Sejak pertemuannya itu membuat Ametsa tidak bisa berhenti memikirkan pria tampan yang tak pernah ia hubungi membuat seseorang yang berada di sampingnya saat ini berdecak kesal lalu memutar kedua bola matanya malas karena dirinya yang merasa tidak dianggap ada oleh seorang gadis yang berada di hadapannya saat itu.
Ametsa terus saja tersenyum menatap sebuah kartu nama yang sedari tadi tidak pernah ia lepaskan barang sedetik pun membuat dirinya menjadi terlihat seperti orang tidak waras saja. Gadis itu bahkan memeluknya seakan-akan kertas tersebut adalah pria tampan yang baru saja ditemuinya beberapa saat yang lalu.
"Ametsa," panggil Daniel dengan kedua tangan yang melipat di dada. Sedangkan gadis tersebut yang mendengarnya pun langsung mengalihkan perhatiannya dari kartu nama itu ke arah seseorang yang berada di hadapannya saat ini, lalu berkata, "Oh, maafkan aku, Daniel. Ada apa kamu memanggilku, hm?"
Melihatnya saja benar-benar membuat laki-laki itu malas sehingga kini Daniel pun menghela nafas dan memandang seseorang yang berada di hadapannya saat ini dengan wajah datarnya itu.
"Apa kamu benar-benar menyukai pria itu?" tanyanya dengan kedua mata yang memincing.
"Entahlah, aku hanya merasa bahwa dialah pria yang tepat untukku," jawab Ametsa yang kini kembali memandang kartu nama pemberian dari pria tersebut yang baru saja beberapa saat yang lalu bertemu. "Daniel, bagaimana menurutmu?"
Laki-laki tersebut yang sedari tadi sedang meminum minumannya itu pun langsung tersentak karena terkejut mendengar seseorang yang berada di hadapannya saat ini baru saja mengajaknya berbicara.
"Maaf, tadi kamu bilang apa?" tanya Daniel dengan kedua alis yang terangkat. "Aku tidak mendengarmu karena sedang melihat keluar."
Mendengar hal itu membuat Ametsa langsung menghela nafas berat dengan kedua tangan yang melipat di dada serta wajah yang ditekuk. "Aku meragukanmu," ujarnya.
Daniel yang sedari tadi sedang bersandar dikursi pun langsung merubah posisinya menjadi tegak dikarenakan perkataan yang baru saja dilontarkan oleh seseorang yang berada di hadapannya saat ini.
"M-maksudmu? Kamu meragukanku karena apa?" tanyanya dengan kedua alis yang terangkat. "Apa aku membuatmu kesulitan? Ah, maafkan aku, Ametsa. Aku ... benar-benar minta maaf padamu."
Gadis tersebut langsung menggelengkan kepala dengan kedua mata yang memandangnyap penuh intimidasi sehingga membuat Daniel yang melihatnya pun meneguk ludahnya seketika. Kini perasaannya mendadak tidak tenang dikarenakan Ametsa yang sepertinya sedang marah terhadanpnya.
"Ametsa," lanjutnya lagi. Sedangkan gadis itu yang mendengarnya langsung menghela nafas dan berkata, "Aku ragu bahwa kamu benar-benar menyukaiku."
Deg.
"K-kenapa kamu berbicara seperti itu?" tanya Daniel yang baru saja membelalakkan kedua matanya karena terkejut mendengar perkataan gadis di hadapannya saat ini. "Aku memang sangat menyukaimu sejak kita masih di bangku Sekolah, Ametsa. Apa membuatnya menjadi meragukanku? Tunggu, jangan-jangan ... kau ..."
Kening Ametsa langsung berkerut setelah mendengar seseorang yang berada di hadapannya saat ini berbicara menggantung membuatnya langsung menghela nafas seketika.
"Jangan-jangan, jangan-jangan apa, hah?! Apa kamu ingin membuatku bertambah kesal padamu?!"
Daniel langsung menggelengkan kepala setelah meneguk ludahnya sendiri ketika melihat bagaimana marahnya seorang gadis yang bernama Ametsa saat ini. Laki-laki itu paling tidak bisa melihat gadis tersebut dalam keadaan yang buruk seperti ini menjadikannya dengan sangat terpaksa harus lebih mengalah kepadanya.
"Tidak. Ya sudah, aku tidak akan melanjutkan ucapanku lagi."
"Dasar kau," ujar Ametsa dengan kesalnya yang kini langsung memalingkan wajahnya ke arah lain.
"Eh?" Daniel menggelengkan kepala sembari menyunggingkan senyuma tipisnya itu. "Ametsa, ayo kita pergi."
Seseorang yang berada di hadapannya saat ini langsung kembali mengalihkan perhatiannya setelah mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh Daniel sehingga Ametsa menatapnya dengan kening yang berkerut.
