Sesampainya di rumah, mereka langsung menuju ruang khusus, ruang tempat mereka berkumpul untuk rapat yang berada di ruang bawah tanah. Yoongi yang tidak suka menunggu langsung mematikan lampu dan itu membuat Jungkook dan Taehyung kaget.
"Mati lampu?!" seru Jungkook.
"Seokjin Hyung! Apa kau menggelapkan uang listrik?!" seru Taehyung.
"Jangan samakan aku denganmu!" balas Seokjin tidak setuju.
"Tenanglah kalian semua! Ini tidak mati lampu. Yoongi Hyung yang mematikannya karena ia akan menyalakan proyektor," seru Namjoon menenangkan mereka.
Yoongi yang tidak mempedulikan keributan langsung menghubungkan leptopnya ke proyektor. Sesaat Yoongi telah memutar sebuah video, semua orang seketika terdiam dan mulai menyimaknya. Di video itu terdapat sekelompok orang bersetelan jas lengkap lengkap dengan alat komunikasi di telinga mereka. Mereka adalah sekelompok mafia yang sangat berbahaya di Korea Selatan bahkan masuk dalam daftar penjahat berbahaya diseluruh dunia.
"Terakhir terlihat dua hari yang lalu, di daerah Ilsan. Mereka sedang menjalankan bisnis gelap mereka di sana," jelas Yoongi.
Sebenarnya, mereka tidak terlalu peduli dengan sekelompok mafia itu karena telah banyak tim khusus yang telah mengambil misi itu. Terlebih lagi, mereka sedang menangani kasus yang belum tuntas selama 5 tahun. Tapi setelah mengetahui bahwa ketua mafia itu mengincar seseorang yang berarti bagi mereka, tentu saja mereka tidak akan tinggal diam.
"Kenapa dia mengincar Daehyun? Apa mereka pernah bertemu?" tanya Jungkook yang mulai serius.
"Aku tidak tahu tujuan mereka. Dan juga, dari semua CCTV yang aku dan juga Namjoon telah periksa, mereka sama sekali tidak pernah bertemu, tapi tidak tahu jika mereka menyamar. Mereka terkenal dengan penyamarannya yang sempurna, makanya polisi dan tim lain susah melacaknya... termasuk kita," sahut Yoongi.
Semua terdiam, memikirkan keselamatan dan keamanan Daehyun. Mereka sudah berkali-kali berurusan dengan sekelompok mafia lainnya, tapi misi ini yang paling berat. Menagani dua kasus besar secara bersamaan? Benar-benar membuat mereka pusing.
"Yoongi Hyung! Apa mereka mengincar Daehyun karena kecerdasannya?!" seru Hoseok, ia dan juga Namjoon telah di beritahu oleh Yoongi kalau Daehyun telah membantunya memecahkan masalah tugasnya itu.
"Tidak, tidak, mereka mempunyai seorang IT yang sangat pandai," jawab Yoongi.
"Oh! Mungkin dia menghapus jejaknya saat bertemu dengan Daehyun," seru Taehyung sambil berdiri bersemangat.
"Kemungkinan besar iya. Tidak seperti biasa, kau mengeluarkan pendapat yang cerdas," puji Yoongi.
"Aish, Hyung. Itu karena kau tidak pernah menganggap perkataanku serius," sahut Taehyung kesal.
Yoongi kembali menyalakan lampu dan mematikan leptop dan juga proyektornya.
"Jadi apa yang harus kita lakukan?" tanya Jimin.
"Jaga, awasi, dan lindungi," sahut Seokjin yang dari awal hanya diam dan menyimak video tadi dengan serius hingga tuntas.
Mereka semua setuju dan kembali ke kamar mereka masing-masing untuk beristirahat. Kecuali Seokjin yang masih berada di depan leptopnya.
"Hyung, kenapa kau belum istirahat?" tanya Namjoon saat ia tidak sengaja melihat Seokjin sendiri di ruang diskusi mereka.
"Aku hanya ingin melihatnya tidur dengan aman," jawab Seokjin. Ia menjawabnya tanpa mengalihkan pandangannya dari layar leptop.
