Luna pasti sudah tidak waras.
Setelah pulang dari bangunan terbengkalai malam tadi, ia benar-benar membawa seekor kadal berwarna hitam kembali ke rumahnya, ia bahkan tidak tahu angin apa yang membuatnya membawa binatang menjijikkan seperti itu.
Begitu ia bangun dari tidurnya, lidah kadal berwarna hitam menempel di pipinya, sontak Luna berteriak keras dan melempar binatang kecil itu ke dinding.
PLUK!
Kadal hitam itu memantul dan jatuh ke atas lantai, menatap Luna yang duduk di tempat tidur.
"Oh, kapan ada kadal di rumahku?" Luna memiringkan kepalanya bingung untuk sesaat, ia menatap kadal hitam itu selama beberapa saat. "Oh … kau yang malam tadi."
Luna tidak tahu apa yang terjadi, tapi laki-laki bermata emas itu telah berubah menjadi seekor kadal yang saat ini merayap naik ke selimut dan mendesis ke arahnya, sosok kadal itu hanya sebesar sebuah buku yang ia bawa dengan ekor panjang bergerigi, ada sepasang tanduk hitam mungil yang mencuat di atas kepalanya.
"Aku memang gila."
Luna mengusap keningnya lalu jatuh terduduk. "Pasti sekarang aku sedang berhalusinasi, kadal … ya ampun kadal. Kenapa aku membawa kadal pulang."
Luna tidak ingin ambil pusing tentang kadal jadi-jadian itu, ia mengacak-acak rambut panjangnya dan bersandar ke dinding.
Bayangan Gerald mengusirnya keluar dari mansion keluarga Gregory membuat hatinya kembali terasa remuk. Rachel, orang yang menjadi tempat ia berkeluh kesah justru menjadi sosok yang menikam balik dirinya.
Luna tidak tahu kapan pengkhianatan dua orang itu dilakukan, dirinya benar-benar orang yang naif tidak mengetahui itu semua sampai dia akhirnya diusir secara paksa.
Setelah ini terjadi, apa yang harus ia lakukan?
Luna tidak berani lagi menampakkan wajahnya di depan umum, padahal di situasi ini jelas-jelas bukan salah dirinya.
Yang bersalah adalah Gerald dan Rachel, tapi justru dirinya lah yang paling banyak menerima hujatan, dianggap sebagai wanita gila penghalang cinta orang lain.
Luna mungkin harus berpikir pindah ke peternakan terpencil dan menghabiskan sisa hidupnya dengan penuh kesederhanaan, membiarkan Gerald dan Rachel bahagia di atas penderitaannya.
Wanita itu menghela napas panjang, sejak ia bercerai dengan Gerald, ia hanya bisa mengandalkan kemampuanya menjahit gaun untuk menyambung hidup, mungkin jika ia benar-benar pindah ke peternakan, ia akan hidup lebih baik daripada di kota ini.
"Sshh! Sshh!"
Kadal yang tadi ia bawa berputar-putar di atas lantai, binatang kecil itu melotot ke arahnya, memamerkan gigi putihnya yang lucu, membuat Luna tidak tahan mengulurkan tangan ke kepala kadal itu.
"Sshh!" Kadal hitam kembali mendesis.
"Oh, ayolah." Luna menjadi jengkel, tanpa ragu tangannya menarik kaki kadal kecil itu dan mengangkatnya. "Kau juga ingin menghujatku?"
Kadal kecil itu menjerit, ia berusaha menaikkan cakarnya untuk meraih tangan Luna.
"Ingin menggigit? Ingin mencakar? Silakan saja kalau bisa."
Wanita itu menggoyangkan kadal dan menyentuh ekor panjang yang bergerigi, lalu menghentaknya ke atas meja di samping tempat tidur.
Kadal hitam yang ia jatuhkan ke sebuah buku usang yang ia bawa malam tadi dan bergerak berputar-putar, melototi Luna dengsn ganas sambil menghentakkan kedua kaki depannya.
Luna mendengkus, ketika ia hendak mengabaikan kadal itu, tiba-tiba saja muncul sebuah asap putih. Luna memekik pelan dan segera meraih gelas di atas meja dan menumpahkan air ke arah asap.
BWOSH! BRAK!
