Ternyata ini bukan yang pertama kali, kak Fitri juga sudah merasa curiga hanya saja dia ragu untuk mengungkapkan.
"Katakan padaku Nimas, tentang firasatku. Apa itu benar? Udin seperti itu karena perbuatan Aang?" tanya kak Fitri dengan penuh harap.
"Ma... Maaf kak, Nimas tidak tahu. Aku ijin istirahat dulu" ucapku bergegas pergi ke kamar Mila.
"Aku tau kalau kau sebenarnya tau Nimas, kenapa kau menyembunyikannya?" ucap kak Fitri menghentikan langkahku. "Bapak juga pernah bercerita tentang kamu" Fitri beranjak dari tempat duduknya lalu berdiri dihadapanku sambil memegangi kedua lenganku.
"Kau juga memiliki kesensitifan kan? Mata batinmu terbuka! Bapak pernah bilang kalau salah satu anaknya bisa merasakan hal yang tidak bisa dirasakan oleh orang lain. Dan jika kamu bilang tidak tahu tentang masalah ini, berarti kau bohong!" ucap kak Fitri.