Namjoon menarik kursi di sampingnya dan duduk.
"Kenapa banyak sekali snack di meja?"
"Cemilan."
Namjoon menatap Hyung tertuanya khawatir dan serius.
"Aku tahu kau yang paling menghawatirkan keselamatannya dibandingkan kami semua, tapi tetap saja kau harus istirahat dan memulihkan tenagamu jika ingin menjaganya, kan? Jangan buat pikiranmu kacau bahkan stres, itu tidak baik untuk kesehatan."
"Apa maksudmu hanya aku? Kau juga termasuk, jangan sembunyikan perasaanmu itu, Namjoon."
Namjoon terdiam sejenak. "Aku rasa... aku tidak pantas menjadi Hyung-nya. Aku terlalu lemah untuk melindunginya," sahut Namjoon pelan. "Aku masih takut untuk berbicara maupun bertutur sapa dengan-Akh! kenapa kau mencubitku?"
Seokjin mencubit lengan Namjoon kesal. "Terus otot ini apa? Pajangan?"
Namjoon menggelengkan kepalanya dan terkekeh.
"Jangan katakan itu. Kita bertujuh adalah Hyung-nya, tidak ada yang dapat mengubahnya. Lagipula, kita bertujuh karenanya," kata Seokjin.
"... maaf."
"Tidak ada kata maaf. Kau dan juga Hoseok harus datang ke Resto&Cafe secepat mungkin. Tidak ada penolakan!"
"Rencananya memang aku dan Hoseok akan mengunjungi kalian jika kami berdua memiliki waktu kosong, Hyung."
"Baguslah."
Mereka bercakap cukup lama dan serius sampai tidak menyadari bahwa Taehyung dari tadi melihat mereka yang akhirnya ikut bergabung sambil membawa susu hangat.
"Kenapa kau belum tidur?" tanya Seokjin.
"Sama seperti kalian," jawab Taehyung lalu meletakkan nampannya.
Taehyung mengambil leptop Seokjin dan mengawasi Daehyun.
"Hyung, Daehyun bangun!" kata Taehyung.
"Kenapa dia bangun tengah malam? Insomnia?" balas Seokjin.
"Tenanglah. Kenapa kalian sangat heboh? Bisa saja dia bangun karena haus atau mau ke kamar mandi saja. Tenangkan diri kalian," sahut Namjoon saat melihat wajah Seokjin dan Taehyung yang panik.
***
Daehyun terbangun dari tidurnya karena haus, ia turun dari kamarnya di lantai dua menuju dapur karena persediaan air minumnya telah habis di kamar. Para Hyung terus mengikutinya dengan mengganti chanel kamera yang terdekat dengan Daehyun.
"Kenapa aku merasa ada yang mengawasiku?" batin Daehyun.
Setelah meminum segelas air, ia tidak langsung menuju kamarnya, tapi ia menuju ke kamar Doyoung untuk mengambil tongkat bisbol besi. Daehyun berjalan pelan dan mengintip setiap jendela yang ada. Tapi ia tidak melihat siapa pun di sana.
"Apa hanya perasaanku?"
Waktu menunjukkan jam 12 malam dan itu membuat Daehyun berpikir akan makhluk tidak kasatmata. Ia langsung berjalan cepat menuju kamarnya, menguncinya, dan langsung menutupi dirinya dengan selimut.
"Jangan katakan kepadaku kalau dia menyadari CCTV yang terpasang," kata Taehyung.
"Tidak, dia tidak menyadarinya. Dia sama sekali tidak melihat ke arah kamera, tapi ia melihat keluar jendela. Putar ulang kamera di setiap sudut luar rumahnya," sahut Namjoon dan langsung menyalakan proyektor lalu menghubungannya ke leptop.
Mereka memperhatikannya dengan sangat teliti, dan akhirnya melihat seorang pria yang baru saja turun dari atas pohon sesaat Daehyun turun ke lantai satu. Pria itu menatap salah satu kamera yang terpasang dan mengeluarkan sebuah buku tulis berukuran besar.