"Pergi?" ulangnya yang langsung diangguki oleh laki-laki itu. "Kamu mau mengajakku kemana malam-malam begini? Apa kamu sudah gila, Daniel?!"
"Tenanglah," ujar Daniel sembari terkekeh. "Lagi pula, aku tidak akan pernah macam-macam. Aku benar-benar ingin mengajakmu pergi ke suatu tempat dan jaraknya tidak jauh dari sini, bagaimana? Apa kamu mau?"
Ametsa terdiam sejenak setelah mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh seseorang yang berada di hadapannya saat ini lalu langsung menghela nafas. Seolah sedang mempertimbangkan ajakkan dari temannya tersebut hingga dimana ia bisa melihat bagaimana Daniel yang sudah begitu pasrah dengan dirinya membuatnya merasa ingin tertawa sendiri.
"Oke, aku mau."
Jawaban darinya membuat Daniel langsung mendongakkan kepala dengan senyum yang begitu merekah sehingga membuat seseorang yang berada di hadapannya saat ini langsung menghela nafas seketika.
"Apa kamu baik-baik saja?" tanyanya memastikan yang membuat kening dari gadis tersebut langsung berkerut.
"Ya, i'm fine. Mengapa kamu menanyakan hal itu kepadaku?"
"Ah, tidak, aku hanya takut kamu tidak ingin pergi saja."
"Aku memang tidak ingin pergi, kok," ujar Ametsa yang langsung disambut tatapan terkejutnya dari seseorang yang berada di hadapannya saat ini. "Tidak, aku hanya bercanda."
Daniel langsung menghela nafas leganya dengan senyum tipisnya itu memandang seorang gadis yang berada di hadapannya saat ini sembari menggelengkan kepala.
"Ayo, kita pergi."
Ketika laki-laki itu sudah berdiri, Ametsa hanya diam sembari memperhatikannya dengan kebingungan sehingga membuat Daniel yang berada di hadapannya itu memandangnya dengan kedua alis yang terangkat.
"Sekarang?" tanya Ametsa dengan keterkejutannya itu. "Aku pikir ..."
"Kamu pikir kapan? Aku akan mengajakmu pergi ke pasar malam," ujar Daniel pada akhirnya mengatakan yang sebenarnya.
"PASAR MALAM?!" Ametsa langsung berdiri dari duduknya dengan kedua mata yang jelas terlihat begitu berbinar sangat berbeda dari sebelumnya yang membuat seseorang yang berada di hadapannya saat ini hanya menganggukkan kepala lalu menggeleng dengan senyuman manisnya itu.
Ametsa langsung pergi keluar Cafe tempatnya bekerja setelah semua sudah beres, kemudian berjalan keluar tanpa menyadari bahwa Daniel masih saja berdiam diri sembari memperhatikannya.
Merasa bahwa tidak ada seseorang yang mengikutinya membuat gadis itu langsung menghentikan langkah lalu memutar tubuh dan tak melihat siapapun di sini sehingga Ametsa menghela nafas.
"DANIEL, AYO CEPATLAH!" teriaknya yang membuat laki-laki itu yang sedang membereskan barang-barangnya ke dalam tas pun langsung menghela nafas seketika. "AKU AKAN PULANG JIKA KAMU SEPERTI INI!"
Ancaman dari Queen Ametsa membuat seorang Daniel langsung panik sehingga kini laki-laki itu langsung berlari setelah mendengarnya. Sedangkan gadis tersebut yang melihat bahwa temannya sedang berlari ke arahnya pun hanya terkikik geli.
"Apa kamu tidak bisa bersabar sedikit? Aku sedang membereskan barang-barangku, takut ada yang tertinggal di dalam."
"Tidak, aku ingin segera sampai di pasar malam. Sudah lama sekali aku tidak pergi ke sana semenjak ..." Ametsa langsung menggantungkan perkataannya membuat Daniel yang melihat perubahan raut wajah dari gadis tersebut langsung merangkulnya dan berkata, "Ametsa, apa kamu mau es krim?"
Ametsa yang semula hanya diam menundukkan kepala dengan wajah yang ditekuk pun langsung mendongakkan kepala lalu menoleh ke arah samping dimana Daniel yang saat ini sedang memandang tersenyum kepadanya.
"Mau!" seru gadis itu yang membuat Daniel tanpa sadar langsung mengacak-acak rambutnya.
"Baiklah, malam ini aku akan mentraktirmu sepuasnya."
"Yeay, terima kasih Daniel, kamu memang teman terbaikku sejak dulu!"
Mendengar kata 'teman' membuat Daniel merasakan sesuatu yang sesak di dalam dadanya sehingga membuat laki-laki itu kini hanya meresponnya sembari tersenyum dengan luka tipis.