アプリをダウンロード
3.57% Love in the Room / Chapter 15: perusak mood

章 15: perusak mood

"Kenapa kamu terlihat sangat khawatir dengan keadaan Luna?" tanya Viona menatap heran pada suaminya yang tampak gelisah melihat kebersamaan Ethan dengan Luna.

"Tidak terlalu. Aku hanya kasian melihatnya," jawab Edward tanpa menatap istrinya.

Viona mengernyitkan dahinya,"Kenapa kasian, dia terlihat nyaman bersama suaminya?"

"Ya dia kan sedang hamil besar, kasian jika terlalu lama jalan-jalan, dia terbiasa dengan tubuh yang langsing," jawab Edward sembari memperhatikan Luna yang sedang asik berfoto dengan Ethan dari kejauhan. Alexa yang datang agak terlambat, akhirnya menjadi fotografer dadakan untuk Luna dan Ethan.

"Apa jika aku hamil, kamu akan kasian dan perhatian padaku?" tanya Viona lagi. Dia seperti wartawan dadakan hari ini, padahal biasanya bersikap acuh dan lebih fokus memikirkan pekerjaan.

Edward menggigit bibir bagian bawahnya, lalu menatap Viona yang mendadak berandai-andai masalah hamil. "Apa kamu ingin segera punya anak juga?" tanyanya kemudian.

"Eh. Aku tidak tau. Tapi melihat mereka akan punya anak, aku juga merasa tidak ada salahnya kita memulai program anak," jawab Viona sembari tersenyum pada Edward. Dia membayangkan membina keluarga kecil bersama Edward, tentu dengan malaikat kecil di antara mereka.

Edward menghela napasnya. Tentu dia tidak ingin memiliki anak dari Viona, bahkan dia sudah merencanakan untuk menceraikan Viona setelah bisa lepas dari bantuan perusahaan ayah Viona.

Viona memperhatikan gelagat Edward seperti tidak suka dia membicarakan soal anak, "kenapa, apa kamu tidak mau mempunyai anak denganku?" tanya Viona sembari memicingkan matanya pada Edward.

"Bukan begitu. Aku hanya belum siap. Kamu juga masih sibuk membantu mengurus perusahaan ayahmu, kan?" jawab Edward dengan nada sendu. Dia tidak menjaga perasaan Viona yang sejak tadi memperhatikan gelagatnya yang lebih fokus pada Luna.

"Bilang saja kamu tidak mau Aku sadar memang kamu tidak mencintaiku," sindir Viona lalu melangkah menjauh dari Edward. Dia kecewa, selama ini sudah sabar dan mencoba membuat Edward mencintainya, ikut kemanapun Edward pergi, meski dia tidak ingin pergi.

Edward menghela napasnya melihat Viona pergi begitu saja,"Kenapa jadi marah sih. Viona, kamu mau kemana?" tanya Edward sembari mengikuti Viona.

"Aku mau pulang saja," jawab Viona yang masih terus berjalan.

"Kan kita belum lama disini. Tolong jangan marah hanya karena masalah sepele," seru Edward lalu menarik Viona hingga istrinya itu menghentikan langkahnya.

Viona menatap malas Edward yang sok mengejarnya, "Apa gunanya disini? Sejak tadi kamu memperhatikan mereka, ada apa, apa kamu iri melihat mereka yang mesra? Jika iya, kenapa tidak begitu denganku? Aku ini istrimu, setidaknya meski kamu belum mencintaiku, hargai aku!" Viona mengungkapkan perasaan nya.

"Iya aku tau aku salah. Maafkan aku, aku akan terus belajar mencintaimu," bujuk Edward lalu memeluk Viona. Jika tidak segera dibujuk, istrinya itu pasti akan mengadu pada ayahnya lalu ayahnya pasti akan mengacam menghancurkan perusahaan Edward. Dia sudah terlanjur memakai dana banyak dari perusahaan mertuanya.

__

Dari kejauhan, Ethan bersama Alexa sedang melihat hasil foto-foto mereka barusan, sedangkan Luna melihat Edward tengah memeluk Viona.

'katamu kamu tidak cinta mencintainya,' batin Luna sembari tersenyum kecut menatap Edward dengan segala kemunafikkan nya.

"Dia sangat cantik." Ethan menunjukkan hasil foto pada Alexa, sedangkan Luna masih memperhatikan Edward memeluk Viona.

"Luna," panggil Alexa seraya menepuk pundak Luna yang sedang melamun menatap mantan kekasihnya bersama istrinya.

"Eh. iya, kenapa?" tanya Luna ketika menyadari Alexa memanggilnya.

"Fotonya bagus," singkat Ethan sembari menunjukkan foto di ponselnya. Luna segera melihat hasil foto itu. Terlihat Ethan memeluknya dari belakang sembari memegang perut besarnya.

"Aku terlihat bulat," gumam Luna sembari mengerutkan dahinya, dia membayangkan tubuhnya yang dulu masih langsing.

