Saking capeknya setelah tadi malam bangun dini hari dan memasakan pesanan untuk Danil kini dia tertidur sambil merasakan rasa sakit pada lutut dan telapak tangannya. Arini ketiduran di ranjang rumah sakit. Yanuar setia menunggu Arini ketika tidur. Arini tadi niatnya hanya ingin memejamkan matanya saja malah ketiduran.
"Dia imut banget kalau sedang tertidur. Tapi kasihan juga dia harus menanggung semua masalah sendirian. dia masih polos dan terlalu dini untuk menghadapi masalah ini.
Arini tidur dengan pulasnya diatas ranjang rumah sakit. Selang infus masih tertancap di tangannya. Mata Yanuar tidak bisa berhenti menatap wajah imut Arini yang sedang pulas tidur itu.
"Huammmm."Arini menguap setelah bangun dari tidurnya. Dia baru sadar kalau tadi habis ketiduran.
Rasanya Arini sudah benar-benar sembuh. Badannya lumayan sudah baikan setelah sebelumnya terasa sakit semua karena habis jatuh di jalan. Dia masih ingat tadi siang ada mobil yang hendak menabraknya. Beruntung tadi ada laki-laki yang menolongnya.
"Oh ya dia."Arini membukakan kedua matanya dan kemudian ingat dengan Yanuar laki-laki yang telah menolongnya tadi. Dia menoleh kearah samping.
Arini terkejut ketika melihat ada seorang laki-laki yang tiduran di samping ranjangnya. Hanya helaian-helaian rambut lurus pendek yang dia lihat sedangkan wajahnya tertutupi selimutnya. Arini yakin kalau yang tidur disampingnya adalah Yanuar.
Arini tidak mau membangunkan Yanuar yang tengah tertidur disampingnya. Dia hanya melihat dari bantalnya saja. Dalam hatinya ada perasaan salut dan kagum kepada Yanuar, laki-laki yang telah menyelamatkannya tadi. Dan sekarang dengan setianya menungguninya sampai-sampai juga ketiduran disampingnya.
Dret dret
Arini berhenti menatap Yanuar yang tengah menunduk karena tertidur dan kini pandangannya mencari ponselnya yang berbunyi.
"Halo, Kak Dilan."sapa Arini dengan senangnya setelah membuka layar ponselnya ada panggilan masuk dari Dilan. Yanuar terpaksa harus bangun dari tidurnya karena Arini berteriak. Selama Arini bercakap-cakap lewat telepon, Yanuar hanya bisa memandanginya saja.
"Halo. Gimana keadaanmu? Kenapa nggak segera memberitahukanku tadi?"suara Dilan terdengar lega akhirnya bisa bicara dengan Arini namun disisi lain juga merasa kesal karena tidak segera diberitahu Arini tadi.
"Aku baik-baik saja kok kak. Ya maaf tadi aku ketiduran karena kecapekan juga semalam lembur buat catering."jawab Arini dengan sedikit tertawa.
"Kamu buka catering?'tanya Dilan dengan kegat.
"Ya. Lumayan bisa aku tabungin buat lahiran nanti."jawab Arini dengan polos. Yanuar dan Dilan merasa iba dan salut kepada Arini yang begitu terlihat berjuang banget demi anaknya.
"Kamu harus jaga kandunganmu itu. Nanti kalau ada apa-apa sama bayimu gimana. Buktinya tadi kamu hampir celaka kan sama bayimu."kata Dilan sudah tahu kronologis kecelakaan yang dialaminya tadi.
"Pasti dia yang udah ngasih tahu."Arini melihat kearah Yanuar yang sudah bangun. Tidak ada orang lain yang tahu masalahnya selain Yanuar dan dirinya sendiri.
"Ya syukurnya ada Yanuar tadi yang menolongku."Arini menatap Yanuar sambil tersenyum. Yanuar melihat wajah Arini tersenyum membuatnya terasa adem dan tenang gitu. wajah Arini yang putih mulus dan pipinya lumayan cabi sedikit ditambah lagi bentuk wajahnya yang bundar menambah kesan baby face pada wajah Arini. Yanuar tidak henti-hetinya memandangi Arini saat berbicara dengan Dilan.