"Hello"
"Siapapun kalian"
"Kuharap kalian tidak mengganggunya"
"Dia milik Ketua."
Setelah selesai, ia pergi ke gang sempit yang tidak terdapat sama sekali kamera. Ketiga Hyung yang melihatnya tentu saja geram dan langsung menutup leptop setelah Namjoon mengaktifkan kunci otomatis kuat di seluruh pintu dan jendela Daehyun.
Mereka terdiam sejenak dan memutuskan untuk membangunkan yang lain dan memberitahu semua apa yang baru saja ia lihat.
-Satu minggu telah berlalu-
Setiap jam 7 pagi, kunci otomatis di nonaktifkan. Daehyun yang selalu bangun 30 menit setelahnya karena alarm tentu saja tidak menyadarinya dan segera bersiap-siap menuju tempat kerjanya. Para Hyung telah menunggunya di sana, kecuali Namjoon dan Hoseok yang memiliki pekerjaan lain, Hoseok dan Namjoon merupakan seorang Dokter di rumah sakit terbesar di Seoul. Namjoon sebenarnya bersikeras untuk menemui Daehyun, tapi Seokjin menghentikannya karena khawatir Daehyun akan bingung kenapa bisa Namjoon yang seorang dokter ada di Resto&Cafe saat toko itu belum terbuka.
"Selama- ada apa, Hyung?" tanya Daehyun saat Taehyung memeluknya tepat setelah ia menutup pintu toko.
Seokjin, Yoongi, Jimin, dan Jungkook hanya mengelilinginya. Mereka tidak ingin Daehyun bingung dan curiga jika mereka semua melakukannya. Mereka sangat khawatir karena pria misterius itu kembali lagi dengan membawa sebuah peringatan, bukan, lebih tepatnya ancaman.
"Jauhi dia"
"Atau"
"kami yang akan mendekatinya"
"Pilihan ada di tangan kalian."
Pesan singkat itu menantang mereka. Sudah dipastikan, pria itu adalah salah satu bawahan dari bos mafia yang mereka incar.
"Hanya ingin memelukmu saja. Bagaimana tidurmu?" balas Taehyung dengan senyum kotaknya sambil melepas pelukannya dan menatap Daehyun lekat. Matanya benar-benar terlihat sangat lelah, begitu juga dengan yang lain.
"Eh... nyenyak. Mungkin lebih tepat aku yang menanyakannya. Kau dan juga Hyung yang lain terlihat... kurang tidur, selama seminggu ini. Wow, kantung mata kalian semua sama-sama parah," sahut Daehyun sambil menyentuh bawah mata Taehyung yang seperti mata panda.
Para Hyung langsung menuju cermin besar toko dan cukup kaget saat menyadari daerah mata mereka menghitam dan tampak lelah. Bagaimana tidak? Mereka hanya tertidur selama 2-3 jam saja, dan itu sama sekali tidak nyenyak setelah menerima pesan itu. Mereka terus menyelidiki pria itu dan membicarakan langkah selanjutnya.
"Hyung, bagaimana jika kita mengundurkan waktu buka toko. Mungkin sekitar jam makan siang," saran Daehyun.
"Kau tidak perlu menghawatirkan kami, Daehyun," sahut Yoongi.
"Bagaimana aku tidak menghawatirkan kalian jika wajah kalian seperti itu? Ayo, cepat kalian pergi ke ruang istirahat. Dan juga, jika para pelanggan melihat penampilan kalian seperti ini... mungkin toko kita akan mendapat julukan toko panda. Panda memang imut, tapi tingkat keimutannya akan bertambah saat mereka tertidur," sahut Daehyun. Ia sebenarnya ingin mengatakan toko Zombie sebagai candaan, tapi melihat kondisi mereka... itu bukan waktunya untuk bercanda.
"Jika kami semua tidur, siapa yang akan mengawa- maksudku menjaga toko?" tanya Jungkook.
"Aku yang akan menjaganya," jawab Daehyun.
"Itu sangat berbahaya!" seru Jimin tidak setuju.