"iya, kamu harus mencetaknya lalu memajangnya di kamarmu,atau ruang tamu," timpal Alexa.

"Jelek, aku seperti mengandung berusia tujuh bulan," balas Luna. Bisa-bisanya Alexa malah memberi saran untuk memajang fotonya yang sedang gendut itu.

"Suatu hari kamu akan merindukan perut besarmu itu. Hamil terjadi hanya beberapa tahun sekali, tidak semua juga bisa hamil, terkadang ada yang tidak bisa hamil, kasian kan, kita harus bersyukur," ucap Alexa, kali ini pendapatnya benar.

Luna mengangguk paham dan setuju. "Tapi aku mau hamil sekali ini saja, lagian sekali keluar kan dua. Dua anak sudah ideal untuk sebuah keluarga," balas Luna.

"Mereka tampak mesra," gumam Ethan. Alexa dan Luna langsung menoleh melihat objek yang dipandang Ethan.

"Tentu saja, mungkin mereka saling cinta," ucap Luna sembari memperhatikan Edward dan Viona yang sudah tidak berpelukan, bahkan mereka berdua berjalan menghampirinya.

"Apa kamu tidak ingin kita seperti itu?" Tanya Ethan spontan, dia ingin mengetahui bagaimana perasaan Luna padanya.

"Aku tidak tau," jawab Luna lirih, namun tedengar sendu lalu memalingkan wajahnya.

Ethan menghela napasnya menyadari ini bukan saat yang tepat menanyakan soal cinta, apalagi Luna terlihat lelah dan lesu, hanya di foto saja dia tersenyum, itupun terlihat kaku.

'Memangnya mereka tidak saling cinta?' batin Alexa bertanya-tanya. Karena dia tidak tahu awal mulanya mereka bisa menikah.

"Sudah selesai foto-fotonya?" tanya Viona dengan wajah cerianya. Tidak butuh waktu lama atau rayuan maut, dengan di peluk saja, Viona sudah kembali ceria, tidak bad mood atau marah lagi pada Edward.

"Sudah, sepertinya aku harus pulang sekarang," jawab Ethan, sedangkan Luna hanya diam enggan melihat Edward dan Viona. Alexa menatap malas dua pasangan itu.

"yah. padahal aku ingin mengajak kalian jalan-jalan lebih lama lagi," ucap Viona terdengar kecewa.

"Biarkan mereka pulang. Luna kelihatannya juga lelah," timpal Edward sembari melirik Luna.

"Iya, aku tidak bisa ikut kalian jalan-jalan, aku butuh istirahat," ucap Luna sembari mengandeng tangan Ethan.

"Aku juga mau pulang," timpal Alexa, dia tidak ingin menjadi penonton kebersamaan Edward dengan Viona.

"Yah. padahal aku ingin kamu memotret kami berdua," ucap Viona dengan mengerucutkan bibirnya. Ih sejak kapan dia jadi manja begitu. Edward tidak peduli, pandangannya tetap pada Luna yang merangkul lengan Ethan.

"Kalian pikir aku fotografer," sahut Alexa sinis, lalu berjalan terlebih dahulu kearah parkir. Tampaknya kehadiran Viona merusak moodnya juga.

"Kenapa dia selalu sewot denganku, apa salahku?" Viona berdecak kesal sembari menatap punggung Alexa yang semakin menjauh.

"Biarkan saja, nanti kita foto sendiri," bujuk Edward. Dia juga malas jika Viona terus cemberut. Bisa semakin membuatnya tidak betah.

"Ayo pulang, aku ingin segera rebahan," ajak Luna, sesekali dia melirik Edward yang juga meliriknya.

"Kami pulang dulu," pamit Ethan lalu menuntun Luna ke parkir yang tidak terlalu jauh.

Viona memperhatikan Edward yang lagi-lagi terus menatap adiknya dengan Luna 'Aku semakin curiga. Edward seperti orang cemburu, apa mungkin alasan dia belum ingin punya anak denganku karena...' batin Viona masih menduga-duga, menatap kecewa Edward yang terlalu menunjukkan perhatian pada Luna.


Load failed, please RETRY

ギフト

ギフト -- 贈り物 が届きました

    週次パワーステータス

    Rank -- 推薦 ランキング
    Stone -- 推薦 チケット

    バッチアンロック

    目次

    表示オプション

    バックグラウンド

    フォント

    大きさ

    章のコメント

    レビューを書く 読み取りステータス: C15
    投稿に失敗します。もう一度やり直してください
    • テキストの品質
    • アップデートの安定性
    • ストーリー展開
    • キャラクターデザイン
    • 世界の背景

    合計スコア 0.0

    レビューが正常に投稿されました! レビューをもっと読む
    パワーストーンで投票する
    Rank NO.-- パワーランキング
    Stone -- 推薦チケット
    不適切なコンテンツを報告する
    error ヒント

    不正使用を報告

    段落のコメント

    ログイン