Asap putih semakin besar dan tebal, Luna tidak banyak berpikir karena mengira ada api yang menyala di atas meja, ia berlari ke kamar mandi dan langsung mengguyur seember air.
PRASH!
Asap putih perlahan-lahan mulai menipis, sosok kadal kecil yang lucu berubah menjadi seorang laki-laki berambut hitam yang tubuhnya basah.
"Oh?" Luna dan laki-laki itu bertatapan, sesaat mereka berdua terjebak dalam keheningan yang panjang.
"Kurang ajar, beraninya kau menyentuh ekorku!" Laki-laki itu mendesis, kedua matanya yang berwarna keemasan itu melotot. "Kau juga menyiramku dengan air dingin!"
Luna tidak menyahut, ia masih memproses apa yang terjadi di depannya, sepertinya laki-laki ini adalah jelmaan kadal yang ia bawa.
Kadal kecil lucu berubah menjadi laki-laki, seharusnya Luna tidak terkejut lagi sejak ia datang dari bangunan terbengkalai itu.
Dia telah membawa makhluk jadi-jadian.
"Ahahaha! Aku benar-benar sudah gila, sepertinya aku harus pergi ke pusat kesehatan jiwa hari ini."
Luna melempar ember kosong ke atas lantai, ia memukul kepalanya beberapa kali dan mengambil ponselnya di atas meja.
"Hei, wanita rendahan!"
Laki-laki itu bangkit dengan terhuyung, ia memakai pakaian yang rumit di tubuhnya, seperti kemeja hitam dengan banyak hiasan berbentuk emas di kedua bahunya, celananya dilapisi dengan sepatu boots tinggi yang besar.
"Halo? Dokter? Saya ingin konsultasi kejiwaan saya ha …."
PLAK!
Ponsel Luna jatuh ke atas lantai, untungnya tidak begitu keras dan layarnya masih menyala. Luna menoleh dan menatap laki-laki itu dengan lekat.
Laki-laki kadal ini lebih tinggi darinya sehingga ia harus mendongak, rambutnya basah dan wajahnya terlihat merah padam menahan amarah.
"Maafkan aku," kata Luna lagi. "Aku akan mengembalikanmu hari ini."
"Kau pikir aku kucing liar?!" Laki-laki itu meninggikan emosinya. "Kau membuat aku terbangun dari peristirahatanku yang tenang!"
"Maaf, aku juga tidak bermaksud ...." Luna menatap laki-laki itu dari atas sampai bawah dan menelan ludah. "Membawa kadal jadi-jadian ke rumah, aku tidak bisa berpikir jernih kemarin."
"Aku bukan kadal!" Laki-laki itu mendengkus keras, tangannya mencengkeram tangan Luna dengan keras dan menunjuk tanduk yang ada di atas kepalanya. "Mana ada kadal yang memiliki tanduk!"
"O … oh? Oke? Lalu … lalu apa yang kau inginkan?" Luna berkeringat dingin dan tidak berani lagi menatap laki-laki di depannya.
Laki-laki kadal itu memiliki wajah yang rupawan, tubuhnya sangat bagus, jauh melebihi Gerald dan pikiran Luna sesaat menjadi liar.
Bayangkan saja laki-laki dengan rambut basah dan kemejanya bagian atasnya yang sedikit terbuka tengah mengukungnya.
Itu terkesan sangat … seksi bukan?
"Aku ingin daging!" Laki-laki kadal itu mendengkus, lalu menatap ke atas ranjang yang berlapiskan dengan seprai merah muda yang berenda. "Dan ganti alas mengerikan ini dengan warna hitam, sialan di peradaban mana ini? Kenapa semua yang ada di sini berwarna sangat mencolok?!"
Tidak, laki-laki ini … sekali kadal tetap kadal, Luna menarik ucapan seksi tadi.
"Kadal ini membuatku muak! Pergi dari rumahku sekarang juga!"
"Kau mengusirku?!"
"Mengapa aku tidak berani?! Kau itu hanya kadal, pergi!"
"Sudah kubilang aku bukan ka …."
BOOF!
Asap putih kembali muncul menutupi tubuh laki-laki itu dan dalam sekejap sosok tinggi yang terlihat agung berubah menjadi seekor kadal hitam yang kembali menjerit, Luna menarik ekornya dan melemparnya keluar, jatuh ke atas semak-semak dengan menyedihkan.