"Kita harus menyelamatkan Yang Mulia sekarang juga !"
"Sayangnya, saya tidak bisa mengizinkannya, Jendral Liliana. Pasukan sebentar lagi sampai pada benteng musuh. Kita masih memiliki tugas yang harus diselesaikan."
"Apakah melanjutkan peperangan lebih penting daripada nyawa Rajamu sendiri... Silvia !" teriakku. Tanganku mengepal dengan kerasnya, seakan kuku yang berada di sana hendak menembus kulitku sendiri.
"Benteng musuh lebih bermakna, katamu ?!"
Aku meluapkan segala kemarahanku kepada Silvia. Aku sangat mengenal dirinya, ia adalah Penasihat Kerajaan yang juga merupakan Tangan Kanan dari Raja Rook sendiri. Dialah yang menggerakkan pemimpin ketika Yang Mulia tidak ada, mengatur segala strategi untuk peperangan, bahkan selalu berada di sampingnya ketika diriku berperang. Aku sudah lama mengenalnya, tetapi.... tidak kusangka kata-kata tersebut yang keluar dari mulutnya.
"Kau pikir bisa menyelamatkan Rook dengan mudahnya, Liliana ?!" seseorang membalas teriakanku.