Malam itu di Ruang Perpustakaan Kedaton, Tumenggung Aria Laksam sedang serius membaca sebuah kitab pusaka. Kitab itu berisi petuah-petuah sastra yang ditulis dalam bentuk aksara sunda oleh para pendiri Kerajaan Galuh di masa lalu. Seorang dayang mendatanginya dengan membawa sebuah minuman hangat beralaskan penampan. Seperti biasa, minuman hangat menemaninya ketika melakukan pekerjaan malam untuk sekadar menghangatkan tubuh atau memberikan ketenangan pikiran dalam mengatur keputusan-keputusan besar atas tanggung jawab pengabdiannya kepada negara.