Daehyun segera merobek kertas dari bukunya dan menulis pemberitahuan pengunduran pembukaan toko, mengunci pintu, dan menurunkan semua gorden jendela.
"Pintu telah di kunci, gorden jendela tertutup rapat, dan pemberitahuan sudah kupasang. Apa ada yang kurang?" tanya Daehyun.
Para Hyung hanya tersenyum melihat aksi Daehyun. Mereka menyerah karena Daehyun terus mendorong mereka ke ruang istirahat. Semua Hyung telah baring di tempat yang menurut mereka nyaman. Yoongi dan Jungkook di sofa panjang. Seokjin langsung tertidur dengan posisi duduk di sofa single. Jimin dan Taehyung menggelar kasur lipat empuk di lantai. Daehyun yang melihatnya langsung lega.
"Mereka sangat sulit untuk di suruh istirahat," gumam Daehyun lalu duduk di kursi sambil membaca novel bergenre misteri favoritnya yang ia bawa.
"Ugh...."
Daehyun langsung berpaling ke arah para Hyung dan melihat Taehyung tertidur dengan gelisah. Ia menutup novelnya dan segera duduk di samping Taehyung, menggegam kedua tangan Taehyung untuk membuatnya tenang. Taehyung yang mendapatkan sentuhan itu langsung terbangun.
"Maaf, aku membangunkanmu, Hyung. Kau terlihat gelisah, jadi aku mencoba menenangkanmu. Apa mimpimu buruk?"
"Ya, itu sangat buruk."
"Memangnya kau memimpikan apa?"
"Kau."
"Hah? Apa aku sangat buruk?"
Taehyung menggeleng.
"Di dalam mimpiku, aku melihat kau dibawa kabur dengan orang jahat."
"Oh, itu buruk. Tapi tenang saja, aku sama sekali tidak punya masalah dengan orang jahat mana pun, kecuali rentenir menyeramkan itu."
Taehyung langsung menahan tawanya setelah mendengarnya.
"Pft.. rentenir menyeramkan."
"Ya! Dia sangat menyeramkan. Dia datang malam-malam untuk menagih utang yang ditinggalkan oleh kerabat-"
Taehyung langsung mengambil posisi duduk saat melihat Daehyun seketika murung dan memilih tidak melanjutkan perkataannya. Taehyung tahu, kalau Daehyun memikirkan utang itu dan juga orang yang mengaku sebagai keluarganya tiba-tiba menghilang.
"Aku bekerja di sini untuk melunasi utang kerabat halmeoni-ku yang jumlah nolnya sangat banyak. Mereka meninggalkanku, pergi entah ke mana... lagi."
"Kau tidak perlu memikirkan utang dan juga orang yang sama sekali tidak memedulikanmu, Daehyun."
"Kalau masalah utang, aku tidak memikirkannya karena aku mendapatkan pekerjaan ini. Aku juga cukup lega jika mereka pergi sebab aku tidak perlu berpura-pura lagi dan menjadi diriku sendiri. Berjelajah ke mana pun yang kumau dan melakukan apa pun yang kumau, tanpa bersembunyi dan mengendap-endap seperti pencuri."
"Syukurlah kalau begitu. Tapi, kenapa kau murung? Pasti terjadi sesuatu pada malam kedatangan rentenir itu, sampai kau terlambat bangun. Apa yang kau pikirkan?"
"Malamnya aku langsung merindukan halmeoni-ku yang telah tiada dan juga memikirkan appa-ku yang pergi entah ke mana," Daehyun menjeda sebentar perkataannya, "Aku juga langsung mengingat perkataan terakhir halmeoni sebelum dia naik kapal, itu terakhir kali kami bertemu dan berbicara... dia mengatakan bahwa aku masih memiliki keluarga selain dia."
"Apa yang ia maksud keluarga itu?"
Daehyun menggelengkan kepalanya dan tersenyum lebar.
"Jadi siapa?"
"Halmeoni mengatakan kepadaku bahwa aku memiliki dua saudara laki-laki yang lebih tua dariku dan juga aku memiliki lima kakak sepupu laki-laki. Woah~ itu berarti aku memiliki tujuh Hyung. Dan juga aku masih memiliki Samcheon, Imo, dan juga Harabeoji! Wah, ternyata masih ramai."