"Kemarin aku kan udah ngirim uang. Jadi kamu nggak usah kerja-kerja seperti itu."kata Dilan membuat Arini tambah sayang sekali sama Dilan. Karena perhatian banget sama dia. Padahal Dilan bukan siapa-siapanya tapi begitu menyayanginya sekali.
"Ya tapi masak aku harus duduk diam saja di rumah tanpa nglakuin apa-apa gitu kak. Itung-itung aku juga ada aktivitas lah sekaligus cari uang. Hehehe."sifat keras kepala Arini muncul lagi.
"Ya terserah kamu lah. Beneran kamu sama bayimu nggak papa kan ini?"tanya Dilan sekali lagi.
"Ya beneran aku sama bayiku nggak papa kok kak."
"Dia sungguh perhatian sekali."Yanuar menilai kalau Dilan begitu perhatian sama Arini. Kemungkinan Dilan adalah kakak Arini jadi wajar saja kalau perhatian banget sama Arini. Yanuar bicara dalam hati sambil memandangiArini saat bicara.
"Gini aja. Sekarang aku nyuruh kamu ke Jakarta. Aku nggak mau kamu disana sendirian. Nanti kamu disini tinggal sama Adira pacarku. Dia tinggal sendirian."Arini terkejut ketika Dilan memintanya untuk pindah dan tinggal di Jakarta.
"Nggak mau aku. Aku takut kalau ketemu sama dia."Arini langsung menyanggah. Diaa tidak mau bertemu dengan Panji dan keluarga majikannya dulu.
"Aku nggak mau kamu kenapa-kenapa disana sendirian. Walaupun aku bukan kakakmu tapi aku sudah menganggapmu sepeti adikku sendiri. Jadi dengarlah aku, kamu kesini dan tinggallah bersama aku sama Adira."Dilan terdengar memaksa Arini.
Arini sadar kalau hidup sendirian di Bandung tidaklah mudah. Ditambah lagi posisinya sekarang tengah hamil muda butuh dampingan orang lain. Dilan yang sudah perhatian sekali sama dia membuatnya tidak bisa menolak permintaan Dilan. Kalau dipikir-pikir juga omongan Dilan ada benarnya juga. Di Bandung dia tidak memiliki siapa-siapa untuk dimintai pertolongan kalau ada apa-apa. Beruntung hari ini ketika ada kecelakaan tadi ada Yanuar yang mau membantunya. Kalau semisalnya tidak ada Yanuar pasti hidupnya sudah kelar.
"Bener kan omonganku tadi. Apa kamu akan hidup sendirian terus di Bandung. Kalau kamu di Jakarta, kamu punya orang yang bisa dimintai tolong. Aku dan Adira siap membantumu."
"Jangan-jangan kamu tadi udah cerita semua tentang aku ke pacarmu?"Arini menebak kalau Dilan telah membocorkan rahasianya kepada Adira.
"Udah kamu kesini aja. Nanti kalau kamu nggak mau didampingi sama Adira ya sudah nanti aku sewain kontrakan buat kamu. Yang dekat sama rumahku."
"Ya sudah pokoknya kamu harus mau. Aku nggak mau kamu kenapa-kenapa lagi. Besok aku akan ke Bandung jemput kamu. Siap-siap buat besok."Dilan langsung menutup teleponnya.
Arini terpaksa mengikuti perintah Dilan untuk pindah ke Jakarta. Secara kalau dipertimbangkan lagi omongan Dilan ada benarnya juga kalau ada apa-apa lagi sama dia, Dilan bisa menolongnya dengan cepat. Sedangkan kalau di Bandung tidak ada keluarga sanak saudaranya.
Arini meneutup teleponnya juga. Wajah Arini nampak sedih karena harus kembali ke Jakarta. Dimana Panji tinggal disana. Padahal dia tidak mau berurusan dengan Panji dan keluarga Panji. Dia takut kalau bayinya akan kena masalah ketika keluarga Panji mengetahuinya.
"Itu tadi bukan kakakmu?"tanya Yanuar menyadarkan Arini yang tengah melamun.
