"Ran? Kamu sudah bangun?" tanya Lin, menepuk lembut bahu Ran.
Ran terkesiap, kaget. Ia menoleh pada Lin dan tersenyum.
"Ada apa?" tanya Lin.
Ran tersenyum, menggelengkan kepalanya.
"Mario kemana? Apa dia sudah bangun lebih awal?" tanya Lin, menoleh, mencari keberadaan Mario yang sejak ia membuka mata, Mario sudah tidak ada di dalam kamar inapnya.
"Mario sudah pulang," jawab Ran.
"Pagi-pagi sekali?"
Ran menggeleng.
"Ia sudah pulang sejak dini hari, Lin … ia pulang dengan tergesa-gesa …."
"Hm? Apa yang terjadi, Ran?"
"Lin … apa kamu tahu … kalau Mario … sebenarnya gay?"
Mata Lin membelalak, juga terkejut mendengarnya. Ia menggelengkan kepalanya, berharap apa yang dikatakan oleh Ran hanyalah omong kosong belaka.
"Aku tidak percaya," balas Lin.
"Aku juga tidak percaya, Lin. Tadi malam Mario menciumku!" ujar Ran.
"Apa?! C—cium?" tanya Lin semakin terkejut.
Ran menggiti bibir bagian bawah dengan mata yang membesar. Ia menyeringai, malu.