"Tapi... kenapa aku tidak pernah melihat mereka? Mungkin karena pekerjaan," pikir Daehyun positif.
Mulut Taehyung langsung ingin mengeluarkan kalimat yang selama ini ia pendam, tapi dengan cepat ia menghilangkan niat itu.
"Sungguh? Itu sangat melegakan... kau ingin mereka seperti apa? Ketujuh Hyung-mu itu?"
"Kuharap ke tujuh Hyung-ku menginginkan keberadaanku dan menerimaku sepenuh hati."
"Mereka pasti menerima dan menjagamu, Daehyun."
"Terima kasih, Hyung. Aku juga berpikir jika kau adalah salah satu dari mereka mungkin aku akan senang, begitu juga dengan yang lain. Eh? Kalian hanya 5 orang berarti aku harus mencari 2 orang lagi." Daehyun tertawa pelan.
"Kau ingin menghiburku?"
Daehyun mengangguk pelan.
"Terima kasih." Taehyung bergeser membuat ruang untuk Daehyun. "Jam makan siang masih ada setengah jam. Kemarilah," lanjut Taehyung sambil menepuk-nepuk kasur di sampingnya
"Aku tidak mengantuk, Hyung."
"Tidurku tidak bisa nyenyak jika tidak memeluk sesuatu, tidak ada guling di sini."
"Peluklah Jimin Hyung."
"Anak ini."
Taehyung menarik Daehyun ke sampingnya dan memeluknya dengan erat. Daehyun terkunci.
"Hyung."
"Hm?"
"Apa aneh jika aku berpikir, Halmeoni masih hidup?"
Taehyung hanya terdiam, ia tidak tahu harus mengatakan apa.
Daehyun selalu berpikir bahwa kematian Haomeoni-nya masih menimbulkan tanda tanya di kepalanya. Dia mengetahui kabar bahwa Halmeoni-nya meninggal akibat kecelakan kapal. Semua korban yang terluka maupun telah meninggal ditemukan, tapi tidak dengan Halmeoni-nya. Badannya tidak ditemukan mungkin karena tenggelam atau terbawa arus laut, itu yang dikatakan semua tim yang dikerahkan untuk mencari korban. Pencarian ditutup setelah 1 minggu kejadian, Daehyun hanya dapat menerimanya dan ikut dengan seorang wanita yang mengaku adalah kerabat dari Halmeoni-nya
"Jika akhirnya kau bertemu dengan mereka... apa reaksimu? Marah?"
"Kenapa aku harus marah?"
"Ehm... karena mereka tidak pernah mengunjungimu. Mereka bahkan tidak menunjukkan tampaknya saat berita duka itu. Marah, kesal, bahkan kecewa pasti menyelimutimu saat itu."
Daehyun terdiam sejenak.
"Bohong jika aku mengatakan tidak. Semua yang Hyung katakan itu benar. Aku sempat merasakan tiga hal itu... tapi itu hanya sementara."
"Sementara? Tapi kelakuan mereka kepadamu...."
"Aku tahu itu tidak bisa diterima begitu saja. Tapi aku yakin mereka akan muncul dan menjelaskan semuanya... mengapa mereka melakukan itu kepadaku. Bagiku, mereka tetaplah keluargaku."
Taehyung tersentuh mendengarnya.
"Dan juga, ternyata hadiah yang kudapatkan itu dari mereka. Benar-benar sangat banyak dan keren! Aku kira Halmeoni menggunakan uang pensiunnya untuk memanjakanku."
"Benarkah? Syukurlah kalau begitu. Sekarang, tidurlah sebentar." Taehyung membelai kepala Daehyun dengan sangat lembut, sampai membuat Daehyun tertidur.
"Maaf, kami belum dapat mengatakan yang sebenarnya kepadamu. Tunggulah sebentar lagi," batin Taehyung.
TBC~
Stay Safe:)
Makasih~
#DYNamiTE