"Bukan."Arini langsung menggeleng.
"Terus dia siapamu?
"Dia itu orang baik sama kayak kamu yang perhatian banget sama aku. Aku sungguh berhutang sama kalian. Aku tidak tahu hidupku tanpa kalian."Arini berkeca-kaca saat bicara.
"Orangtuamu dimana sekarang? Apa mereka udah tahu kalau kamu hamil?"Yanuar penasaran dan ingin tahu tentang keluarga Arini.
��Aku sejak keil dirawat sama bibi aku di Bogor. Orangtuaku sudah pergi meninggalkan aku sejak bayi. Dan sampai sekarang aku belum pernah tahu wajah orang tauaku kayak gimana?"Arini menunduk ketika berbiara. Sampai sekarang dia belum pernah merasakan kasih sayang dari orangtuanya.
"Oh gitu. Ya sudah kamu ikut aja sama dia. Lagian kamu disini sendirian. perempuan sendirian kayak kamu kasihan juga. Kalau di Jakarta kamu bisa minta tolong sama dia sama aku."rasa kasihan dan iba Yanaur semakin lengkap sudah. Yanuar tidak mau mengungkit orangtua Arini yang dengan teganya meninggalkan Arini sejak bayi itu karena bisa membuat sedih Arini lagi. Arini terkejut ketika Yanuar siap memberinya bantuan ketika di Jakarta nanti
"Gimana aku takut kalau ketemu sama dia. Aku nggak mau ketemu sama dia dan keluarganya."kata Arini dengan mata sedih dan takut. Arini sudah terbiasa hidup tanpa orangtua sejak kecil jadi saat diajak biara tentang orangtuanya dia sudah tidak merasa sedih.
"Apa yang membuatmu takut?"tanya Yanuar dengan bingung.
"Aku takut kalau dia sampai tahu kalau aku hamil anaknya dan dia nggak menerima anak ini. Secara kita beda. Dia anak orang kaya sedangkan aku hanyalah mantan pembantu di rumahnya."Arini meneteskan air mata lagi.
Arini tipycal cewek sangat terbuka sekali dengan setiap orang. Walaupun dia sudah memiliki komitmen untuk tidak membocorkan kehidupan pribadinya tetap saja tidak bisa menyimpan rahasianya sendiri. Dengan Yanuar juga dia sudah berusaha untuk menutupi masalahnya tapi mau dikata apa lagi Yanuar telah tahu semuanya senidri.
"Lha terus kenapa dia bisa melakukannya sama kamu. Kalau dia bisa melakukannya berarti dia harus siap bertanggungjawab."Yanuar menatap Arini yang masih terlihat sedih.
"Di…dia nggak sengaja melakukannya karena saat itu dia tengah mabuk berat habis putus dari pacarnya. Terus aku juga malu sama keluarganya. Hiks…hiks…"Arini langsung menangis lagi.
Yanuar tidak melanjutkan lagi pertanyaannya kepada Arini mengenai laki-laki itu. melihat Arini yang terus menangis membuatnya ikut merasa kasihan. Jadi kini Yanuar berusaha menenangkan pikiran dan suasana hati Arini saja. Kalau menangis terus karena memikirkan laki-laki yang telah tega menghamili Arini malah bisa membuat Arini semakin sedih dan bisa saja stress.
"Udah jangan menangis lagi. Kalau memang kamu nggak mau membahas dia lagi, aku nggak akan tanya-tanya lagi."Yanuar mengelus pundak Arini dengan pelan. Arini masih tersedu-sedu menangisnya walaupun pelan.
"Aku takut ke Jakarta."
"Jangan takut. Bareng aku aja. Besok aku ke Jakarta. Nanti aku temani sampai kamu benar-benar ketemu Dilan itu. Daripada kamu disini sendirian. "Yanuar meyakinkan Arini agar mau pergi ke Jakarta. Seumur-umur baru kali ini Yanuar berbicara dengan panjangnya sama ceweks. Biasanya dia hanya bicara seperlunya. Ketika bersama Arini sikap dinginnya berubah seketika.