di rumah anak yang tidak tau diuntung.


Load failed, please RETRY

週次パワーステータス

Rank -- 推薦 ランキング
Stone -- 推薦 チケット

バッチアンロック

目次

表示オプション

バックグラウンド

フォント

大きさ

章のコメント

レビューを書く 読み取りステータス: C11
投稿に失敗します。もう一度やり直してください
  • テキストの品質
  • アップデートの安定性
  • ストーリー展開
  • キャラクターデザイン
  • 世界の背景

合計スコア 0.0

レビューが正常に投稿されました! レビューをもっと読む
パワーストーンで投票する
Rank NO.-- パワーランキング
Stone -- 推薦チケット
不適切なコンテンツを報告する
error ヒント

不正使用を報告

段落のコメント

ログイン