Besok adalah hari pernikahan Dom dan Shelly. Mereka sepakat untuk mengadakan pesta di rumah keluarga Collingwood. Kediaman Daddy Rich sudah di hias semewah mungkin. Nara sudah berada di rumah Daddy sejak tadi pagi. Dia sengaja mengambil cuti selama tiga hari untuk acara pernikahan Dom dan Shelly. Rich belum berada di rumah Daddy, tak ada yang tahu dimana dia berada sekarang.
"Apa kau melihat Rich?" Tanya Nara pada Dom.
"Bukannya dia belum sampai?" Tanya Dom balik.
"Apa kamu melihat Rich? Tolong beritahu aku?" Pinta Nara.
"Aku disini" ucap Rich yang muncul secara tiba-tiba.
Nara membalikkan tubuhnya dan menemukan sosok Rich sedang berdiri tepat di belakangnya.
"Kalo gitu aku pergi dulu" kata Dom yang peka pada Rich dan Nara yang membutuhkan privasi.
Setelah Dom pergi barulah Nara membuka suaranya.
"Rich ada yang ingin aku sampaikan" ucap Nara.
"Gak disini Nara, gak disini" Rich menggelengkan kepalanya dan menarik tangan Nara lalu membawanya ke kamar.
"Katakan apa yang ingin kamu sampaikan" ucap Rich.
"Aku gak mau kita pisah" kata Nara.
"Tapi aku mau" kata Rich.
"Kenapa kamu ingin kita berpisah?" Tanya Nara.
"Karna aku mencintaimu" jawab Rich.
"Kalau kamu mencintaiku lalu kenapa ingin berpisah?" Tanya Nara.
"Karna kamu membenciku!" Jawab Rich.
"Aku gak ngerti satu katapun yang kamu ucapkan" Nara bingung.
"Setelah kita berpisah, kamu bisa kembali bersama Sam, pria yang sangat kamu cintai itu" jelas Rich.
"Aku gak cinta sama dia Rich! Aku--" ucapan Nara di potong oleh Rich.
"Aku sedang sibuk. Cepat tanda tangani surat itu dan berikan padaku! Malam ini kita akan menginap di sini!" Rich berjalan keluar kamar meninggalkan Nara sendirian.
"Rich, kenapa kamu gak bisa lihat dari mataku kalau aku mencintaimu" Nara kembali meneteskan air matanya setelah kepergian Rich.
*** *** ***
Esok harinya Rich dan Nara sudah siap untuk menjadi bagian dari pesta pernikahan Dom dan Shelly. Rich memakai suit berwarna silver dengan sebuah mawar merah menghiasi dada kanannya. Sedangkan Nara tampil cantik di balut dengan gaun mewah berwarna silver dengan rambut hitamnya terurai indah.
"You ready?" Tanya Rich dengan cueknya.
"I'm ready" sahut Nara.
"Ayo" ajak Rich.
"Kita gak pegangan tangan?" Tanya Nara heran.
"Untuk apa? Aku lelah dengan semua drama yang kita buat. Nanti juga semua orang tahu kita akan berpisah" kata Rich.
"Setidaknya untuk yang terakhir" Nara mendekati Rich.
"Apa yang kamu lakukan?" Tanya Rich.
"Aku hanya merapikan Dasi dan jasmu" kata Nara sambil merapikan Dasi dan jas Rich.
Setelah merapikan jas Rich, Nara menatap Rich dan Rich juga menatap Nara namun dengan cepat ia membuang pandangannya ke lantai. Nara menguatkan hatinya lalu memeluk Rich untuk yang terakhir kalinya.
"Gisel aja bisa memelukmu. Aku pun punya hak yang sama sebagai teman untuk memelukmu" Ucap Nara di pelukan Rich.
"Jangan nangis, nanti kamu gak cantik lagi" ucap Rich memberikan sapu tangan miliknya pada Nara.
"Gracias Rich! (Terima kasih Rich!)" Nara mengambil sapu tangan pemberian Rich.
"Cepat tanda tangani surat itu lalu berikan padaku" Rich Melepaskan pelukan Nara lalu pergi meninggalkan Nara.
*** *** ***
Dom dan Shelly sudah resmi menjadi pasangan suami istri. Rich mengundang Thomas, gisel, dan beberapa pegawai untuk hadir di pernikahan Dom dan Shelly. Sekarang saatnya memberikan ucapan selamat untuk mereka.
"Happy wedding Dom!" Ucap Rich memberikan selamat pada Dom dan Shelly bersama Nara.
"Gracias bro!" Balas Dom.
"Welcome to Collingwood famili" Nara memeluk Shelly.
"Gracias Nara" kata Shelly.
"Kami pergi dulu ya!" Ucap Rich menepuk pundak Dom lalu melirik Nara dan menarik tangannya pergi dari situ.
"Kenapa buru-buru?" Tanya Nara.
"Aku gak mau lama-lama bersamamu" jawab Rich cuek.
"Halo Rich, Nara!" Sapa Gisel.
"Halo Gisel" kata Rich dan Nara kompak.
Rich dan Nara saling tatap lalu langsung membuang tatapannya.
"Kalian udah baikan?" Tanya Gisel.
"Udah dong" jawab Nara sambil memeluk lengan kiri Rich dan bersandar di dadanya.
"Baguslah, aku ikut senang" Gisel tersenyum.
Rich hanya melihat Nara lalu mencibir.
"Ada apa Rich?" Tanya Nara.
"Itu!" Rich menunjuk ke arah Gisel.
Gisel berbalik dan menemukan sosok Sam dan seorang pria yang tak ia kenal.
"Letnan satu Samuel Whittaker! Apa kabar?" Kata Gisel tak percaya.
"Gisel Vance? Kau disini?" Sapa Sam.
"Ya. Aku datang untuk memberikan selamat untuk Dom, adik laki-laki letkol Rich dan Captain Nara" kata Gisel.
"Letkol? Captain? Wah kalian memang keluarga FBI yang hebat" ucap Sam sambil melirik ke arah Nara dan Rich lalu memasang wajah tak suka.
"Yah kamu benar. Mereka memang pasangan yang cocok dan hebat" puji Gisel.
"Tapi gak bisa menangkap Daniel Fernandez dan Mr. Tekker" ucap Sam meremehkan.
"Kalau aku ingin, akan aku keluarkan pistol ku dan ku tangkap kalian berdua" ancam Rich.
"Rich, tenangkan dirimu!" Nara mencoba menenangkan Rich.
"Tapi itu akan menodai reputasi ku" kata Rich.
"Kamu gak akan berani!" Sam menepuk dada Rich.
"Gisel kenalkan ini Mr. Tekker dan di sebelahnya adalah Daniel Fernandez" Nara memperkenalkan Sam dan Daniel pada Gisel.
"Maksudmu Samuel adalah Mr. Tekker dan di sebelahnya ini Daniel Fernandez?" Kita Gisel tak percaya.
"Nara, apa kamu gak merindukan aku?" Tanya Sam.
"Sama sekali tidak!" Nara melepaskan pelukannya dari lengan Rich.
"Ayolah, kamu pasti merindukanku! Ayo kemari dan peluk aku!" Rayu Sam.
"Apa kau tidak mengerti kata tidak!" Rich membentak dan mendorong Sam.
"Kamu ngajak berantem? Ayo!" Sam membalas dorongan Rich.
"Jangan bertengkar!" Nara berdiri di tengah-tengah Rich dan Sam.
"Dia duluan mendorong ku!" Kata Sam.
"Dia bersikap kurang sopan padamu!" Rich membela diri.
"Udah diam Rich! Sam!" Nara menatap Rich dan Sam bergantian.
Tiba-tiba Nara menjadi lemas dan pucat. Ia lalu hampir terjatuh namun dengan cepat Rich menahannya.
"Kamu kenapa Nara?" Rich panik dan memegang tangan Nara.
"Aku cuma kecapean. Udah gak apa" Nara mencoba berdiri tapi hampir terjatuh lagi dan Rich dengan cepat kembali menahannya.
"Jangan berdiri kamu gak akan sanggup!" Pinta Rich.
"Kamu kenapa sayang?" Tanya Sam mendekat.
"Jangan mendekat Sam! Atau kau akan tahu bagaimana aku marah!" Bentak Rich.
Sam menghentikan langkahnya mendengar bentakan Rich.
"Kita pergi saja Sam" kata Daniel.
"Iya ayo! Sampai jumpa Gisel!" Sam memeluk Gisel sekilas.
"Aku pergi dulu Nara. Jaga kesehatan atau aku akan khawatir" Sam berjalan pergi menjauh bersama Daniel.
"Pergi yang jauh sana!" Rich mendengus kesal.
"Rich, bawa Nara ke kamar. Dia perlu istirahat" saran Gisel.
"Ya akan ku bawa dia sekarang" Rich mencoba membopong Nara.
"Sampai jumpa Gisel!" Rich pergi dari hadapan Gisel.
"Sampai jumpa Rich!" Ucap Gisel dengan meneteskan air matanya.
*** *** ***
Rich menidurkan Nara di kamarnya. Lalu beranjak pergi namun tangannya di cegat oleh Nara. Rich mengangkat alisnya karna heran.
"Tolong temani aku kali ini aja" pinta Nara.
"Tapi di luar banyak tamu" Rich menolak.
"Please" Nara menggenggam tangan Rich.
Rich membuang nafas berat lalu membuka jas dan dasi nya.
"Gracias Rich" Nara tersenyum.
"Untuk yang terakhir" kata Rich cuek.
"Duduk disini Rich" Nara menarik tangan Rich untuk duduk di sampingnya.
"Ada apa?" Tanya Rich sambil duduk di sebelah Nara
"Ada yang ingin ku katakan" jawab Nara.
Rich mengangkat sebelah alisnya.
"Maaf" ucap Nara.
"Maksudmu?" Rich tak mengerti.
"Saat di parkiran mobil kemarin aku terlalu banyak bicara" jelas Nara.
"Apa kamu udah tanda tangani surat itu?" Tanya Rich.
"Belum. Aku gak mau pisah. Udah berapa kali aku katakan aku gak mau kita pisah" jawab Nara.
"Kita udah bahas ini sebelumnya Nara. Aku tetap ingin berpisah" Rich bangun dari duduknya.
"I love you Rich" Nara mencegah Rich pergi dan menggenggam tangannya.
"Kamu katakan itu hanya karena gak mau pisah" Rich melepaskan genggaman tangan Nara.
"Gak Rich. Aku serius" ucap Nara.
"Kamu gak mau pisah denganku hanya demi kehormatan dan semua yang yang keluarga ku berikan padamu" kata Rich.
"Keluarga ku juga dihormati disini!" Protes Nara.
"Kamu gak benar-benar mencintaiku. Kamu hanya mencintai Sam" Rich masih tak percaya dengan ucapan Nara.
"Gak bisakah kamu percaya sama aku?" Pinta Nara.
"Aku gak bisa percaya pada wanita yang membenciku sejak pertama kali bertemu. Apa kamu ingat gimana kamu membenciku hanya karna aku seorang kriminal" Kata Rich.
"Itu kejadian tiga tahun yang lalu. Saat itu aku belum mengenalmu. Aku hanya mendengar hal buruk tentangmu. Makanya aku berkata buruk seperti itu" jelas Nara.
"Tunggu dulu" kata Rich sambil membuka laci dan mengambil pistolnya.
"Apa yang kamu lakukan" tanya Nara heran.
"Ini" Rich memberikan pistolnya pada Nara.
"Apa yang ingin kau perbuat?" Tanya Nara.
"Tembak aku dengan lima peluru di pistol ini lalu setelah aku mati buang pistol ini ke laut" Rich mengarahkan tangan Nara yang memegang pistol ke arah jantung Rich.
"Aku gak mau" Nara menurunkan tangannya.
"Bukannya kamu sangat menantikan saat-saat seperti ini? Kamu sangat ingin membunuhku? Sekarang tembak aku!' kata Rich sambil kembali mengarahkan pistol ke arah jantung nya.
Nara melempar pistol ke sudut kamar. Rich menatap Nara namun Nara membuang pandangannya.
"Kalau kamu benar-benar ingin berpisah, baiklah aku akan tanda tangani surat itu tapi jangan membuat menjadi seorang pembunuh" Nara mengalah.
"Memang itu yang aku inginkan" Rich beranjak pergi.
"Rich!!" Panggil Nara.
Rich pun menoleh ke arah Nara. PHAM!! Sebuah tamparan melayang di pipi kanan Rich. Ia bingung mengapa Nara menamparnya.
"Apa yang kamu lakukan?" Tanya Rich sambil memegang pipinya.
"Aku hanya melepaskan amarahku padamu!" Jelas Nara.
"Tapi ini terlalu sakit" gerutu Rich.
"Kamu gak tahu rasa sakit di hatiku yang kamu berikan!" Kata Nara.
"Ini demi kebaikan kita berdua" ucap Rich.
Nara hanya diam mencoba menenangkan diri agar tak menangis.
"Sebagai teman, boleh aku berikan sebuah hadiah perpisahan?" Pinta Rich.
Nara mengangguk.
"Kemari lah" Rich mengulurkan tangannya.
Nara lalu memegang tangan Rich. Dengan cepat Rich menarik tangan Nara dan langsung memeluknya. Nara membalas pelukan Rich dengan sangat erat. Mereka sama-sama meneteskan air mata namun langsung di sapu agar tak ada yang tahu.
"Take care Nara! Jangan lakukan hal-hal yang ceroboh karna mulai besok aku gak bisa lagi menjaga dan melindungimu. Semoga kamu bahagia" Rich melepaskan pelukannya.
"Kamu juga! Jangan lupa makan, jangan pulang larut malam lagi. Kalau lagi minum coffe jangan melamun. Jangan jadi kriminal lagi dan buat nama keluargamu jadi jelek di mata masyarakat. I Will be Miss you!" Nara memegang pipi Rich.
"Gracias Nara" ucap Rich dengan senyuman.
Nara membalas senyuman Rich dengan senyuman terbaik yang ia miliki. Mungkin ini terakhir kalinya ia bisa memberikan senyuman untuk Rich.
"Aku pergi dulu. Sampai jumpa bulan depan di kantor FBI" ucap Rich sambil berjalan keluar kamar.
Setelah Rich keluar, Nara menangis sejadi-jadinya. Dia tidak pernah membayangkan akan kehilangan Rich. Ini semua terjadi karena dia terlambat menyadari bahwa dia begitu mencintai Rich. Rich pun sudah terlalu lama menahan perasaannya dan terlambat menyatakan perasaannya pada Nara. Semua ini terjadi karena mereka sama-sama menyembunyikan rasa yang mereka pendam satu sama lain.
*** *** ***